Ada 14 Siswa yang Tewas Dalam Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Ini Daftarnya
14 pelajar yang tewas dalam tragedi Arema vs Persebaya itu terdiri dari siswa SMP, SMA dan SMK.
TRIBUNMANADO.CO.ID- Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang tak hanya memakan korban juwa orang dewasa saja.
Ternyata banyak anak yang menjadi korban jiwa dalam tragedi tersebut.
Terhitung ada sekitar 14 siswa yang tewas.
Baca juga: Sepakbola Indonesia Terancam Sanksi FIFA, Tragedi Kanjuruhan Melebihi Tragedi Heysel
Awan kelam menggelayuti dunia pendidikan Kota Malang setelah 14 pelajar menjadi korban tewas tragedi Arema vs Persebaya di stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022).
Tak cuma korban tewas, puluhan pelajar Kota Malang juga mengalami luka-luka dan harus dirawat saat tragedi Arema vs Persebaya.
14 pelajar yang tewas dalam tragedi Arema vs Persebaya itu terdiri dari siswa SMP, SMA dan SMK.
Menurut Ketua MKKS SMKN Kota Malang, Hari Mulyono. pelajar yang meninggal dunia berasal dari sekolah negeri dan swasta.
Baca juga: Cerita Pilu Fathir Korban Selamat dari Tragedi Kanjuruhan Malang: Suasana Panik, Kami Terpisah
Sumiarsih, ibunda Ibnu Muhammad Rafi, korban tewas tragedi Arema vs Persebaya di stadion Kanjuruhan, Kota Malang. Foto kanan: pelajar Kota Malang yang jadi korban tragedi Arema vs Persebaya.(kolase surya/sylvianita widyawati/istimewa)
"Meski bersekolah di Kota Malang, namun ada yang rumahnya di Kabupaten Malang," katanya, Senin (3/10/2022).
Berikut sebagian daftaranya:
- Clarita Discha Nophia Putri | SMKN 2 | Warga Dukuh Jemuraran, Desa Sukodadi, kecamatan Wagir, Kabupaten Malang
- Hildan Agit Agista | SMKN 2 | Warga Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Baca juga: Tersangka Kasus Tragedi Kanjuruhan Segera Diumumkan, Mahfud MD Bentuk TGIPF
Kesalahan fatal Panpel Arema FC vs Persebaya hingga berujung tragedi Kanjuruhan 129 orang tewas. Kapten Tim Arema FC Johan Ahmat Farizi berdoa menghadap tribun suporter di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Senin (3/10/2022). Para pemain dan manajer Arema FC melakukan tabur bunga di area Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang sebagai bentuk empati banyaknya suporter yang meninggal usai laga antara Arema FC VS Persebaya, Sabtu (1/10/2022) Kemarin. (SURYA.co.id/PURWANTO)
- Tegar Ardian Yoga | SMKN 2 | warga Jalan Pdek No 22, Dusun Bunder, Pakistaji, Kabupaten Malang.
- Ibnu Muhammad Rafi | SMAN 10 Gilang Surya Ramdhan | SMKN 8
- Citra Ayu Amelia | SMKN 7
Korban meninggal lainnya adalah dua siswa dari SMKN 4, satu siswa dari SMKN 5 dan satu siswa dari SMK PHRI 2.
Lalu di SMKN 9 ada satu siswa meninggal dan serta satu siswa SMPN 8 yang juga tewas.
Sementara di SMKN Muhamaddiyah tercatat satu siswa meninggal dunia.
Sedangkan siswa yang mengalami luka-luka, diantatanya enam soiswa dari SMKN 2 yang patah tulang hingga dirawat di RS Ramdani Husada dan RSAA.
Selain itu ada yang dirawat di rumah karena terluka akibat pukulan di kepala, terbentur hingga terkilir.
Selain itu tercatat enam siswa SMK Muhammadiyah yang luka-luka karena terkena gas air mata, sesak napas dan luka karena terinjak.
Ada juga yang retak tulang rusuk dan tangan kanan.
Untuk di SMKN 7, ada empat siswa yang mengalami luka-luka dan di SMKN 6 ada enam siswa yang terluka.
Di SMKN 5 ada satu siswa terluka dan di SMKN 4 ada empat pelajar yang terluka.
Sementara di SMKN 12 ada 7 siswa yang terluka dan di SMKN 9 ada 3 orang yang terluka.
Sedangkan siswa SMP swasta tak ada korban, namun ada satu siswa SMP yang meninggal.
"Untuk SMP hanya ada satu korban meninggal, yaitu siswa SMPN 8. Ada juga yang luka ringan tapi sdh di rumah," kata Burhanuddin, Ketua MKKS SMPN Kota Malang yang juga Kepala SMPN 5.
Curhat Pilu sang Ibu
Ny Sumiarsih atau akrab dipanggil Bu Cece, warga Jl Danau Ranau I Perumnas Sawojajar Kota Malang tidak menyangka anaknya, Ibnu Muhammad Rafi meninggal dunia dengan tragis saat menonton pertandingan bola antara Arema FC dengan Persebaya, Sabtu (1/10/2022).
Almarhum adalah siswa SMAN 10 Kota Malang kelas 11 IPS.
"Rafi ini baru dua kali nonton bola Arema. Jadi jarang nonton bola. Pertama saat SMP dan kedua saat SMA ini," kata Cece pada suryamalang.com di rumahnya.
Ia mengizinkan anak bungsu dari tiga bersaudara ini nonton bersama tiga teman SMA-nya.
Ia mengatakan anaknya berangkat dari rumahnya dan berboncengan dengan temannya.
Dua kakak Rafi juga nonton tapi beda kelas. Kakak pertama di VVIP, kakak kedua di VIP.
"Rafi di kelas ekonomi. Sama kakaknya sudah mau dibelikan di kelas VIP tapi ia minta di kelas ekonomi karena bersama teman-temannya," kata ibu tiga anak ini.
Sampai kemudian ada kerusuhan di stadion, kakak Rafi menelpon ibunya dan mengabarkan tentang kondisi di stadion yang rusuh parah.
Saat itu pukul 23.00 WIB. Kakaknya mencari Rafi dan tidak tahu kemana. Ditelpon juga tidak diangkat.
Kakaknya minta ibunya menelpon Rafi. Tapi kemudian ada nomer tidak dikenal masuk ke nomer HP-nya dan tidak ia angkat.
Ia memutuskan menelpon HP Rafi. "Sekali saya telpon, langsung diangkat. Tapi yang mengangkat perempuan," jelas Cece.
Wanita berhijab ini menanyakan mengapa HP anaknya kok dijawab suara perempuan.
Perempuan itu bertanya apakah ia ibunya Rafi. Ia menjawab iya.
Lalu ia diminta ke RSI Gondanglegi segera. Karena ia di Sawojajar dan jauh dari Gondanglegi, ia minta dua anaknya mencari Rafi di RSI Gondanglegi. Keluarga menyangka awalnya Rafi hanya dirawat.
Tapi ketika dicari di ruang perawatan tidak ada. Kemudian petugas RS menyarankan ke kamar jenazah. Kakaknya mencari kesana.
"Awalnya ya tidak menemukan. Karena saat dibuka kantong jenazah sampai leher kok beda," terangnya.
Hal ini karena korban tragedi ini terutama yang kena gas airmata, wajahnya menghitam dan melembung.
Karena gak enak hati, kakaknya kembali lagi melihat jenazah adiknya. Kantung jenazah dibuka sampai dada dan baru ketahuan jika itu Rafi.
"Kakaknya ya nangis. Saya dikabari ya nangis," kenangnya.
Anak bungsunya saat berangkat nonton memakai kaos biru Arema.
Ia lalu meminta jenazah Rafi segera dibawa pulang ke Sawojajar.
Dari pihak RS memang minta jenazahnya divisum. Tapi ia menolak. Alasan RS agar dilakukan visum agar dapat ganti asuransi.
"Tapi saat itu saya gak mikir lagi soal asuransi. Tapi bagaimana anak saya cepat pulang," imbuhnya.
Sehingga ia masih membayar biaya administrasi dan ambulans. Rafi dimakamkan di TPU Sawojajar di JL Sawojajar gg 19 pada Minggu pagi (2/10/2022) jam 09.00 WIB.
Saat dimandikan, ia melihat ada luka memar hitam di samping leher.
Selain itu keluar darah pada kedua telinganya.
Bahkan saat dimandikan, darah itu keluar terus.
Dari keterangan dua kakak Rafi pada Cece, suasana di stadion awalnya baik-baik saja. Penonton tertib. Tapi kemudian ada suporter yang ke lapangan dan kemudian ditarik ke tribun.
Lalu ada aksi penyemprotan gas airmata ke tribun.
"Kok gak air saja," cetusnya.
Ia melihat kejadian di Kanjuruhan sangat tragis karena banyak nyawa melayang.
Rumah Rafi banyak dikunjungi pentakziah. Termasuk guru-guru di SDN Sawojajar 6 dimana ia adalah alumnusnya.
Tiga guru awalnya datang agak siang tapi Ibu Rafi sedang menerima bantuan dari Mensos.
Kemudian kembali lagi agak sore dengan empat guru. Salah satu guru Rafi di SD itu adalah Nita yang pernah jadi wali kelas 3.
"Saya kalau mengingat kejadian ini jadi merinding dan ingat Rafi saat kelas 3 SD dulu. Anaknya aktif dan punya banyak kawan. Ia juga aktif di kesenian hadrah," ceritanya. Rafi berperawakan kecil. Meski sudah lulus, tapi sebagai alumnus kadang ia main ke sekolah.
Ia juga membaca berita di media soal kejadian di Kanjuruhan itu. Termasuk ada nama muridnya sehingga tahu jika Rafi jadi korban.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id