Renungan Kristen
Renungan Kristen, Pdt Yandi Manobe 'Sibuk'
Prioritas kita dapat ditentukan dari sepenting apa kita menganggap sesuatu tersebut. Kita akan meluangkan waktu untuk hal yang penting bagi kita.
Penulis: Erlina Langi | Editor: Erlina Langi
"Kalau sesuatu itu kita rasa penting dalam hidup, mau sibuk bagaimanapun pasti kita menemukan jalan"
"Tapi kalau kita rasa dia tidak penting dalam hidup, biar mau sebebas apapun waktu luang yang ada, orang lebih banyak menemukan alasan"
Dalam kehidupan kita juga tanpa kita sadari, ternyata kita telah menduakan Tuhan dengan tetap ada dalam kesibukan kita, padahal itu adalah hari untuk Tuhan.
Bukan saja di hari minggu, bahkan kita tak punya lagi waktu untuk berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan di keseharian kita karena alasan capek, lelah, mengantuk, sudah buru-buru takut terlambat dan berbagai alasan lainnya.
"Banyak kali kita memakai hari-hari beribadah untuk kerja juga"
"Bahkan kerja telah menyita hari-hari ibadah kita. Bukan saja ibadah tetap seperti hari minggu, banyak orang sudah tidak ada lagi kesempatan kerja dirumah, tidak adalagi kesempatan membaca Alkitab bersama-sama dengan keluarga, dengan anak-anak, dengan istri, dengan suami sudah tidak lagi dengan alasan sibuk"
"Mereka kehilangan waktu bersama-sama dengan Tuhan"
"Mereka telah kehilangan waktu bersama-sama dengan keluarga"
Kesibukan yang ada dalam hal menghindari persekutuan ibadah ternyata tak membuat manusia punya alasan untuk tak aktif sosial media selama berjam-jam
"Yang anehnya, mereka sibuk, tapi bisa online berjam-jam"
Kesibukan yang ada membuat manusia lupa akan makna sesungguhnya dari ibadah, karena sesungguhnya ibadah itu mengandung setiap janji Tuhan.
"Lantas waktu-waktu ibadahnya hilang, tidak ada tempat sama sekali, apakah mungkin kita sementara berfikir ibadah sudah tidak penting lagi ?"
"Padahal ibadah mengandung janji, baik untuk kehidupan hari ini, maupun kehidupan di zaman yang akan datang" di ucapkan Pdt Yandi Manobe dengan begitu tegas.
Ternyata, Pdt Yandi Manobe menegaskan sekali lagi, bahwa yang membuka hatinya Lidia adalah Tuhan sendiri.
"Lidia tersentuh,tersentuh ketika pemberitaan Firman itu disampaikan"