Buah Positif Kebijakan Gubernur Olly Dondokambey, Harga Pangan di Sulawesi Utara Stabil

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw memberikan instruksi cepat guna kontrol harga pangan ketika kenaikan harga BBM resmi diumumkan Pemerintah Pusat.

Tak dapat dipungkiri kenaikan BBM sedikit banyaknya pasti berdampak pada perubahan harga pangan atau secara sederhana dapat disimpulkan kenaikan BBM berdampak pada peningkatan inflasi.

Dinas Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara melakukan sidak secara rutin dan berkala pada pasar sebagai bagian dari pengumpulan data awal daftar harga untuk kemudian ditindaklanjuti  dengan progam kerja lainnya yang tentu dinilai mampu memberi kontribusi positif bagi tercapainya stabilisasi harga.

Apa hasilnya? Sebelum lanjut mari  berkaca sedikit kebelakang guna menengok kebijakan Pemprov Sulut di bawah komando Gubernur Olly dan Wagub Kandouw yang nantinya bermuara pada stabilisasi harga pangan di Bumi Nyiur Melambai ini. Kenapa? Tentu biar kita mendapat big picture terkait korelasi kebijakan dengan hasil yang kemudian didapatkan.

Optimalisasi sektor pertanian. Itu kuncinya. Setelah badai covid 19 melanda Gubernur Olly Dondokambey memberikan instruksi untuk mengoptimalkan sektor pertanian karena dinilai mampu menjadi kunci untuk keluar dari jeratan krisis ekonomi akibat pandemi.

Gerakan Marijo Bakobong kemudian dicetuskan hingga berujung pada penerapan Gerakan tersebut sebagai program kerja. Sulut didorong untuk tetap bisa swasembada pangan.

Asuransi perlindungan bagi petani dan peternak apabila gagal panen kemudian diberikan.

Hal ini agar para petani dan peternak mendapat stimulus karena apabila toh terjadi gagal panen mereka tetap bisa di-cover lewat program ini.

Alhasil walau secara umum kita alami krisis hingga berujung pada penghapusan sebagian subsidi BBM yang berujung pada kenaikan harga BBM tingkat inflasi Sulut masih terkontrol.

Banyak harga komoditas pangan yang terbilang stabil (stabilitas harga masih terjaga) berdasarkan pantauan di Pasar Bersahati oleh Dinas Pangan Daerah Prov Sulut. Hanya bumbu dapur yang harganya fluktuatif dan itu terbilang biasa terjadi seperti misalnya cabe rawit, cabe kerinting dan tomat.

Bahkan dari tiga bumbu dapur itu hanya dua yang mengalami kenaikan harga (cabe rawit dan tomat) sementara cabe keriting malah mengalami penurunan harga (catatan per 5 September 2022. 

Cabe rawit kala itu mengalami kenaikan sebesar Rp 5000 ke angka Rp 57.000 setelah sebelumnya di angka Rp. 52.000 sementara tomat mengalami kenaikan Rp 2.000 ke angka Rp 10.000 setelah sebelumnya di angka Rp 8.000. Di sisi lain cabe keritung turun Rp. 10.000 dari sebelumnya Rp. 55.000 ke angka Rp.45.000, dan sekali lagi harga komoditas pangan lainnya cenderung stabil.

Harga di pasar tradisional terbesar di Sulawesi Utara ini setidaknya mampu memberikan gambaran terkait usaha pemerintah guna menjaga stabilitas harga pangan di Provinsi Sulawesi Utara.

Kini berdasarkan update terbaru tanggal 22 September 2022 harga komoditi yang mengalami kenaikan hanyalah cabe rawit merah. Kenaikannya pun terbilang tidak signifikan yakni hanya sebesar Rp 667  dari yang semula per kilo sebesar Rp 56.000 menjadi Rp 56.667.

Sementara itu harga komoditas seperti bawang merah, minyak goreng curah, dan tomat mengalami penurunan. Sebagai catatan pula komoditas pangan lainnya juga cenderung stabil.

Kerja keras bersama antara masyarakat dan pemerintah tidak berlebihan kemudian apabila dikatakan memberi dampak positif.

Pemerintah dengan segala kebijakannya dan masyarakat dengan segala upaya dan dayanya bersama sama mampu lewati krisi ini.

Ini pun Sejalan dengan tema HUT Sulawesi Utara, Bangkit Bersama, Sejahtera Bersama. (*)

Cek berita terbaru dan menarik lainnya DI SINI

• HUT ke 58 Sulawesi Utara, Gubernur Olly Dondokambey Beri Hadiah Reborn Pariwisata