Kisah Pilu Upi Nitasari TKW di Taiwan, Tak Digaji dan Dilarang Pegang Handphone, Terpaksa Makan Babi
Hal inilah yang menjadi penyebab TKI perempuan ini tidak dapat membeli makanan halal sesuai keinginannya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tak semua TKW kembali dengan bahagia saat beklerja di luar negeri.
Seperti yang dialami oleh Upi Nitasari TKW di Taiwan.
Ia harus kembali ke Indonesia dengan membawa kisah menyedihkan dan tak akan ia lupakan seumur hidupnya.
Baca juga: Kisah Pilu Upi Nitasari TKW di Taiwan, Sering Dipukul dan Dipinjamkan ke Rumah Teman
Simak video terkait :
Bekerja ke luar negeri menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah pilihan dari seorang perempuan bernama Upi Nitasari.
Ia memilih untuk menjadi TKW di Taiwan dengan harapan dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang besar di sana.
Namun apa daya, semua ekspektasinya tersebut nampak buyar setelah ia sampai di Negeri Formosa itu.
Pengalaman kerja pertamanya selama tiga tahun ternyata sangat pahit, lantaran ia mendapatkan majikan yang tidak manusiawi.
Baca juga: Kisah Pilu Upi Nitasari TKW di Taiwan, Tiap Hari Tidur di Sofa Lantaran Tak Mau Hirup Bau Sampah
Upi Nitasari, TKI Taiwan curhat perihal pengalaman kerjanya di Taiwan, pahit banget.(YouTube Upi Nitasari)
Melalui kanal YouTube pribadinya yang tayang pada 2021 silam, TKI perempuan ini bercerita.
"Pengalaman paling pahit pertama kali di Taiwan itu nggak ada HP selama tiga tahun, nggak ada temen, nggak boleh libur," kata Upi memulai.
Saat hampir selesai masa kontrak dan hendak kembali ke Tanah Air, barulah TKI perempuan ini mendapatkan handphone.
Meskipun begitu, ia tetap tidak diperbolehkan untuk menggunakan smartphone-nya tersebut.
Baca juga: Pantas Umaya Mantan TKW di Arab Saudi tak Mau Kembali Meski Majikan Baik, Ternyata Ada yang Sengsara
Selain itu, gaji yang didapatkan oleh TKI perempuan ini kerap kali dipotong oleh majikannya dengan berbagai macam alasan.
"Punya HP tu pas mau pulang ke Indo kurang enam bulan, dan itu pun aku nggak pernah pegang setiap hari, pegangnya itu satu minggu sekali pas aku libur," ujar Upi.
"Aku juga liburnya di kamar, nggak ke mana-mana, tapi gaji tetap dipotong, ya gitu lah pahit banget pas jaman dulu," sambung Upi bercerita.
Gaji yang Upi dapat juga ternyata tak pernah ia terima sama sekali.
TKI perempuan ini hanya diminta untuk menandatangani surat penerimaan gaji tanpa mendapatkan uang tersebut secara fisik.
"Gajinya pun nggak pernah dikasih langsung ke aku, aku cuma tanda tangan aja gitu, udah," ucap Upi.
"Nggak pernah dikasih cash 100 NT pun, nggak pernah," tambah Upi.
Hal inilah yang menjadi penyebab TKI perempuan ini tidak dapat membeli makanan halal sesuai keinginannya.
Sehingga selama bekerja di rumah majikannya tersebut, TKI perempuan ini harus menyantap makanan yang dimasak oleh majikannya.
Meskipun makanan tersebut tidak halal.
"Jadi mereka masak apa, aku makan apa. Jadi kadang aku juga makan babi dulu," ungkap Upi.
"Karena memang nggak ada makanan sama sekali, aku juga butuh tenaga," sambung Upi.
TKI perempuan ini mengaku pernah melaporkan hal tersebut ke agency-nya.
Hanya saja dari pihak agency-nya tidak menanggapi dengan tegas kejadian yang dialami oleh TKI perempuan bernama Upi tersebut.
"Aku sudah pernah bilang ke agency kalau majikan aku tu orangnya begini-begini, mempekerjakan aku di luar job, mempekerjakan aku di rumah tetangga, mempekerjakan aku di kontrakan," kata Upi.
"Ibaratnya kayak cleaning service gitu ya, tapi bukannya dapat tambahan bayaran gitu, malah sering dipotong gaji kalau misalkan krannya rusak," ungkap Upi.
TKI perempuan ini juga pernah melaporkan kekerasan fisik yang ia terima kepada agency-nya.
Namun lagi-lagi, agency Upi tidak dapat membantu banyak.
"Aku dulu juga pernah minggat ke tempat agency, aku udah pernah ke sana sendiri jalan kaki, saking seringnya dilaporain ke agency, aku sampai tau tempatnya," kata Upi.
"Aku di sana ngadu semua ke agency, tapi ya agency ga bisa bantu aku. Padahal di sana aku sering mengalami kekerasan fisik, dari dipukul pakai rotan, dipukul pakai tangan, sering banget aku," ungkap Upi.
TKI perempuan ini juga mengatakan bahwa saat bekerja di rumah majikannya tersebut, berat badan Upi turun drastis.
"Jadi di sana berat badan dari yang 47 kg pas berangkat awal dari Indonesia, di rumah itu aku cuma punya berat badan 40 kg, turun drastis banget," ucap Upi.
"Memang begitulah pengalaman pahit banget pas pertama kali kerja di Taiwan tahun 2011 akhir sampai 2014 akhir," tambah TKI perempuan tersebut.
Meski saat kontraknya habis dan Upi sempat kembali ke Tanah Air untuk beberapa waktu, namun diakui Upi, ia tidak kapok sama sekali.
Upi kembali bertekat untuk kembali lagi ke Taiwan dan mencari majikan yang baru.
Saat ini, Upi bekerja sebagai ART dan juga menjaga seorang lansia berjenis kelamin perempuan.
Dan ia telah bisa menikmati pundi-pundi uang dari hasil kerja kerasnya tersebut.
"Di sini kerjanya lumayan capek, tapi alhamdulillah itu kalau masalah makan mereka menghargai aku," kata Upi.
"Jadi meskipun mereka masak daging babi, tapi aku di sini bebas, dan uang gaji pun dikasih full, dikasih cash ke aku, jadi aku bebas beli makanan apa aja yang aku suka," ujar Upi.
( Posbelitung.co/Fitri Wahyuni)
Artikel ini telah tayang di PosBelitung.co