Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Brigadir J Tewas

Ternyata Tiga Kapolda Belum Diperiksa Soal Kematian Brigadir J, Timsus Polri Fokus ke Hal Ini

Ketiga Kapolda yang diduga terlibat dalam kasus kematian Brigadir J ternyata belum diperiksa oleh Polri.

Editor: Ventrico Nonutu
Kolase Tribun Manado/Handout
Ferdy Sambo dan Brigadir J. Tiga Kapolda yang diduga terlibat dalam kasus kematian Brigadir J ternyata belum diperiksa oleh Polri. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Informasi tentang dugaan keterlibatan tiga Kapolda dalam kasus pembunuhan Brigadir Nopriansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J telah diterima oleh Polri.

Ketiga Kapolda tersebut diduga menyebarkan cerita 'tembak menembak' dalam kasus tewasnya Brigadir J di rumah dinas Ferdy Sambo.

Ketiga Kapolda yang diduga terlibat dalam kasus kematian Brigadir J itu ternyata belum diperiksa oleh Polri.

Baca juga: Peringatan Dini Besok Rabu 7 September 2022, Info BMKG 29 Wilayah Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem

Baca juga: Tiga Tersangka Sudah Diperiksa Pakai Lie Detector, Giliran Putri Candrawathi dan Susi

Adapun ketiga Kapolda tersebut yaitu Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, Kapolda Sumatera Utara Irjen RZ Panca Simanjuntak, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyebut hanya baru didengar dan belum ada pendalaman ataupun pemeriksaan terhadap tiga Kapolda itu.


Foto: Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J.

"Pemeriksaan tiga kapolda, saya tegaskan belum ada sampai sekarang hari ini. Kita tidak boleh berasumsi, biarkan timsus ini bekerja sesuai dengan norma hukum dan kaidah-kaidah yang berlaku," ujar Dedi kepada wartawan di Mabes Polri, Selasa (6/9/2022).

Dedi mengungkapkan saat ini tim khusus (timsus) Polri tengah fokus tentang pengembalian berkas perkara lima tersangka kasus pembunuhan berencana yakni Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka Ricky Rizal, Bharada Eliezer, Kuat Ma'ruf.

Selain itu, Polri juga masih mengebut pemberkasan soal kasus penghalangan penyidikan atau obstruction of justice dengan tujuh tersangka.

Ketujuh tersangka itu yakni Irjen Ferdy Sambo, Brigjen Hendra Kurniawan, Kombes Agus Nurpatria, AKBP Arif Rahman, Kompol Baiquni Wibowo, Kompol Chuck Putranto, dan AKP Irfan Widyanto.

"Saya sudah komunikasi dengan Irwasum dan irsus. Bahwa sampai hari ini saya tegaskan lagi, tim irsus bekerja sesuai dengan fakta-fakta yang ditemukan. Informasi, iya diterima, informasi, iya didengarkan. Tapi tidak berdasarkan pada asumsi. Hasil keterangan tadi malam dari Pak Irwasum dan irsus, sampai dengan hari ini irsus belum melakukan pendalaman dan pemeriksaan kepada yang bersangkutan," tegasnya.

Sebelumnya, Mabes Polri bakal mendalami dugaan keterlibatan tiga Kapolda terkait kasus mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

Ketiga Kapolda itu, yakni Kapolda Metro Jaya Irjen Muhammad Fadil Imran, Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengaku pihaknya telah mendapatkan informasi terkait dugaan tersebut.

"Ya dari Timsus (tim khusus Polri) sudah mendapat informasi tersebut," kata Dedi saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/9/2022).


Foto: Brigadir J.

Dedi memastikan akan mendalami dugaan keterlibatan ketiga Kapolda tersebut

"Timsus nanti akan mendalami apabila memang ada keterkaitan terkait masalah kasus Irjen FS," ujarnya.

Saat ini, kata dia, penyidik fokus pada penuntasan berkas perkara yang sudah masuk dalam tahap P19

"Tim sidik saat ini fokus terkait menyangkut masalah penuntasan 5 berkas perkara yang sudah di P19 oleh JPU (jaksa penuntut umum)," ungkapnya.

Pengakuan ART Ferdy Sambo dengan Putri Candrawathi Merintih

Waduh Baru terungkap fakta baru kasus pembunuhan Brigadir J.

Diketahui tewasnya Brigadir J tak hanya menyeret nama Bharada E.

Namun Ferdy Sambo selaku komandan juga ikut terseret.

Bahkan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi juga telah ditetapkan sebagai tersangka.

Dalam kasus ini, Om Kuat atau Kuat Maruf selaku sopir pun ikut terseret.

Nah kini Baru terungkap lagu fakta baru kasus pembunuhan Brigadir J.

Diketahui Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto menolak adanya isu perselingkuhan antara istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, dengan Kuat Maruf.

Menurut Agus, isu dugaan perselingkuhan itu tidak terbukti berdasarkan keterangan dari saksi dan para tersangka pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

"Kuat Maruf baru seminggu masuk (kerja) setelah hampir dua tahun (berhenti) karena pandemi Covid-19. Kuat Maruf kena Covid, hal itu terkonfirmasi dari saksi-saksi yang lainnya,” kata Agus saat dikonfirmasi, Senin (5/9/2022), dikutip dari Antara.

Dalam rekonstruksi peristiwa yang terjadi di Magelang, Jawa Tengah, Kuat Maruf berada di dalam kamar Putri Candrawathi lebih dulu daripada Brigadir J.

Hal inilah yang menimbulkan spekulasi di masyarakat.

Namun Agus mengatakan, pada saat kejadian tersebut terdapat saksi lain di lokasi, yakni Susi, asisten rumah tangga keluarga Ferdy Sambo.

Susi ada di tangga dekat kamar dan Kuat Maruf yang berada di bawah sedang merokok melihat Brigadir J mengendap-endap keluar dari kamar Putri Candrawathi.

Sebelumnya, Susi mendengar Putri Candrawathi diduga sedang menangis, merintih atau ekspresi lainnya.

“Susi mendengar PC diduga sedang menangis, merintih atau ekspresi lain. Hal ini terkomunikasi antara S (Susi) dan KM (Kuat). KM ada di kamar untuk memastikan kondisi PC (Putri) yang ada di kamar terduduk di depan kamar mandi dikuatkan dengan keterangan S,” ungkap Agus.

Kabareskrim Komjen Agus Andrianto mengungkapkan asisten rumah tangga (ART) Susi mengaku mendengar rintihan dari Putri Candrawathi pada tanggal 7 Juli di Magelang.

Namun Komjen Agus membantah adanya perselingkuhan antara Kuat Maruf dengan Putri Candrawthi.

Sebelumnya, kabar perselingkuhan antara Putri Candrawathi dengan Kuat Maruf sempat mencuat di publik.

Eks pengacara Bharada E, Deolipa Yumara menyatakan pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat lantaran diduga melihat adegan terlarang Putri Candrawathi dengan Kuat Maruf.

Bharada E mengaku telah lama menaruh curiga kepada Kuat Maruf yang bekerja sebagai sopir pribadi Putri Candrawathi. Ia sudah menaruh curiga ada hubungan spesial antara Kuwat Maruf dan Putri.

Kecurigaan Bharada E itu diungkapkannya kepada Deolipa Yumara, saat masih menjadi kuasa hukum Bharada E.

"Jadi Bharada Eliezer ini kan bilang, dan dia sudah merasakan. Eliezer ngomong 'Saya curiga bang itu si Kuat ada main sama Putri'. Oh pantes, jawab saya," kata Deolipa di tayangan TV One, Senin (29/8/2022) kemarin.

Dugaan tindakan asusila dalam kasus Ferdy Sambo ini pernah disampaikan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI, pada Rabu (24/8). Meski demikian, Kapolri tak menjelaskan detil terkait motif asusila ini.

Kapolri mengatakan bahwa Ferdy Sambo mendengarkan keterangan PC terkait perbuatan yang membuatnya marah.

Dikutip dari Tribunnews.com, Jenderal Listyo menegaskan bahwa motif pembunuhan Brigadir J tidak keluar antara pelecehan atau perselingkuhan. Jenderal Bintang Empat itu menambahkan bahwa tidak ada isu diluar dari itu.

Menurut Jenderal Listyo Ferdy Sambo mengaku marah dan emosi lantaran dipicu permasalahan kesusilaan terhadap istrinya Putri Candrawathi yang terjadi di Magelang, Jawa Tengah.

Kapolri berpendapat hal itulah yang mendasari Irjen Ferdy Sambo melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.

Sigit memastikan tidak ada isu di luar motif kesusilaan tersebut.

"Saat ini kami sampaikan terkait motif, dipicu adanya laporan dari ibu PC terkait masalah kesusilaan, jadi untuk menjawab, isunya antara pelecehan atau perselingkuhan ini sedang kami dalami," terang Sigit di hadapan Komisi III.

"Jadi tidak ada isu di luar itu, dan ini akan kami pastikan besok dalam pemeriksaan terakhir," kata Kapolri.

Mengenai motif dugaan asusila ini, Deolipa justru menduga motif pembunuhan terhadap Brigadir J terjadi, adalah karena Kuat dan Putri ingin menyembunyikan hubungan terlarang mereka selama ini, yang diketahui Brigadir J.

"Jangan sampai motif pembunuhan ini karena Yosua melecehkan Putri di Magelang, gak ada itu. Yang ada adalah saat itu Kuat dan Putri lagi making love, ketahuan Yosua. Makanya Yosua yang dikejar dan dincar," kata Deolipa.

Dan ini kata Deolipa, cocok karena saat itu Putri Candrawathi langsung menelepon Bharada E dan Bripka Ricky yang sedang mengantar makanan ke anaknya di sekolah Taruna Nusantara, sementara Kuat menelepon Ferdy Sambo.

Kuat dan Putri kata Deolipa kompak melakukan itu untuk membuat skenario agar Ferdy Sambo marah dan memberikan 'pelajaran' ke Brigadir J.

"Jadi begitu ketahuan, itu makanya Putri nelpon Bripka RR dan Kuwat nelepon ke Sambo. Tujuannya menyamakan persepsi mereka di sana, agar hubungan Kuat dan Putri gak tercium, dan seolah-olah Yosua pelaku pelecehannya. Jadi Yosua ini adalah korban," papar Deolipa.

Menurut Deolipa, adanya dugaan hubungan asmara Kuwat dan Putri terjadi, karena Kuat sudah lebih 10 tahun menjadi sopir Putri Candrawathi. "Kuat ini ikut mereka sudah 10 tahun lebih sejak Ferdy Sambo masih AKBP.

Kuat ini kan orang dari Brebes, ikut Sambo sejak AKBP di sana," katanya.

Deolipa menjelaskan dengan adanya pengaduan Kuwat ke Sambo yang menyatakan bahwa Brigadir J sudah melecehkan Putri Candrawathi, membuat Ferdy Sambo murka dan marah.

"Namanya Sambo psikopat, dengar aduan seperti itu dari Kuwat dan Putri, nalarnya tidak jalan dan merancang skenario, sehingga Yosua jadi korban," katanya.

Terkait rekonstruksi yang akan digelar di rumah Ferdy Sambo dan menghadirkan 5 tersangka, kata Deolipa tidak akan mengungkap motif.

"Yang direkonstruksi di sana, adalah terjadinya penembakan seperti yang ada di BAP dan melihat kesesuaiannya antara keterangan 5 tersangka. Tapi tidak akan mengungkap motif," kata Deolipa.

Menurutnya dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J ini, motif tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah pembuktian adanya pembunuhan berencana yang dilakukan ke lima tersangka.

"Motif tidak terlalu penting, tapi bisa ada untuk menguatkan. Asal saja, jangan sampai motifnya karena peleceha Brigadir J ke Putri. Karena itu sangat tidak mungkin," kata Deolipa.

Justru kata Deolipa, berdasar keterangan dan analisa Bharada E, motif yang sangat mungkin adalah karena Kuwat dan Putri melakukan perbuatan asusila yang dipergoki Brigadir J.

"Karena ketahuan Joshua, pada akhirnya Joshua yang jadi korban," katanya.

Terkait laporan Kuwat bahwa ia melihat Brigadir J membopong Putri Candrawathi, justru menurut Deolipa yang mungkin terjadi sesungguhnya adalah Kuwat membopong Putri dan dipergoki Brigadir J.

"Yang terjadi sebenarnya justru sebaliknya. Kuwat membopong Putri, tapi diketahui Brigadir J," katanya.

Keluarga Brigadir J Minta Bukti

Sebelumnya keluarga Brigadir Yosua meminta Komnas HAM untuk menunjukkan bukti atas dugaan kuat adanya kekerasan seksual terhadap Istri Ferdy Sambo yang dilakukan oleh Brigadir Yosua.

"Kami minta ke Komnas HAM tunjukkan bukti-bukti yang akurat, di rumah Magelang tidak mungkin tidak ada CCTV, tolong dong ditunjuKkan kebenarannya," kata Roslin Simanjuntak.

Ia mengatakan agar Komnas HAM tidak hanya bicara, dan jangan hanya mendengarkan pernyataan Putri Candrawathi ataupun Kuat Maruf.

"Jangan cuma omongan, omongan Bu PC yang didengarkan ataupun omongan si Kuat, Kalau omongan bisa aja, tapi bukti yang paling utama, bukti itu yang jadi pedoman kita," tegasnya.

Roslin menilai seharusnya Komnas HAM bisa cermat, jika memang menemukan bukti baru diucapkan, jangan hanya dugaan tetapi tidak ada bukti yang ditunjukkan.

"Jangan katakan itu kalau buktinya tidak ada," ucapnya.

Roslin juga mengatakan seharusnya juga ada bukti visum jika memang ada kekerasan seksual.

"Harusnya divisum ibu PC untuk membuktikan," ujarnya.

Telah tayang di Tribunnews.com dan di TribunManado.co.id

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved