Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Brigadir J Tewas

Tolak Ungkap Sosok Jenderal Bintang 3 yang Bakal Mundur, Mahfud MD Ditawari Hal Ini oleh DPR RI

Mahfud MD menolak mengungkap kepada DPR RI terkait sosok jenderal bintang tiga yang akan mundur jika Ferdy Sambi tak jadi tersangka.

Editor: Ventrico Nonutu
Kompas.com/Kristian Erdianto
Mahfud MD menolak mengungkap kepada DPR RI terkait sosok jenderal bintang tiga yang akan mundur jika Ferdy Sambo tak jadi tersangka. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Beberapa waktu yang lalu Ketua Kompolnas RI Mahfud MD menyebut bahwa ada jenderal bintang tiga yang akan mengundurkan diri jika Irjen Ferdy Sambo tidak jadi tersangka kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Pernyataan Mahfud MD itu pun kini dianggap bisa memunculkan spekulasi ketidakkompakan di lingkungan Polri.

Baru-baru ini Mahfud MD menolak mengungkap kepada DPR RI terkait sosok jenderal bintang tiga tersebut.

Baca juga: Peringatan Dini Selasa 23 Agustus 2022, Info BMKG Wilayah yang Potensi Mengalami Cuaca Ekstrem

Baca juga: Akhirnya Terungkap 2 Hal Fatal yang Dilakukan Putri Candrawathi ke Brigadir Yosua, Keluarga Geram

Hal itu pun memicu terjadinya perdebatan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Kompolnas RI dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta pada Senin (22/8/2022).

Awalnya anggota Komisi III DPR RI Sarifuddin Suding menyinggung pernyataan Mahfud di publik terkait pernyataan tersebut.


Foto: Irjen Ferdy Sambo dan Brigadir J.

Menurut Suding, pernyataan Mahfud tersebut memunculkan spekulasi adanya ketidakkompakan di lingkungan Polri dalam penanganan kasus tewasnya Brigadir J.

Setelah sejumlah anggota Komisi II DPR RI melakukan interupsi, Suding pun kembali menekankan pentingnya Mahfud untuk mengungkap sosok jenderal bintang tiga tersebut kepada DPR RI.

Mahfud lantas menegaskan penolakannya untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Saya berhak tidak menjawab tentang itu dan saya sudah berkomunikasi langsung dengan Kapolri. Kecuali ada bintang 3 yang menggugat saya ke pengadilan, saya merasa dituduh lalu gugat, baru. Kalau ini forum politik, tidak bisa. Saya berhak untuk menolak menjawab," kata Mahfud.

Suding kemudian menanyakan kembali Mahfud MD terkait masalah apa jenderal tersebut ingin mengundurkan diri.

Mahfud kembali menolak menjawab pertanyaan tersebut.

"Saya berhak tidak menjawab soal ini. Kan sudah dijelaskan di TV," tegas Mahfud.

Anggota Komisi III DPR RI Benny K Harman kemudian menginterupsi.

Namun interupsi tersebut, disela oleh Suding yang merasa gilirannya belum selesai.

Benny kemudian melakukan interupsi lagi.

Sejurus kemudian anggota Komisi III DPR RI Habiburokhman mengingatkan kepada pimpinan rapat agar pimpinan rapat menjalankan mekanisme persidangan terkait interupsi dan substansi yang dibicarakan.

Setelah dipersilakan pimpinan rapat, Suding kemudian menekankan kembali pentingnya Mahfud MD menjawab hal tersebut.

Menurutnya hal tersebut penting dijawab oleh Mahfud agar tidak ada lagi spekulasi di publik mengenai ketidak kompakan Kepolisian dalam menangani kasus tersebut.

"Saya akan menjelaskan itu kepada dua pihak. Satu kepada Kapolri yang kedua kepada Presiden. Tidak bisa ada orang memaksa saya. Seperti saya katakan ada orang berzina di sana, lalu saya bilang orangnya ini, kan tidak boleh. Jadi saya tidak bisa dipaksa kalau urusan ini," jawab Mahfud tegas.

Wakil Ketua Komisi III yang bertindak sebagai pimpinan rapat, Ahmad Sahroni kemudian menawarkan untuk membicarakan hal tersebut secara tertutup.

Namun Mahfud lagi-lagi menolak.

"Nggak. Biar nanti Pak Kapolri yang menyampaikan," kata Mahfud yang diiringi keriuhan di ruang rapat Komisi III DPR RI.

Benny lalu menyatakan posisinya mendukung Suding.

Menurutnya, Mahfud MD wajib menjawab pertanyaan publik yang dalam hal ini diwakili oleh Komisi III DPR RI.

Senada dengan Suding, ia pun meminta Mahfud MD menjawab agar tidak ada lagi spekulasi di publik terkait hal tersebut.

"Nanti saya sampaikan kepada pimpinan (rapat) berdua," kata Mahfud.

Sosok Jenderal Bintang 3 yang Bikin Kejahatan Ferdy Sambo Terungkap


Foto: Irjen Ferdy Sambo dan Komjen Ahmad Dofiri.

Kejahatan yang dilakukan Irjen Ferdy Sambo terbongkar ketika Bharada E buka suara terkait dengan pembunuhan Brigadir Nofriansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Bharada E mengungkap bahwa soal Ferdy Sambo yang terlibat dalam rencana pembunuhan Brigadir J.

Ternyata ada orang yang membuat Bharada E buka suara membongkar skenario Irjen Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

Sosok yang berada di belakangan Bharada E ternyata merupakan senior dari Irjen Ferdy Sambo.

Sosok tersebut merupakan jenderal bintang tiga tersebut punya jabatan penting di Mabes Polri.

Saat ini ia menjabat sebagai Kabaintelkam Mabes Polri.

Sebagai orang yang ditunjuk kapolri dalam mengungkap kasus duren tiga, Kabagintelkam Polri mampu membuat Bharada E akhirnya buka suara.

Setelah bungkam, Bharada Richard Eliezer atau Bharada E mau membuka tabir terkait kasus penembakan terhadap Brigadir Yosua atau Brigadir J.

Salah satunya yang cukup mengejutkan adalah Irjen Ferdy Sambo turut menembak Brigadir J sebanyak dua kali.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan ada dugaan Irjen Ferdy Sambo turut menembak Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J saat insiden berdarah di rumah dinas Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Ini diungkap Bharada Richard Eliezer alias Bharada E saat diperiksa Komnas HAM.

"Ketika kami memeriksa Richard dia mengakui bahwa Pak FS melakukan tembakan. Dua tembakan ke Yosua," kata Taufan seperti dilihat Tribunnews dalam kanal Youtube Narasi Newsroom, Sabtu (20/8/2022).

Namun di balik itu semua, seorang Jenderal bintang tiga ternyata ikut berperan membuat Bharada E buka suara.

Terungkap Komjen Ahmad Dofiri jadi sosok berjasa yang berhasil membuat Bharada E mengungkap skenario palsu Ferdy Sambo atas penembakan Brigadir J.

Ahmad Dofiri saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kabaintelkam Polri).

Ia masuk salah satu anggota tim khusus yang dibentuk Kapolri Listyo Sigit Prabowo dalam menangani kasus tersebut.

Dalam tim khusus tersebut, terdapat 4 perwira tinggi lainnya yang turut mengusut tuntas kasus penembakan sesama anggota polisi yang menggemparkan publik.

Tidak hanya itu, Badan Intelijen Keamanan Polri atau Baintelkam Polri yang dipimpin Ahmad Dofiri turut berjasa dalam pengungkapan CCTV di kasus pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo.

Sebelumnya, video CCTV yang ada di tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan disebut hilang bahkan rusak tersambar petir.

Namun ternyata CCTV tersebut ada dan masih dalam kondisi bagus.

Keterlibatan Baintelkam Polri dalam penemuan adanya perusakan CCTV dalam kasus Ferdy Sambo itu diapresiasi oleh Irwasum, Komjen Agung Budi Maryoto.

Saat merilis penetapan Ferdy Sambo sebagai dalang pembunuhan Brigadir J pada Selasa (9/8/2022), Irwasum mengungkap peran penting Baintelkam Polri dalam pengusutan kasus ini.

Agung mengungkapkan bagaimana Baintelkam bergerak hingga akhirnya Timsus Polri bisa menetapkan Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan berencana.

Profil Ahmad Dofiri

Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Drs. H. Ahmad Dofiri, M.Si lahir di Indramayu 4 Juni 1967 dan merupakan seorang perwira tinggi Polri yang menjabat sejak 31 Oktober 2021.

Saat ini Ahmad Dofiri mengemban amanat sebagai Kabaintelkam Polri menggantikan posisi Komjen Pol Paulus Waterpauw.

Ahmad Dofiri merupakan lulusan terbaik Akpol 1989 dan menjadi penerima bintang Adhi Makayasa, ia berpengalaman dalam bidang SDM.

Karir Ahmad Dofiri dimulai setelah ia dipercaya menjadi Kanit Resintel Polsekta Tangerang Polda Metro Jaya pada tahun 1990.

Ahmad Dofiri memiliki sepak terjang cemerlang di kepolisian dan sudah menangani banyak kasus kejahatan di Indonesia.

Saat menjabat sebagai Kapolda DIY, Ahmad Dofiri menindak pelaku aksi kekerasan di jalanan yang sering disebut masyarakat Yogyakarta dengan istilah "klitih”.

Jabatan terakhir jenderal bintang tiga ini adalah Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat.

Lahir: Indramayu 4 Juni 1967

Almamater: Akademi Kepolisian (1989)

Penghargaan Sipil: Adhi Makayasa (1989)

Masa dinas: 1989—sekarang

Pangkat: Komisaris Jenderal Polisi

Satuan: SDM

Jabatan saat ini: Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Istri: Diana Wahyuni

Riwayat Pendidikan

Akademi Kepolisian (1989); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik

Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)

Sespim Pol, Lembang

Lemhannas RI PPRA XLVIII (2012)

Jabatan Kepolisian :

Kanit Resintel Polsekta Tangerang Polda Metro Jaya (1990)

Kassubag Jabpamentil Bagian SDM Polri (2005)

Kapolres Bandung (2007)

Wakapolwiltabes Bandung (2009)

Kapoltabes Yogyakarta (2009)

Kabag Kermadagri Robangpers SDE SDM Polri[1] (2010)

Koorspripim Polri (2010)

Analis Kebijakan Madya bidang Binkar SSDM Polri (2012)

Wakapolda DIY (2013)

Karobinkar SSDM Polri (2014)

Kapolda Banten (2016)

Karosunluhkum Divkum Polri (2016)

Kapolda DIY (2016)

Asisten Logistik Kapolri[2] (2019)

Kapolda Jawa Barat (2020)

Kabaintelkam Polri (2021)

Telah tayang di Tribunnews.com dan di TribunManado.co.id

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved