Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pantas Vladimir Putin dan Joe Biden Ucapkan Selamat HUT ke-77 RI, Begini Hubungan Dengan Indonesia

Namun yang paling menonjol ucapan dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin

Editor: Alpen Martinus
dok. Agus Suparto/HO/Kompas.com
Penampakan Baju Dolomani yang merupakan pakaian adat dari Buton, Sulawesi Tenggara yang dipakai Presiden Joko Widodo saat menghadiri upacara peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini warga Indonesia tengah merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 RI.

Sebagai Kepala Negara, Presiden Jokowi tentu menerima banyak ucapan dari banyak kolega termasuk kepala negara lain.

Namun yang paling menonjol ucapan dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca juga: Pantas Joe Biden Khawatir Diancam Bankir, Ternyata Ini yang Terjadi di Wall Street

Simak video terkait :

Mereka menyampaikan  ucapan selamat Hari Kemerdekaan Indonesia pada Rabu (17/8/2022).

Ucapan itu disampaikan Joe Biden melalui surat yang tertera di laman resmi Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Jakarta.

"Atas nama Amerika Serikat dan rakyat Amerika, saya mengucapkan selamat kepada Anda dan rakyat Indonesia saat Anda merayakan kemerdekaan bangsa Anda pada 17 Agustus," tulis Biden.

Sementara Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin mengirim telegram ucapan selamat Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Baca juga: Vladimir Putin Dianggap Sadar Invasi ke Ukraina adalah Kesalahan, Namun Tak Akan Mengakui

Vladimir Putin Kabulkan Permintaan Jokowi Usai Bertemu di Istana Kremlin. Rusia siap memenuhi.
Vladimir Putin Kabulkan Permintaan Jokowi Usai Bertemu di Istana Kremlin. Rusia siap memenuhi. (Dok. Setpres)

"Vladimir Putin menggarisbawahi bahwa Rusia dan Indonesia adalah dua negara sahabat yang menjalankan hubungan konstruktif.

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Moskow beberapa waktu yang lalu sepenuhnya membenarkan hal ini," demikian dikutip Tribunnews.com dari twitter Kedubes Rusia @RusEmbJakarta.

Vladimir Putin mengharapkan kepada Presiden Joko Widodo kesehatan baik dan kesuksesan, serta kepada semua Warga Negara Indonesia kebahagiaan dan kemakmuran.

Joe Biden Sebut Kesamaan AS dengan Indonesia

Joe Biden menekankan persamaan semboyan Indonesia dan Amerika Serikat yang mengutamakan persatuan.

Baca juga: Vladimir Putin Dituding Gunakan Tubuh Pengganti Saat Kunjungi Iran, Pemimpin Rusia Tampak Canggung


Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.(kolase tribunnews.com)

Jika Indonesia memiliki semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" dengan arti, walau berbeda-beda, tetapi tetap satu, Amerika Serikat punya motto "E Pluribus Unum" dengan makna serupa.

"Sebagai dua negara demokrasi terbesar di dunia, Amerika Serikat dan Indonesia merayakan tonggak sejarah ini, di tengah sejarah panjang dan bersama, yang dibangun di atas visi tersebut," kata Biden.

"Saya menantikan semua yang akan dilakukan kedua negara kita, bersama, untuk memajukan komitmen kita terhadap demokrasi dan bekerja untuk membangun kawasan Indo-Pasifik yang damai, makmur, tangguh dan langgeng," imbuh Joe Biden.

Di akhir suratnya, Biden menegaskan Amerika Serikat ikut merayakan momen ini sebagai "teman dan mitra strategis."

Sejumlah negara juga terpantau mengucapkan selamat kepada Indonesia melalui duta besar mereka, seperti Ukraina dan China.

Jokowi Lebih Berani Dari Biden

Direktur The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib menilai langkah Presiden Jokowi mengunjungi Rusia dan Ukraina, lebih berani dari Joe Biden, Presiden Amerika Serikat.

"Jokowi lebih berani dari Joe Biden, karena Biden hanya bisa berkomentar dari jauh, sedangkan Jokowi datang langsung menemui dua pihak yang bertikai," kata Ridlwan Habib di Jakarta.

Pengamat intelijen UI itu menambahkan langkah Jokowi sangat strategis di tengah ketidakpastian global.

Seperti diketahui Presiden Jokowi direncanakan mengunjungi Kyiv Ukraina dan Rusia dalam rangkaian lawatan Eropa.

Hari ini, Minggu (26/6/2022), Jokowi akan terbang ke Jerman dan akan menuju Kyiv, ibu kota Ukraina yang sedang dilanda perang melawan Rusia.

Publik pun memuji langkah Jokowi sebagai tindakan yang berani.

"Dunia terancam krisis energi dan krisis pangan karena perang Ukraina dan Rusia, langkah Jokowi menemui kedua pemimpin negara itu benar-benar ditunggu publik dunia," kata Ridlwan.

Meski begitu, alumni S2 Kajian Intelijen UI itu mengingatkan agar faktor keamanan benar-benar dihitung.

"Setidaknya ada 3 risiko keamanan yang mesti diwaspadai Paspampres dan komunitas Intelijen Indonesia yang bertugas saat kunjungan," ujar Ridlwan.

Ancaman pertama, risiko colateral war atau dampak tak disengaja saat kunjungan.

Karena Kyiv masih menjadi sasaran Rusia, bukan tidak mungkin pada saat kunjungan Jokowi bersamaan dengan serangan pesawat tempur atau rudal jarak jauh.

"Mungkin tidak ditujukan pada Presiden Jokowi, tapi karena berada di kota yang sama, harus waspada dampaknya," ujar Ridlwan.

Ancaman risiko yang kedua datang dari pihak pihak gelap yang tidak ingin kunjungan berhasil.

Sebab, jika berhasil maka Jokowi dianggap mempermalukan mereka.

"Ini juga harus diwaspadai karena di medan perang, anonim army atau pasukan gelap bisa saja beroperasi, mereka berupaya mempermalukan Ukraina sebagai tuan rumah," ujar Ridlwan.

Ancaman risiko yang ketiga adalah saat kunjungan ke Moskwa, Rusia.

Pihak Rusia harus benar-benar menjamin keamanan Jokowi dari pihak pihak anti Rusia yang tidak ingin hubungan Indonesia Rusia berjalan baik.

"Walaupun bukan medan perang namun risiko di Kota Moskwa sama dengan Kota Kyiv," ujarnya.

Ridlwan meyakini tim pengamanan gabungan yang terdiri dari Direktorat B Bais, Direktorat 1 Luar Negeri BIN, Paspampres dan berbagai dukungan tim lainnya mampu membuat kunjungan bersejarah Jokowi lancar.

"Ini mirip dengan kunjungan Soeharto ke Sarajevo Bosnia pada Maret 1995, semoga semuanya aman dan sukses," ujarnya.

Pengamat Khawatir Keselamatan Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan berkunjung ke Rusia dan Ukraina untuk menemui presiden dua negara yang sedang berperang itu.

Jokowi dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Ibu Kota Rusia.

Sementara pertemuan Jokowi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dijadwalkan di Kiev, Ibu Kota Ukraina.

Pertemuan Jokowi dengan Zelensky menjadi masalah karena sedang berkecamuk perang di negara itu dengan Rusia.

Rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina itu membuat pengamat militer Connie Rahakundinie Bakrie angkat bicara.

Ia menyarankan agar Presiden Jokowi tidak bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev.

"Saya saran bertemu di perbatasan saja, tidak perlu ke Kiev karena potensi force fight (terpaksa berperang) banyak sekali," ujar Connie seperti dikutip dari Kompas.TV, Jumat (24/6/2022).

Ia juga berharap ada pernyataan resmi dari Ukraina dan Rusia terkait tidak ada serangan untuk sementara atau gencatan senjata saat Presiden Jokowi berada di sana.

Menurut Connie, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak hanya melibatkan dua negara, melainkan juga NATO, yang terdiri dari banyak negara.

Connie berpendapat langkah Jokowi bertemu Presiden Rusia dan Ukraina meneruskan semangat Bung Karno yang ingin mendamaikan dunia.

Ia juga sudah menyampaikan kekhawatiran terkait keamanan Presiden Jokowi dalam kunjungan ke menteri luar negeri.

"Menlu menjamin keamanan terjaga dengan baik. Saya berharap segala potensi force fight bisa ditekan karena yang bertanggung jawab bukan Ukraina dan Moskow, ini adalah perang NATO terhadap Rusia di tanah Ukraina," ucapnya.

Diplomasi Wong Ndeso

Sementara, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Nasdem M Farhan, menilai langkah Presiden Jokowi berkunjung ke Rusia dan Ukraina sebagai bentuk diplomasi wong ndeso.

Terlebih, sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memojokkan Jokowi sebagai Presiden G20 untuk mendatangkan Putin dan Zelensky.

Kemudian, melalui duta besar masing-masing, kedua pemimpin negara yang tengah berperang itu menyampaikan tidak berani datang ke Indonesia karena alasan keamanan.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi melakukan manuver dengan datang ke Rusia dan Ukraina.

Farhan meyakini langkah berani yang diambil Presiden Jokowi sangat tepat.

Ia juga meyakini kemampuan Jokowi sebagai seorang politisi yang bisa berdiplomasi saat dihadapkan pada beberapa peristiwa.

"Pada unjuk rasa 212, Jokowi datang untuk salat Jumat bersama Habib Rizieq. Ancamannya saat itu, Jokowi bisa dikudeta, tetapi dia bisa tenang dan datang. Demikian pula ketika Formula E yang disebut-sebut acaranya Anies Baswedan, tetapi Jokowi membuktikan diri dengan hadir," tuturnya.

Pengamanan Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan berkunjung ke dua negara yang tengah terlibat perang, yakni Ukraina dan Rusia pada akhir Juni 2022 ini.

Adapun agenda Presiden Jokowi menemui kedua pimpinan negara itu adalah mencoba berkontribusi untuk mendorong perdamaian dan sebagai wujud kepedulian terhadap isu kemanusiaan.

Pertemuan bilateral dengan Ukraina dan Rusia merupakan buntut dari undangan Ketua G7 (Jerman) untuk hadir dalam KTT G7 di Elmau pada tanggal 26-27 Juni 2022.

Beberapa negara non-G7 atau disebut G-7 Partner Countries yang mendapatkan undangan untuk hadir dalam KTT G7 adalah Indonesia, India, Senegal, Argentina dan Afrika Selatan.

Dalam rilis pers Kementerian Luar Negeri RI, Jokowi juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan para Leaders G7 dan Leaders negara undangan.

"Permintaan pertemuan bilateral banyak sekali diterima presiden dan tentunya semaksimal mungkin akan diatur," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dikutip dari Kompas.com.

"Dalam G7 Summit for Partner Countries tersebut, salah satu isu yang akan dibahas adalah mengenai masalah pangan. Isu pangan, energi dan keuangan akhir-akhir ini terus menjadi pembicaraan dunia. Di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca-Covid-19, terjadi perang di Ukraina, yang dampaknya dirasakan seluruh dunia," tambahnya.

Setelah dari Jerman, Jokowi pun langsung bertolak untuk mengunjungi Ukraina dan Rusia.

Lantas, apa saja fakta menarik dibalik kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia itu?

Kunjungan Pemimpin Asia Pertama sejak Perang

Menurut Retno, kunjungannya itu menunjukkan kepedulian terhadap isu kemanusiaan dan mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan yang diakibatkan perang.

"Dampak perang dirasakan semua negara terutama negara berkembang dan berpendapatan rendah, Indonesia pun harus terus mendorong spirit perdamaian," ungkap Retno.

Terjunkan 39 Paspampres, Bawa Senjata Laras Panjang

Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menerjunkan 39 personel untuk mengawal Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam lawatannya ke Ukraina dan Rusia pada akhir bulan ini.

39 personel tersebut terdiri dari tim penyelamatan (Matan), tim utama (main group) dan tim pendahulu (advance).

"Kalau kita sendiri yang melekat ke beliau ada 19 ditambah yang matan-nya (tim penyelamatan) sendiri 10 di sana, berarti 29 ditambah dengan 10 orang uang sudah stanby di sana," kata Komandan Paspampres Mayjen Tri Budi Utomo, Kamis, (23/6/2022), dilansir Tribunnews.com.

Sejumlah perlengkap akan dibawa Paspampres dalam mengawal Presiden, di antaranya helm, rompi anti peluru, hingga senjata laras panjang.

Pihak Ukraina, kata Tri, memperbolehkan Paspampres membawa senjata laras panjang dengan amunisi tidak terbatas.

"Untuk senjata yang biasanya kita tidak menggunakan senjata laras panjang dari pihak Ukraina juga sudah memberi kita keleluasaan untuk membawa senjata laras panjang sesuai dengan jumlah personil Paspampres kita dengan amunisi yang tidak terbatas," katanya.

Paspampres sudah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan KBRI di Ukraina dan Rusia untuk pengawalan presiden nantinya.

Tri mengatakan, sebelum presiden berangkat, tim pendahulu Paspampres akan diberangkatkan.

"Tim advande rencananya hari ini rencananya nanti kami cek lagi. Mohon doanya," jelasnya.

39 Paspampres Terdiri dari Tim Elite TNI

Selain itu, Tri menuturkan, 39 paspampres yang diterjunkan terdiri dari sejumlah pasukan elite yang dimiliki oleh TNI.

Mulai dari Kopassus (TNI AD), Detasemen Jalamagkara/Denjaka (TNI AL), dan Kopaskhas/Kopasgat (TNI AU).

"Paspampres ini banyak terdiri dari pasukan pasukan khusus juga sehingga alhamdulillah kita juga tidak terlalu khawatir karena Paspampres ini ada dari Kopassus, ada dari Denjaka, ada dari Paskhas. Alhamdulillah kita percaya diri," katanya.

Berangkat Tanggal 26 Juni Menaiki Pesawat Garuda

Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menuturkan, Presiden Jokowi mulai berangkat mengunjungi berbagai negara pada Minggu (26/6/2022).

"Iya berangkat tanggal 26 (Juni)," ujar Heru, dikutip dari Kompas.com, Kamis (23/6/2022).

Heru juga menyampaikan, dalam kunjungan ke sejumlah negara kali ini, Presiden dan rombongan akan kembali menggunakan pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 777-300ER yang dicarter.

Pesawat tersebut sebelumnya juga digunakan Jokowi ke Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri KTT khusus ASEAN-AS pada Mei 2022.

Pesawat yang sama juga digunakan Jokowi saat bertolak ke Roma, Italia, dalam rangka KTT G20 pada 2021.

"Betul pesawat sama," kata Heru.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved