Wisata Manado
Wisata Manado - 4 Rekomendasi Tempat Wisata Sejarah di Minahasa, Ada Benteng Moraya
Wisata Manado - Simak rekomendasi tempat untuk kamu yang mau melakukan wisata sejarah di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Tirza Ponto
TRIBUNMANADO.CO.ID - Simak info wisata Manado hari ini berikut.
Bagi kamu yang melakukan tur Wisata Manado, Sulawesi Utara jangan lupa mampir ke tempat sejarah yang ada di Minahasa.
Mulai dari Makam Kyai Modjo hingga Benteng Moraya.
Jalan-jalan sambil mengenang sejarah.
Berikut Tribun Manado rangkum rekomendasi tempat wisata sejarah dari berbagai sumber.
1. Makam Kyai Modjo

Baca juga: 5 Wisata Manado dan Sekitarnya yang Bisa Dikunjungi di Akhir Pekan, Ada Waterpark hingga Penginapan
Dilansir dari website kemdikbud.go.id, Kyai Modjo yang berperang bersama Tuanku Imam Bonjol melawan Belanda akhirnya bisa ditangkap pada tahun 1928.
Saat ditangkap Belanda, Kyai Modjo akhirnya melunak dan mau berunding dengan Belanda.
Dalam perundingannya, Kyai Modjo sepakat untuk menghentikan perang dan diasingkan ke Minahasa.
Akhirnya, ia diasingkan ke Minahasa bersama kurang lebih 62 pengikutnya.
Kyai Modjo dan pengikutnya akhirnya menghabiskan hidup di Kampung Jaton hingga berketurunan.
Kyai Modjo meninggal pada sekitar tahun 1849.
Makam Kyai Modjo juga terletak di Kampung Jaton, Tondano, Minahasa, Sulut.
Sebagai situs bersejarah agama Islam di Minahasa, makam Kyai Modjo ramai dikunjungi terutama di hari besar agama Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
2. Benteng Moraya
Benteng Moraya terletak di Kecamatan Tondano, Minahasa.

Baca juga: Wisata Manado Sulawesi Utara, 5 Waterpark yang Selalu Ramai Setiap Hari, Tiket Mulai Rp 15 Ribu
Benteng Moraya menjadi salah satu tempat nongkrong favorit anak muda Minahasa, terutama di sore hari.
Pasalnya, di sekitar Benteng Moraya banyak pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam camilan seperti bakso tusuk hingga jagung rebus.
Untuk masuk ke Benteng Moraya, wisatawan tak dipungut biaya.
Benteng Moraya penting untuk dikunjungi terutama anak muda agar tidak melupakan sejarah perjuangan masyarakat Minahasa.
Dari Kota Manado, wisatawan hanya perlu menempuh jarak 45 kilometer dalam waktu kurang lebih 1,5 jam.
3. Makam Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol merupakan salah satu eksil di zaman kolonial Belanda.
Ia dibuang ke Minahasa karena melakukan pemberontakan di tempat asalnya, yaitu Padang, Sumatera Barat.
Imam Bonjol dibuang ke Minahasa bersama anak tertuanya yang bernama Sultan Saidi; kemenakannya, Abdul Wahid; dan orang kepercayaan Imam Bonjol, Baginda Tan Labih.
Setelah sebelumnya sempat dibuang ke Ambon, Maluku, pada akhirnya Imam Bonjol menetap di Desa Lotta, Pineleng, Minahasa.
Selama pengasingannya di Desa Lotta, ia ditemani oleh bekas Tentara KNIL bernama Apolos Minggu.
Hingga kini, situs makam Imam Bonjol masih ada di Desa Lotta.
Bahkan, makam tersebut dijaga langsung oleh keturunan Imam Bonjol.
Selain itu, Desa Lotta juga merupakan pusat warga asal Padang yang menjadi eksil dan pada akhirnya berketurunan di tempat tersebut.
4. Kampung Jawa Tondano
Sebelum dibuang ke Makassar, Sulawesi Selatan, Pangeran Diponegoro sempat diasingkan ke Manado.
Namun pengasingan Pangeran Diponegoro di Manado tak berlangsung lama, yaitu hanya tiga tahun.
Saat di Manado, ia ketahuan berkorespondensi secara terlarang oleh seorang perwira Belanda bernama Mayor Jenderal Jan Baptist Cleerens.
Pemilik nama lengkap Bendara Pangeran Harya Dipanegara ini selama di Manado diasingkan di Benteng Nieuw Amsterdarm.
Benteng Nieuw Amsterdarm sendiri hingga kini belum diketahui secara pasti letaknya ada di mana.
Sepeninggalan Pangeran Diponegoro ke Makassar, para punakawan yang menemaninya, pindah ke yang sekarang disebut sebagai Kampung Jawa Tondano (Jaton) di Tondano, Minahasa.
Di Kampung Jawa Tondano para punakawan bergabung bersama rombongan Kyai Modjo yang sudah lebih dulu diasingkan ke sana.
Di situlah peradaban Islam di Kampung Jaton berkembang pesat sampai sekarang.
Di sana, pengunjung bisa menemukan masjid hingga makam Kyai Modjo yang juga menjadi tempat wisata sejarah Islam di tengah Minahasa.
(*)