Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Brigadir J Tewas

Jawaban Menohok Benny Mamoto Terkait Tudingan Sebar Hoaks Kematian Brigadir J, Suaranya Bergetar

Suara Ketua Harian Kompolnas Irjen (Purn) Benny Mamoto bergetar kala diwawancara jurnalis senior Rosiana Silalahi.

Editor: Alpen Martinus
Tribunnews.com/Igman Ibrahim
Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto seusai gelar perkara kasus Brigadir J bersama kuasa hukum Brigadir J dan Bareskrim Polri di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Rabu (20/7/2022). 

"Pak Benny (sempat) mengatakan tidak ada kejanggalan dari kasus Yoshua. Belum apa-apa Kompolnas mengatakan tidak ada kejanggalan dalam kasus ini, saat satu republik merasa ada yang janggal," ujar Rosi.

"Setelah ramainya di media, saya berusaha, karena tugas Kompolnas adalah mengklarifikasi kasus menonjol. Kami datang ke Polres," kata Benny Mamoto.

Mendengar Benny Mamoto terus menyalahkan keterangan Kapolres Jaksel terdahulu yakni Kombes Pol Budhi Herdi Susianto, Rosi bereaksi.

Ia lantas menyindir Kompolnas yang kinerjanya tak ubah seperti Humas Polres.

"Pak Benny kan jenderal yang ditempatkan di Kompolnas, lembaga yang terhormat, untuk mendengar aspirasi masyarakat terhadap kinerja polisi. Pak Benny ini bukan jubir polres," sindir Rosi.

"Kewenangan Kompolnas itu terbatas, bukan seperti Komnas HAM. Komnas HAM punya kewenangan penyelidikan," ujar Benny Mamoto.

"Kalau menurut saya bukan itu soalnya. Kenapa Kompolnas di kasus yang sangat besar ini, justru Kompolnas menjadi humas Polres Selatan dalam hal ini ingin membela Sambo ?" tanya Rosi.

"Kesan itu mungkin muncul di masyarakat. Tapi kami dari Kompolnas selalu berada di posisi netral. Kami hanya bisa klarifikasi, soal jawabannya kemudian bohong, dia dimutasi," ucap Benny Mamoto.

Sudah terlambat, menurut Rosi, pembelaan yang dilayangkan Benny Mamoto terkait kasus Brigadir J kini sudah tidak ada artinya.

Sebab akibat ucapan Kompolnas itu, almarhum Brigadir J sempat dapat citra buruk.

Meski kini, tuduhan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi itu terbukti tidak benar.

"Kerusakan itu sudah terjadi. Harusnya bapak sebelum melakukan rilis, harusnya bapak mendengarkan dulu keluarga. Bahkan bapak sudah langsung turun dalam kesimpulan sama seperti versi Sambo, Polres, ada pelecehan seksual terhadap seorang almarhum. Tega banget pak," ungkap Rosi.

"Saya ketika dimintai tanggapan oleh media, tentunya harus merujuk pada sumber resmi, dari Polri. Soal nanti rilis itu tidak benar, ada risiko. Ketika saya mengutip ini dan saya diserang, itu risiko saya," timpal Benny Mamoto.

"Berarti selama ini kita harus bisa tidak perlu percaya kepada Kompolnas, karena Kompolnas hanya ingin menyadur dari sumber resmi, yang mana sebenarnya itu kebohongan. Berarti, kalau Kompolnas bicara, tidak perlu percaya pada kami?" tanya Rosi.

"Ini kesimpulan sepihak," respon Benny Mamoto.

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved