Berita Sulawesi Utara
Pengamat Hukum Sulut Ragukan Profesionalitas Benny Mamoto: Cari Tahu Dulu Baru Beri Pernyataan
Pengamat Hukum Sulawesi Utara Meragukan Profesionalitas Benny Mamoto: Cari Tahu Dulu Baru Beri Pernyataan
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Pengamat Hukum asal Sulawesi Utara Rodrigo Elyas mengomentari pernyataan Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen (Purn) Benny Mamoto, soal kematian Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Sebelumnya Benny menyebut bahwa tidak ada kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir Yosua.
Benny mengaku sudah turun langsung mendengarkan keterangan dari tim penyidik di Polres Jakarta Selatan terkait ini.
Namun pada akhirnya pernyataan Benny di awal terungkapnya kasus kematian Brigadir J sangat berbeda dengan fakta terkini.
Pada Selasa (9/8/2022), polisi menetapkan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
Rodrigo Elyas mengatakan pernyataan Benny Mamoto terlalu dini untuk disampaikan ke publik.
Dia menilai Benny mempunyai kepercayaan terlalu dalam pada pemberi informasi.
"Memang terlalu dini dan perkara pidana itu banyak paham dan sisinya, seharusnya dia jangan terlalu terburu-buru akhirnya kan sekarang bertentangan," jelasnya.
Rodrigo pun tidak tau ada alasan apa dibelakang pernyataan Benny Mamoto.
"Seharusnya dia menelusuri secara dalam dulu, cari tau dulu dengan bukti- bukti baru memberikan pernyataan,"jelasnya.
Menurutnya Benny Mamoto sebetulnya adalah idola dari masyarakat kota Manado.
"Namun, dengan pernyataan seperti ini jelas dipertanyakan profesionalitasnya. Saya juga dulu akui tapi kini saya mulai meragukan," jelasnya.
Diketahui sebelumnya kasus ini disebut Benny memang berawal dari pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap PC, istri Irjen Ferdy Sambo, di kediaman Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
Saat itu, kata Benny, Brigadir J masuk ke kamar PC hingga membuatnya berteriak.
Richard Eliezer atau Bharada E yang juga berada di rumah tersebut mendengar teriakan PC dari lantai 2. Dia hendak turun untuk mengecek, namun disambut todongan senjata Brigadir J.
"Kemudian melakukan tembakan, kemudian terjadi lah tembak-menembak yang akhirnya meninggal dunia," kata Benny saat itu.
Kronologi ini sama dengan yang disampaikan pihak kepolisian pada awal terungkapnya kasus ini.
Benny juga sempat menjelaskan bahwa 7 peluru Brigadir J meleset karena dia sedang dalam kondisi panik.
Sementara, 5 bidikan Bharada E seluruhnya mengenai tubuh Brigadir J karena berada di tangga yang posisi lebih tinggi.
"Di samping itu, Brigadir E ini ternyata memang juara menembak dari Brimob sehingga bidikannya tepat," ucap Benny.
Benny juga mengatakan bahwa tidak ada luka sayatan di tubuh Brigadir J, yang ada hanya luka bekas terserempet peluru.
Dia pun membantah bahwa jari Brigadir J putus, melainkan "hanya" terluka. Lalu, terkait kabar yang menyebutkan luka-luka lebam di tubuh Brigadir J, Benny kala itu memastikan, tidak ada aksi pemukulan sebelum kematian Yosua.
"Dari keterangan para saksi tidak ada aksi pemukulan.
Karena ketika melepas tembakan dan pelurunya itu mengenai benda lain baru mengenai tubuh dan proyektil itu pecah, maka lukanya itu belum tentu lingkarannya itu selebar kalau kena peluru utuh," ujar Benny.
Sementara, terkait kasus yang baru diungkap 3 hari pascakejadian atau Senin (11/7/2022), Benny senada dengan polisi yang berdalih bahwa pada tanggal 9 dan 10 Juli umat Islam tengah merayakan Idul Adha.
Oleh karenanya, kala itu dia menyebutkan, tak ada kejanggalan dalam kasus ini.
"Tidak ada (kejanggalan)," kata purnawirawan Polri bintang dua itu. (Ren)
• Tokoh Agama Sulut Pdt Hanny Pantouw: Pengungkapan Kasus Brigadir J Adalah Hadiah HUT Kemerdekaan
• Kecelakaan Maut Tadi Pukul 12.00 WIB, Pemotor Scoopy Tewas, Korban Nyalip lalu Jatuh Terlindas Truk