Brigadir J Tewas
Akhirnya Terungkap Kamaruddin Ingin Bertemu Putri Candrawathi Istri Ferdy Sambo, Dengarkan Curhat
Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga Brigadir J, mengungkapkan keinginannya untuk bertemu Putri Chandrawathi, istri Irjen Ferdy Sambo.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Akhirnya terungkap pengacara keluarga Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak ingin bertemu istri Irjen Ferdy Sambo Putri Chandrawathi.
Kamaruddin ingin bertemu Putri Chandrawathi karena istri Ferdy Sambo tersebut tidak pernah terlihat sejak Brigadir J tewas.
Hal itu karena Putri Chandrawathi masih shock atau terguncang psikologisnya lantaran kasus dugaan pelecehan yang menimpanya.
Baca juga: Akhirnya Terungkap Alasan Putri Sambo Satu-satunya Orang yang Bisa Ungkap Kebenaran Kasus Brigadir J
Baca juga: Gempa Guncang Yogyakarta Pagi Ini Rabu 3 Agustus 2022, Baru Saja Guncang Laut, Info BMKG Magnitudo
Baca juga: Kisah Cinta Terlarang Paman dan Keponakan Berakhir Tragis, Mayat Sang Istri Ditemukan dalam Karung
Foto: Irjen Ferdy Sambo bersama istrinya Putri Candrawathi dan Kamaruudin pengacara keluarga Brigadir J (kanan). Kamaruddin mengungkapkan keinginannya bertemu Putri Candrawathi. (Kolase TribunTimur.com)
Diketahui, Brigadir J tewas diduga karena ditembak oleh sesama polisi Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo pada Jumat 8 Juli 2022.
Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, mengungkapkan keinginannya untuk bertemu Putri Chandrawathi, istri Irjen Ferdy Sambo.
Bahkan hingga kini, Putri yang meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) belum juga diperiksa dengan alasan masih shock.
"Oleh karena itu supaya Ibu itu tidak terguncang, saya menawarkan diri untuk melindungi Ibu Putri.
Saya berkeinginan berbicara dengan dia supaya jelas apa yang terjadi pada 8 Juli 2022," kata Kamaruddin di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (2/8/2022).
"Bisanya kalau perempuan ngomong sama saya, biasanya nyaman untuk mencurahkan isi hatinya karena saya orangnya sabar mendengar," sambungnya.
Kamaruddin menjelaskan jika Putri berkenan, cerita pada hari tewasnya kliennya itu bisa menjadi dasar terungkapnya kasus tersebut secara terang benderang.
"Jadi saya tertarik untuk bertemu Ibu Putri supaya tahu dan mengurangi terlalu banyak misalnya misteri-misteri yang tidak terungkap.
Saya menawarkan diri untuk bertemu Ibu Putri.
Saya berjanji akan melindungi dia secara hukum kalau berkenan ya," jelasnya.
"Supaya cepat terungkap perkaranya dan tidak membebani institusi Polri kan kasian Polri jadi terbebani toh. Saya mau meringankan beban itu," tambahnya.
Istri Irjen Ferdy Sambo Jadi Titik Tumpu
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengaku pihaknya belum bisa mengungkap kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami istri Kadiv Propam nonaktif Polri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawati.
Putri diduga merupakan korban pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J sehingga terjadinya insiden penembakan di rumah dinas Sambo.
Taufan mengatakan titik tumpu atau saksi hidup dari kasus dugaan pelecehan seksual tersebut, yakni istri Sambo.
Sebab saat kejadian, ajudan Sambo, yakni Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E dan Bripka Ricky tidak menyaksikan insiden itu.
"Seluruh peristiwa ini titik krusialnya, tumpunya ada di Bu Putri (yang bisa) menjawab apakah (ada) tembak-menembak, siapa yang melakukannya, pelecehan seksual ini benar ada atau tidak.
Saya kira itu," kata Taufan di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Taufan menuturkan saat ini Komnas HAM belum bisa bertemu dengan istri Sambo, lantaran masa sikologis dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) belum selesai.
"Dugaan pelecehan seksual yang ada siapa?
Hanya Ibu Putri yang bisa memberikan keterangan, itupun kita belum ketemu dia.
Karena masa psikologis dengan LPSK juga belum menyelesaikan prosedurnya," ujarnya.
Karena itu, Taufan menegaskan pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah kasus pelecehan seksual itu benar-benar terjadi.
Pengacara Brigadir J Khawatir CCTV Diedit
Foto: Sejumlah CCTV yang terpasang di sekitar rumah Kadiv Propam Polri non-aktif Irjen Pol Ferdy Sambo. Namun saat penembakan tewasnya Brigadir J, CCTV itu dikabarkan tidak menyala. Namun Komnas HAM memakai CCTV di luar rumah dinas itu. (Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti)
Pengacara keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak meragukan rekaman CCTV yang belakangan ini dibeberkan ke publik.
Diketahui, rekaman CCTV yang memperlihatkan aktivitas keluarga Kadiv Propam Polri non-aktif Irjen Ferdy Sambo dan Brigadir J sebelum tewas itu dibeberkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Saya sudah katakan Komnas HAM itu kalau dapat bukti elektronik diuji dulu.
Karena namanya berbau elektronik itu bisa Ori (orisinil) bisa editan juga.
Elektronik itu rawan diedit, maka harus diuji ahli forensik," kata Kamaruddin di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (2/8/2022) malam.
Kamaruddin menjelaskan bukti elektronik harus melalui proses uji forensik agar hasilnya bisa dipastikan orisinil atau editan.
"Kalau belum diuji bisa saja itu editan.
Bisa saja CCTV yang lalu dibuat seolah-olah pada hari itu," ungkapnya.
Komnas HAM Beberkan Bukti CCTV
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik membeberkan rekaman CCTV terkait kronologi sebelum terjadinya baku tembak yang menewaskan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Damanik mengawali rekaman CCTV yang dilihat oleh pihaknya memperlihatkan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi berangkat dari Magelang bersama rombongan pada 10.00 WIB.
Kemudian Putri Chandrawati bersama rombongannya tiba di rumah pribadinya di Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan pada pukul 15.40 WIB.
Hanya saja, kata Damanik, Irjen Ferdy Sambo terlebih dahulu sampai ke kediaman pribadinya pada pukul 15.29 WIB dari Yogyakarta di mana menggunakan pesawat terbang sebelumnya untuk menuju Jakarta.
"Bu Sambo ini dari Magelang, dua mobil, satu mobil dikawal Patwal berangkat jam 10-an kemudian tiba di rumah pribadi Jalan Saguling persisnya 15.40 WIB."
"Kemudian dia (Ferdy Sambo) masuk ke rumahnya itu jam 15.29 WIB.
Jadi gak terlalu lama, 11 menit itu sampailah ibu (Putri Chandrawati)," jelasnya dikutip Tribunnews dari YouTube metrotvnews pada Sabtu (30/7/2022).
Kemudian, Damanik menjelaskan bahwa dalam rombongan itu terlihat ada Bharada E dan Brigadir J.
"Kelihatan ada Bharada E, ada almarhum Yosua (Brigadir J), ada asisten rumah tangga, dan ada 2 lagi stafnya termasuk ADC senior," tuturnya.
Lantas, tiga menit berselang, Putri Chandrawati, Bharada E, Brigadir J, hingga asisten rumah tangga terlihat melakukan tes RT-PCR.
Namun, menurut Damanik, Ferdy Sambo terlihat berada di kamar dan tidak ikut melakukan tes RT-PCR.
Hanya saja, Damanik tidak mengetahui apakah sebelum itu Ferdy Sambo telah melakukan tes RT-PCR terlebih dahulu.
"Iya tidak tahu (sudah tes PCR), dia apakah sudah PCR. Jadi yang (tes) PCR itu hanya di rombongan (Putri Chandrawati, ajudan, dan asisten rumah tangga) ini saja."
"Jadi Komnas (HAM) sampai sekarang belum mengetahui apakah Pak Sambo PCR-nya jam berapa, di mana, itu nanti kita cari lagi informasinya," jelasnya.
Setelah tes RT-PCR, sekira pukul 16.07 WIB, Damanik mengungkapkan Putri Candrawathi dan rombongan kecuali asisten rumah tangga pergi ke rumah dinas di Duren Tiga.
Namun, katanya, Ferdy Sambo justru tidak menyusul istrinya tapi ke arah lain bersama ADC dan motor Patwal yang sama.
"Baru berapa menit berjalan, kelihatan motor Patwal berhenti, mobil berhenti. Kata penyidik, itu karena ada telepon dari ibu (Putri Candrawathi) ke Pak Ferdy yang menjelaskan ada masalah itu,"jelas Damanik
Penjelasan Damanik ini berdasarkan rekaman CCTV milik tetangga Ferdy Sambo.
Namun, ia tidak mengingat pukul berapa mobil Ferdy Sambo dan motor Patwal berhenti.
Setelah menerima telepon dari istri, Damanik menjelaskan mobil Ferdy Sambo pun berusaha berbalik bersama dengan motor Patwal.
Hanya saja, mobil rombongan Ferdy Sambo itu kesulitan karena jalan yang sempit.
Damanik pun mengungkapkan setelah mengetahui hal itu, Ferdy Sambo pun langsung berlari ke rumah dinas.
"Ga berapa lama, ibu kembali ke rumah didampingi asisten yang menunjukkan wajahnya menangis.
Kenapa kami bisa mengatakan menangis?
Karena CCTV-nya sangat clear, kualitas tinggi," ungkapnya.
Selanjutnya, Damanik mengatakan datangnya mobil Provost hingga mobil lain untuk bergerak ke Rumah Sakit Kramat Jati.
(Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti)
Tayang di Tribunnews.com dan Tribunnews.com