Brigadir J Tewas
Akhirnya Terungkap Bukti Skuat Lama Iri Pada Brigadir J, Kamaruddin: Berprestasi dan Disayang
Kamarudin Simanjutak, mengatakan, dalam ancaman tersebut disampaikan bahwa Brigadir J akan dibunuh jika naik ke atas.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tim kuasa hukum keluarga almarhum Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat terus melacak bukti-bukti baru.
Kamarudin Simanjutak mengaku menemukan bukti kuat bahwa Brigadir Yosua adalah korban pembunuhan berencana.
Bukan korban baku tembak seperti yang selama ini disampaikan Polri.
Baca juga: Akhirnya Terungkap Ferdy Sambo Diperiksa Tim Khusus Soal Brigadir J, Benny Mamoto Ungkap Hasilnya
Menurut dia, pihaknya berhasil melacak jejak digital tentang adanya ancaman pembunuhan terhadap Brigadir Yosua pada 19 Juni lalu.
Ancaman pembunuhan itu disebut muncul dari rekan Yosua sendiri.
’’Belum bisa disebutkan ancaman ini dari rekan apa, sesama polisi atau siapa,’’ ujarnya.
Namun terungkap juga adanya ancaman pembunuhan terhadap Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang diterima terakhir kali pada Kamis (7/7/2022) lalu.
Koordinator kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamarudin Simanjutak, mengatakan, dalam ancaman tersebut disampaikan bahwa Brigadir J akan dibunuh jika naik ke atas.
"Di situ diancam, apabila naik ke atas, akan dihabisi atau dibunuh," katanya, dikutip Tribunnews.com, Minggu (24/7).
Namun, Kamaruddin mengaku belum memahami makna dari kalimat ‘naik ke atas’. Menurutnya, pemahaman soal makna naik ke atas ini adalah ranah penyidik.
Kamaruddin Simanjutak membeberkan fakta terbaru di mana ia mengungkapkan alasan adanya ancaman pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Kamaruddin mengatakan ancaman pembunuhan itu dilakukan oleh 'skuat lama' yang juga merupakan ajudan dari Kadiv Propam Polri non-aktif, Irjen Ferdy Sambo.
Dirinya mengungkapkan alasan adanya ancaman pembunuhan itu lantaran Brigadir J merupakan polisi yang berprestasi dan disayangi oleh Ferdy Sambo beserta istri, Putri Candrawathi.
"Karena dia berprestasi dan disayang oleh komandan. Iya termasuk oleh bapaknya (Ferdy Sambo) dan ibu (Putri Candrawathi)," katanya dikutip Tribunnews dari tayangan Aiman di YouTube Kompas TV, Selasa (2/8/2022).
Kamaruddin pun mengatakan bukti sayangnya Ferdy Sambo dan Putri adalah ketika adik Brigadir J yang juga anggota polisi dipanggil oleh mereka untuk diberi hadiah.
"Pada tanggal 1 Juli 2022, ibu Putri memanggil adiknya (adik Brigadir J), adiknya ini kan polisi juga. Dipanggil ia ke rumahnya, dia diberi dompet merek Pedro, dia diberi uang Rp 5 juta. Dan uang Rp 5 juta-nya pun masih tersimpan itu sampai sekarang," jelasnya.
Selain itu, kata Kamaruddin, Ferdy Sambo dan Putri menjanjikan untuk mengurus kepindahan adik Brigadir J dari Pelayanan Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Yanma Polri) ke Jambi.
"Pertanyaannya kalau dia (Brigadir J) tidak dekat, mungkin gak adik daripada almarhum dipanggil oleh ibu ke rumahnya dan dihadiahi," jelasnya.
Update Kasus Tewasnya Brigadir J: Putri Candrawathi Berteriak dan Panggil Bharada E hingga Hilangnya Organ Brigadir J
Fakta terbaru terkait tewasnya Brigadir J adalah adanya teriakan dari Putri Candrawathi dan memanggil Bharada Rizhard Eliezer alias Bharada E.
Teriakan ini terjadi saat Putri Candrawathi beserta Bharada E, Brigadir J, dan ajudan lainnya tiba di rumah dinas.
Dikutip dari Tribunnews, Bharada E langsung naik kel lantai dua untuk membersihkan diri ketika telah sampai di rumah dinas.
Sementara ajudan Ferdy Sambo yang lain bernama Riky menuju ke ruangan lain yang berada di lantai dasar.
Kemudian, Bharada E mendengar adanya suara teriakan Putri Candrawathi dari dalam kamarnya yang berada di lantai dasar.
"Dia (Bharada E) naik kel lantai dua ke ruangan ajudan. Dia lagi bersih-bersih. Terus dia dengar suara teriakan dari ibu Putri. Ini dari versi Bharada E," tutur Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik.
Selain berteriak, Damanik mengatakan Putri Candrawathi juga memanggil nama Bharada E.
Mendengar teriakan itu, Bharada E pun langsung turun ke lantai dasar dan bertanya kepada Brigadir J.
Hanya saja, menurut Bharada E, Brigadir J justru menodongkan senjatanya dan menembak ke arah Bharada E.
"Dia turun ke bawah melihat saudara J. Dia bertanya ada apa ini, dia lihat J mengarahkan senjata ke dia dan menembak."
"Setelah itu dia mundur ke belakang, ambil senjata dan mengokang dan menembak senjata," jelas Damanik.
Tembakan itu pun membuat baku tembak tidak terhindarkan menurut keterangan Bharada E terhadap Komnas HAM.
Kemudian, Bharada E membalas tembakan Brigadir J.
Tembakan Bharada E itu pun membuat Brigadir J terkapar.
Untuk memastikan Brigadir J tewas, Bharada E pun menembak kembali sebanyak dua kali.
Namun, soal posisi Riky, Damanik tidak menjelaskan lebih lanjut saat insiden baku tembak itu terjadi.
Terpisah, Kamaruddin mengungkapkan organ tubuh Brigadir J yakni kantung kemih dan pankreas tidak berada di tempatnya.
Pernyataan Kamaruddin berdasarkan hasil autopsi yang telah diterimanya.
"Pankreas bisa hilang atau tidak tampak. Demikian juga kantong kemih, kemana ini?" kata Kamaruddin dikutip dari Tribun Jakarta.
Imbasnya, Kamaruddin menegaskan pihaknya akan membuat laporan polisi atas hilangnya organ Brigadir J ini.
"Kami nanti juga akan melakukan upaya hukum untuk melaporkan orang-orang yang diduga menyebabkan hilangnya pankreas maupun kantong kemih," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com