Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pemilu 2024

Sejarah PNI, PDI hingga PDI Perjuangan, Cantumkan Peristiwa Kudatuli, Daftar Pemilu Hari Pertama

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan satu di antara parpol yang memiliki sejarah panjang dan bertalian dengan keberadaan NKRI.

Editor: Aswin_Lumintang
Dok DPP PDIP
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto. 

Sejarah PDIP

Dilansir TribunnewsWiki.com, sejarah PDIP dapat dirunut mulai dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Ir Soekarno pada 4 Juli 1927.

PNI bergabung dengan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik.

Partai gabungan tersebut dinamakan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

Sejak awal terbentuk, konflik internal PDI terus terjadi dan diperparah dengan adanya intervensi dari pemerintah.

Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua Ir Soekarno, Megawati Soekarnoputri didukung untuk menjadi Ketua Umum PDI.

Namun, pemerintahan Soeharto tidak menyetujui dukungan tersebut kemudian menerbitkan larangan mendukung pencalonan Megawati Soekarnoputri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.

Karena larangan tersebut berbanding terbalik dengan keinginan peserta KLB, secara de facto Megawati Soekarnoputri dinobatkan sebagai ketum DPP PDI periode 1993-1998.

Pada Musyawarah Nasional 22-23 Desember 1993 di Jakarta, Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI secara de jure.

Konflik internal PDI terus terjadi hingga diadakan Kongres pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan.

Pada 20 Juni 1996, para pendukung Megawati melakukan unjuk rasa hingga bentrok dengan aparat keamanan yang menjaga kongres.

Lalu, pada 15 Juli 1996 pemerintahan Soeharto mengukuhkan Suryadi sebagai Ketum DPP PDI.

Pada 27 Juli 1996, pendukung Megawati menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.

Kemudian, muncul rombongan berkaus merah kubu Suryadi, dan terjadi bentrok dengan kubu Megawati.

Setelah persitiwa itu, PDI di bawah pimpinan Suryadi hanya memperoleh 11 kursi DPR.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved