Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Profil Tokoh

Profil KH Ahmad Dahlan, Pelopor Kebangkitan Islam di Indonesia, Nasabnya Sampai ke Nabi Muhammad SAW

Berikut ini progfil dari salah seorang tokoh Islam di Indonesia yakni KH Ahmad Dahlan. Beliau diangkat sebagai Pahlawan Nasional atas jasanya.

Editor: Rizali Posumah
Wikipedia/ Kompas.com
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Tokoh pelopor kebangkitan Islam di Indonesia. Nasabnya menyambung hingga ke Nabi Muhammad SAW. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID -  KH Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh penting Islam di Indonesia. 

Ia adalah pendiri salah satu organisasi besar Islam di Indonesia yakni Muhammadiyah. 

Beliau membentuk Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Selain itu, ia juga dikenal sebagai pelopor kebangkitan umat Islam di Indonesia.

KH Ahmad Dahlan dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1868 dengan nama Muhammad Darwis.

Putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta.

Ketika masih kecil, Dahlan tidak mendapat pendidikan dari sekolah.

Keterampilan sastra dasarnya ia dapat dari ayahnya, teman, serta saudara iparnya.

Pada usia 8 tahun, Dahlan sudah mampu membaca dan menyelesaikan bacaan Al-Qur'an.

Selain itu, sejak kecil Dahlan juga sudah menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Ia pun mulai mulai mendalami ilmu Islam saat sudah beranjak remaja.

Saat Dahlan baru berusia 15 tahun, ia pergi naik haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun.

Pada masa ini, Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran baru dalam Islam.

Pada 1888, saat kembali ke kampung halamannya, Muhammad Darwis pun berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Mendirikan Muhammadiyah

Setelah kembali ke Jawa pada 1888, ia menikah dengan Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, anak dari seorang imam dari Masjid Agung di Yogyakarta,

Pada 1909, ia bergabung ke dalam organisasi Budi Utomo.

Dari organisasi ini ia berharap dapat memberitakan reformasi kepada anggotanya.

Namun, para pendukungnya justru mendesak Dahlan untuk mendirikan organisasi sendiri.

Pada 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan Muhammadiyah, organisasi pendidikan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita reformasinya.

Perkumpulan ini berdiri tepatnya pada 18 November 1912.

Sejak awal, Dahlan sudah menetapkan bahwa Muhammadiyah tidak bergerak dalam bidang politik, melainkan sosial dan pendidikan.

Pada 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permojonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapat status sebagai badan hukum.

Permohonan inipun baru dikabulkan pada 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 Tanggal 22 Agustus 1914.

Izin ini hanya berlaku dan boleh bergerak untuk daerah Yogyakarta saja.

Sejak saat itu, organisasi Muhammadiyah pun semakin lama semakin berkembang.

Pada 1917 ditambahkan seksi perempuan bernama Aisyiyah, buatan istrinya, yang berperan penting dalam memodernisasi kehidupan perempuan Indonesia.

Maka dari itu, Dahlan kembali mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 2 September 1921.

Saat ini, dengan jumlah anggota sebanyak 20juta, Muhammadiyah menjadi organisasi Muslim terbesar kedua di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama.

Akhir Hidup

Ahmad Dahlan meninggal di usia 54 tahun di Yogyakarta pada 23 Februari 1923.

Atas jasanya, KH Ahmad Dahlan pun dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional menurut Surat Keprres No. 657 Tahun 1961.

Dasar-dasar penetapan Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional adalah sebagai berikut:

1. KH Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah.

2. Muhammadiyah telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya.

3. Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Keturunan Nabi Muhammad

Dikutip dari muhammadiyah.or.id, Sutrisno Kutoyo dalam Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah (1982) menukil catatan dari Eyang Abdurrahman, Plasakuning, Yogyakarta.

Dalam catatan tersebut disebutkan silsilah Kiai Ahmad Dahlan yang bersambung ke Maulana Malik Ibrahim.

Urutan sanad tersebut yakni KH Ahmad Dahlan ibn KH Abu Bakar ibn KH Muh Sulaiman ibn Kiai Murtadhlo ibn Kiai Ilyas ibn Demang Juru Kapindo ibn Demang Juru Sepisan ibn Maulana Sulaiman. 

Kemudian dari Maulana Sulaiman bersambung ke Maulana Fadhilah ibn Maulana Ainul Yakin ibn Maulana Ishak ibn Maulana Malik Ibrahim.

Maulana Malik Ibrahim sendiri yang digelari sebagai Sunan Gresik adalah seorang Wali paling senior di antara sembilan wali.

Drewes dalam New Light on the Coming of Islam to Indonesia (1968) menyebutnya sebagai sosok yang paling awal berdakwah menyebarkan Islam di bumi Jawa.

Berdasarkan catatan As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini pada Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait, Maulana Malik Ibrahim ini adalah seorang sayyid atau keturunan Nabi Muhammad.

Urutan tersebut adalah As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim ibn As-Sayyid Barakat Zainal Alam ibn As-Sayyid Husain Jamaluddin ibn As-Sayyid Ahmad Jalaluddin ibn As-Sayyid Abdullah ibn As-Sayyid Abdul Malik Azmat Khan. 

Dari Abdul Malik Azmat Khan bersambung ke  ibn As-Sayyid Alwi Ammil Faqih ibn As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath ibn As-Sayyid Ali Khali’ Qasam ibn As-Sayyid Alwi ibn As-Sayyid Muhammad ibn As-Sayyid Alwi.

Dari Alwi bersambung ke As-Sayyid Ubaidillah ibn Al-Imam Ahmad Al-Muhajir ibn Al-Imam ‘Isa Ar-Rumi ibn Al-Imam Muhammad An-Naqib ibn Al-Imam Ali Al-Uraidhi ibn Al-Imam Ja’far Shadiq.

Dari Imam Ja'far Shadir bersambung ke Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Ali Zainal Abidin ibn Al-Imam Al-Husain ibn Ali bin Abi Thalib suami dari Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad Rasulullah SAW. ( muhammadiyah.or.id/Kompas.com)

Sebagian artikel ini terbit di Kompas.com.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved