Sosok Tokoh
Sosok Pratiwi Sudarmono, Perempuan asal Bandung yang Jadi Astronot hingga Gabung NASA, Ini Kariernya
Perempuan pertama Indonesia, Pratiwi Sudarmono jadi astronot hingga bergabung NASA
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Pratiwi Sudarmono, Perempuan Indonesia yang jadi astronot.
Diketahui Pratiwi pernah bergabung dengan NASA.
Berikut ini perjalanan kariernya.
Baca juga: BACAAN ALKITAB - Mazmur 34:15-18 Tuhan Benteng Perlindungan
Baca juga: Peringatan Dini Hari Ini Kamis 14 Juli 2022, BMKG: Waspada 24 Wilayah Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem
Baca juga: 10 Pantun HUT Manado Sulawesi Utara, Bagikan pa Ngoni pe Media Sosial
Foto : Pratiwi Sudarmono. (via Tribunnews.com)
Tak banyak yang tahu jika Indonesia memiliki seorang astronot perempuan bernama Pratiwi Sudarmono.
Melansir Kompas.com yang tayang di Parapuan.co, perempuan yang lahir di Bandung pada 31 Juli 1952 ini pernah bergabung dalam proyek NASA pada tahun 1986.
Ia nyaris mencetak rekor sebagai perempuan Indonesia pertama yang terbang ke angkasa.
Namun perjalananya ke luar angkasa terpaksa dibatalkan karena suatu insiden ledakan di udara.
Penasaran seperti apa perjalanan karier Pratiwi Sudarmono sebagai astronot perempuan? Yuk, kenali sosoknya lewat ulasan di bawah ini!
Perjalanan karier Pratiwi Sudarmono
Pratiwi adalah anak sulung dari enam bersaudara yang sudah memiliki minat mempelajari tata surya dan antariksa sejak kecil.
Ia sempat menempuh pendidikan di SD St. Joseph (1964), SMP St. Angela (1967), dan SMA Putri Tarakanita Jakarta (1970).
Kemudian Pratiwi melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1976.
Setelah menempuh pendidikan sarjana, Pratiwi melanjutkan melanjutkan studi dan penelitiannya di Research Institute for Microbial Diseases di Osaka University, Jepang.
Di tahun yang sama juga, ia mendapat brevet keahlian dalam bidang mikrobiologi klinik.
Hal itu membuat dirinya menjadi perempuan Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Doktor (Ph.D) di bidang kedokteran dari Jepang.
Diketahui Pratiwi adalah satu-satunya calon astronot perempuan Indonesia yang terpilih dengan ditemani salah satu kandidat astronot Indonesia lain, yaitu Taufik Akbar, seorang insinyur telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Taufik menjadi awak cadangan untuk misi peluncuran STS-61-H di Amerika Serikat.
Saat Indonesia bekerja sama dengan NASA (National Aeronautics and Space Administration) pada 1985, Pratiwi terpilih menjadi ilmuwan perwakilan Indonesia lewat penyeleksian yang sangat ketat.
Pada 24 Juni 1986, NASA dalam misi Wahana Antariksa atau Space Shuttle berencana menuju ke luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik Columbia.
Tujuan misi tersebut ialah membawa tiga satelit komersial, yakni Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S.
Namun misi tersebut terpaksa dibatalkan karena adanya meledaknya pesawat ulang-alik Challenger di udara beberapa bulan sebelum keberangkatan.
Foto : Ilustrasi astronot di luar angkasa. (NASA)
Meski batal ke luar angkasa, Pratiwi berkesempatan menjalani penelitian di komplek NASA, Amerika Serikat.
Ia bahkan pernah menjalani pelatihan astronot dan mempelajari struktur luar kendaraan luar angkasa.
Tak hanya itu saja, Pratiwi juga menerima berbagai penghargaan pada tahun 2019, di antaranya, penghargaan GE Indonesia Recognition for Inspiring in STEM Award.
Saat ini Pratiwi bekerja sebagai guru besar atau profesor kehormatan ilmu mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Telah tayang di Tribunnews