Baku Tembak di Jakarta
Ketua RT Irjen Sukarto Kesal Tak Ada yang Lapor Brigadir J Tewas Ditembak Bharada E, CCTV Diganti
Ketua RT Irjen Seno Sukarto merasa kesal karena tidak ada yang melapor saat kejadian baku tembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Purnawirawan Jenderal Polisi Irjen Seno Sukarto, Ketua RT 05 RW 01 di kawasan Duren Tiga Jakarta Selatan merasa tersinggung karena tidak ada yang melapor saat kejadian baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Selain itu, CCTV di pos keamanan kompleks rumah Irjen Ferdy Sambo telah diganti polisi.
Irjen Sukarto merasa kesal karena dirinya seperti tidak dianggap sebagai ketua RT di kompleks tersebut.
"Sampai sekarang saya ketemu aja nggak, terus terang saya juga ya kesal.
Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal loh, meskipun RT," kata Seno.
Ia tersinggung atas sikap polisi yang tidak memandang dirinya sebagai ketua lingkungan.
(Rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo. (Warta Kota/ Miftahul Munir)
Mantan Kapolda Sumatera Utara dan Kapolda Aceh itu menambahkan, pihak kepolisian juga kerap memerintah sekuriti tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan pengurus RT termasuk Ketua RT.
"Jadi saya memang tersinggung juga dalam hal ini.
Sama sekali nggak ada laporan, nggak ada ini, merintahkan satpam seenaknya saja.
Kenapa tidak memberi tahu saya sebagai ketua RT," ujar dia.
Seno menerangkan dirinya baru mengetahui ada insiden baku tembak yang terjadi pada Jumat (8/7/2022) itu pada Senin (11/7/2022) melalui Youtube.
"Sebetulnya terus terang saya justru melihat di YouTube itu.
Itu saya baru tahu loh, itu ada kaitannya dengan itu.
Meskipun sebetulnya saya sudah agak ragu-ragu ada apa sih ini sebetulnya," jelasnya.
"Itulah yang saya sesalkan kenapa nggak dilapori soal kejadian itu," sambungnya.
Menurut Seno, sekuriti sempat mendengar bunyi letusan.
Namun, suara itu disangka bersumber dari petasan.
Sebab, pada saat itu menjelang hari raya Idul Adha.
"Disini ini biasanya menjelang Idul Adha atau tahun baru itu biasanya membunyikan kembang api.
Jadi semuanya pada saat itu menyadari bahwa mereka itu menganggap petasan, bukan tembakan.
Sehingga tidak ada tindak lanjut setelah mendengar itu tidak ada tindak lanjut, biasa-biasa saja," jelas Seno.
Pihak Kepolisian ternyata sempat mengganti alat dekoder CCTV yang ada di pos keamanan Komplek Polri Duren Tiga, Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan, dimana rumah kediaman Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo berada.
Penggantian dekoder CCTV itu dilakukan pada Sabtu (9/7/2022), sehari setelah peristiwa baku tembak yang menewaskan Brigadir J atau Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat terjadi di rumah Kadiv Propam Polri.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua RT 05 RW 01, Mayjen Pol (Purn) Seno Sukarto saat diwawancara awak media di rumahnya.
"Maksudnya itu bukan CCTV di rumah Pak Sambo, CCTV alatnya yang di pos, ya dari mereka (yang ganti), saya tahunya hari Senin," katanya Rabu (13/7/2022).
Menurut Seno, akibat dekoder CCTV komplek diganti oleh aparat kepolisian, maka sebagai Ketua RT ia tak bisa memutar ulang kejadian beberapa jam setelah kejadian penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo.
Sehingga, ia tak mengetahui jenazah korban diangkut menggunakan mobil ambulans atau mobil pribadi.
"Saya tanya sama Satpam, ya dia aja enggak tahu diganti yang baru, alatnya ininya itu, ya mungkin karena semua CCTV sini kan pusatnya di pos keamanan," terangnya.
Kejanggalan Kematian Brigadir J
Satu kejanggalan atas kematian Brigadir J alias Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat kembali mencuat.
Pihak keluarga yang tinggal di Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, Jambi, mendapat ujian bertubi-tubi dan merasakan kejanggalan atas kematian Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat.
Terbaru, nomor WhatsApp keluarga Brigadir J dikabarkan diretas atau kena hack.
Hal tak menyenangkan terus dirasakan keluarga, mulai dari meninggalnya Yosua hingga handphone kena hack atau diretas.
Selain itu, paman Yosua meninggal saat memberi penghiburan, atau mangapuli dalam istilah Batak, Selasa (12/7/2022).
Paman Yosua yang meninggal ini dipanggil dengan nama Ama Jairo Simanjuntak, istrinya boru Pasaribu.
Dia mengalami sesak setelah memberi petuah untuk keluarga kemudian drop.
Sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tidak bisa tertolong lagi.
Hingga kini Rabu (13/7/2022), nomor WhatsApp ayah, ibu, dan adik Yosua belum juga bisa berfungsi.
Padahal percapakan terakhir antara Yosua dengan keluarga ada semua di dalam chattingan WhatsApp.
Nomor WA mereka diretas satu persatu sejak Selasa pagi hingga sore. Pelaku dan motif peretasan belum diketahui.
Pakar IT dari Universitas Dinamika Bangsa, Ahmad Asyhadi SKom MSi, memastikan WA keluarga itu diretas, dilihat dari notifikasi yang muncul, dan tak bisa diakses pemiliknya.
Misteri Luka Sayatan
Banyak pihak menilai ada kejanggalan dalam meninggalnya Brigadir Yosua Hutabarat.
Kasus ini menjadi perhatian nasional, mengingat Yosua adalah ajudan jenderal bintang dua.
Selain itu, kejadian juga di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo (kemudian diralat Polisi hanya rumah singgah).
Satu di antara kejanggalan adalah adanya luka sayatan di tubuh Yosua.
Berdasarkan versi Mabes Polri, luka tersebut dari goresan proyektil atau terserempet peluru saat baku tembak.
Anggota DPR RI, TB Hasanuddin, yang punya latar belakang militer dengan segudang pengalaman memastikan luka sayatan di tubuh Yosua Hutabarat itu tak mungkin dari peluru.
Seseorang yang terserempet peluru, ungkapnya, seharusnya akan mendapatkan luka bakar, bukan luka sayat.
"Peluru itukan panas (saat ditembakkan). Kalau nyerempet, ya lukanya luka bakar," ujar TB Hasanuddin, dikutip dari Tribunjabar.
Dia mendesak Kapolri menurunkan tim khusus untuk melakukan investigasi pada kasus ini karena menyangkut manusia.
"Lakukan saja penyelidikan terbuka. Jenazahnya divisum. Kok orang meninggal langsung dikirim saja," ucapnya.
Hal lain yang menurutnya janggal adalah terkait dengan pangkat dua orang yang disebut polisi baku tembak.
Satu orang berpangkat Bharada, yang kemudian disebutkan sebagai ajudan Irjen Pol Ferdy Sambo,
Satu orang lagi berpangkat Brigadir, yakni Yosua, yang kemudian disebut sebagai sopir istri Ferdy Sambo.
"Itu kebalik. Sopir yang seharusnya Bharada, untuk ajudan pangkatnya Brigadir," tegasnya.
Apalagi dengan penjelasan Ferdy Sambo sedang tidak berada di rumah, tapi ajudan malah di rumah, dia bilang itu aneh.
Sebab harusnya ajudan akan ikut pergi bersama Sambo ketika pergi meninggalkan rumah.
Keanehan Pada CCTV
Ayah Yosua, Samuel Hutabarat merasa aneh dengan penjelasan seorang jenderal dan rombongan yang datang ke rumahnya.
Pada saat itu dia meminta rekaman CCTV agar bisa melihat kebenaran atas peristiwa yang masih misterius itu.
Namun saat itu disebutkan oleh seorang di antara rombongan itu, tidak ada CCTV yang mengarah ke lokasi baku tembak.
Disebutkan juga memang ada CCTV di rumah, hanya saja tak mengarah ke lokasi kamar.
Sementara dalam konfrensi pers terbaru polisi di Jakarta, disebutkan CCTV di rumah Ferdy Sambo rusak dua minggu belakangan ini.
"Kan ini aneh! Kepada saya dibilang hanya tidak mengarah ke lokasi baku tembak. Kemudian di Jakarta dibilang lagi rusak dua minggu terakhir," ucapnya.
Samuel sebagai ayah kini hanya ingin mengetahui kebenaran yang sesungguhnya soal bagaimana anaknya meninggal dunia.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ketua RT Seno Sukarto Tersinggung Atas Sikap Polisi terkait Kasus Penembakan di Rumah Ferdy Sambo,