Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Viral Medsos

Viral Kisah Bhabinkamtibmas yang Jadi Perbincangan Setelah Kakinya Dibasuh Anak SD

Momen itu pun terekam kamera ponsel dan rekaman seorang bocah membasuh kaki seorang Bhabinkamtibmas itu beredar disejumlah media sosial.

Editor: Indry Panigoro
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Kedekatan Aipda Dwi Cipto bersama Akbar seorang siswa SD di Danurejan, Kota Yogyakarta, Jumat (1/7/2022) 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang anggota Bhabinkamtibmas Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta Aipda Dwi Cipto jadi viral.

Aipda Dwi Cipto jadi perbincangan publik setelah dirinya menitikkan air mata saat kedua kakinya dibilas oleh bocah berusia 13 tahun.

Momen kaki Aipda Dwi Cipto dibasuh bocah itu terekam kamera ponsel dan rekaman seorang bocah membasuh kaki seorang Bhabinkamtibmas itu beredar disejumlah media sosial.

Nah saat diwawancara, Aipda Dwi Cipto, mengakui bahwa dia merasa terenyuh saat bocah bernama Akbar Eka Riyadi Santosa tiba-tiba mendekat kepadanya, lalu memeluk dan membasuh kedua kakinya, dimomen wisuda siswa-siswi SD Widoro, Tegalpanggung, Danurejan.

Pria yang akrab disapa Cipto itu, Jumat siang (1/7/2022) bersedia diwawancara mengenai kedekatannya dengan Akbar.

Seperti biasa, Cipto datang mengendarai sepeda motor warna abu-abu gelap bertuliskan 'Bhabinkamtibmas'.

Dengan berseragam lengkap, anggota Polisi yang satu ini tanpa sungkan bercerita tentang pengalamannya mengabdi di korps Polri sebagai 'Pak Bhabin'

Dia bercerita, karirnya sebagai anggota Bhabinkamtibmas Tegalpanggung dimulai sejak 2017 silam.

Kedekatan Aipda Dwi Cipto bersama Akbar seorang siswa SD di Danurejan, Kota Yogyakarta, Jumat (1/7/2022)
Kedekatan Aipda Dwi Cipto bersama Akbar seorang siswa SD di Danurejan, Kota Yogyakarta, Jumat (1/7/2022) (TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA)

Sebagai sosok Polisi yang rajin melakukan pembinaan dimasyarakat, tentu dirinya sangat dekat dengan masyarakat.

Bocah bernama Akbar ini satu dari sekian banyak orang yang mengenal dekat dengan Aipda Dwi Cipto.

"2017 saya sebagai Bhabinkamtibmas Tegalpanggung. Saya bertemu dengan Akbar," katanya, ditemui di Tegalpanggung, Kota Yogyakarta, Jumat siang.

Pria yang akrab disapa Pak Cip ini mengatakan, dia begitu menaruh perhatian besar kapada keluarga bocah bernama Akbar.

Perhatiannya itu muncul ketika bocah berumur 13 tahun itu sempat tidak bersekolah.

Lebih tepatnya, Akbar akan berangkat ke sekolah mengikuti suasana hatinya.

Kata Dwi Cipto, dia sempat tidak bersekolah lantaran ibunya hanya terkapar di ruang peraduan.

Ibunya bernama Siti Sulasiah menderita penyakit ginjal, sebelum akhirnya meninggal dunia.

"Kalau ada anak-anak kami jarang masuk sekolah atau apa, saya komunikasikan. Akbar saat itu tidak mau sekolah karena ibunya saat itu sakit. Dirawat disalah
satu RA negeri. Sakitnya ginjal," ungkap Dwi.

Karena keterbatasan ekonomi, ibunya dibawa pulang ke rumah dan menjalani perawatan di rumahnya terletak di Tegalpanggung, Kota Yogyakarta.

Selama di rumah, ibunya hanya berbaring di kamar sederhana.

Fasilitas perawatan ibunya saat di rumah pun hanya mengandalkan pihak Kalurahan dan Puskesmas setempat.

Tak sanggup menahan rasa sakit yang berkepanjangan, sang ibu dari bocah itu menghembuskan napas terakhirnya.

"Sekarang sudah meninggal. Fokus saya waktu itu dua yaitu membujuk Akbar tetap sekolah sama nutup biaya operasi ibunya," kata Aipda Dwi.

Upaya itu pun dilakukan, mulai dari menghubungi Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, hingga ke DPRD setempat.

"Waktu itu dari Jamkesda Rp15 juta, dari Dinsos, Dinkes dan dari Polsek Danurejan terkumpul. Tetapi belum menutup biaya," ujarnya.

Dibidang sosial dan pendidikan, Aipda Dwi menghubungi pihak kelurahan dan sekolahnya untuk bersama-sama membujuk supaya Akbar bersedia kembali masuk sekolah.

Tidak mudah membujuk seorang bocah yang dirundung pilu seperti halnya Akbar.

Namun, berkat konsistensinya, Aipda Dwi berhasil membujuk Akbar untuk bersekolah.

"Pokoknya mau sekolah saja dulu, telat pun gak masalah. Itu pesan kepala sekolah waktu itu," kata dia.

Upaya yang dilakukannya itu membuahkan hasil, Akbar menemukan semangat lagi untuk bersekolah.

Dia akhirnya menjalani wisuda purna siswa SD Widoro belum lama ini.

Momen ketika wisuda itulah kedekatan yang terjalin antara dua sosok itu terasa begitu kuat.

"Entah dia spontan apa bagaimana, tiba-tiba Akbar datang ke saya. Dia membasuh kaki saya. Karena walinya gak ada. Ibunya meninggal, ayahnya serabutan di luar
kota. Saya ikut menangis saat itu," terang dia.

Atas beredarnya video momen wisuda siswa SD tersebut, beberapa masyarakat yang berempati mulai datang untuk memberi bantuan kepada Akbar.

"Saya dihubungi orang pondok. Ada juga dari sekolah SMP yang telfon buat nawari Akbar lanjut sekolah," pungkasnya. ( Tribunnjogja.com | Miftahul Huda )

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved