Human Interest Story
Sosok Hein, Kaum Tunanetra di Manado yang Setiap Hari Jualan Kacang, Dulunya Masih Bisa Melihat
Hein menjual kacang di lorong jalan penghubung jalan Samrat dan Pierre Tendean Manado.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Handhika Dawangi
Hari mulai gelap. Suasana di jalan penghubung Samrat dan Boulevard, tepatnya samping toko Gunung Langit, kian ramai.
Mobil dan motor kian banyak, hingga kemacetan pun tercipta di jalan selebar lima meter itu.
Di ujung jalan, seorang pria tua terlihat menjajakan jualan kacang.
Dalam bungkusan plastik itu ada di tangan kirinya.
Sedang tangan kanannya memegang tongkat.
Ia buta dan tongkat itu ibarat mata baginya.
Namanya Iskandar Mokodompit. Umur 44 tahun. Buta sejak lahir.
Tribun memperkenalkan diri, ia curiga, mengira Tribun sebagai pegawai dinas sosial.
menjadi ramah ketika Tribun menyebut akan bertanya tentang pekerjaannya.
"Setiap malam saya menjajakan dagangan di sini. Saya sudah 25 tahun bekerja seperti ini," beber dia.
Ia mengaku sendirian berangkat dari rumahnya di Paal IV menuju jalan itu.
Seluk beluk jalan ia hafal dengan baik.
"Saya naik mikro dari rumah kemudian berjalan, tak pernah saya celaka," kata dia.
Ia termasuk orang yang skeptis.
Usai Kerjakan PR Jadi Tukang Parkir, Kisah Pekerja Anak di Manado Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Kisah Hidup Hengky, Tunanetra asal Manado Sulawesi Utara yang Punya Bakat Bermusik |
![]() |
---|
Perjuangan Yohanes Disa untuk Jadi Guru Tunanetra, Ongkosi Kuliah dengan Jualan Tisu |
![]() |
---|
Kisah Penyandang Disabilitas di Minsel Sulawesi Utara yang Jadi Tukang Ojek Demi Biaya Hidup |
![]() |
---|
Kisah Guru Manado Sulawesi Utara Jadi Spiderman, Superhero Penolong Kaum Papah dan Anak Anak Malang |
![]() |
---|