Human Interest Story
Sosok Hein, Kaum Tunanetra di Manado yang Setiap Hari Jualan Kacang, Dulunya Masih Bisa Melihat
Hein menjual kacang di lorong jalan penghubung jalan Samrat dan Pierre Tendean Manado.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Handhika Dawangi
Hein bercerita, ia buta sejak belasan tahun. Ia menduga karena kena getah pepaya.
"Saya ini dulu sering buat mi di bahu," kata dia.
Perlahan penglihatannya melemah. Ia buta total pada usia 17 tahun.
Namun Hein tak meratapi nasib. Ia bekerja layaknya orang biasa.
Dia menikah dan punya anak.
Awalnya ia jualan kacang di rumah makan. Kemudian dirinya jualan kacang dengan menetap di jalan.
"Saya ke sini dari rumah saya di Paal 4 pakai ojek, jualan dari jam 3 hingga jam 8 malam, sesudah itu ojek kembali ambil saya," katanya.
Berkat keuletannya, ia berhasil sekolahkan anak.
"Seorang diantaranya sudah menikah," katanya.
Hein dan istri mati matian menghidupi keluarga.
Sang istri menopang suaminya dengan membuat makanan.
Dalam sehari, Hein mengaku dapat mengumpulkan uang 150 hingga 200 ribu.
"Filosofi saya adalah harus bekerja dan berdoa, mata saya boleh buta, tapi hidup harus terus berjalan," ujarnya. (Art)
Kisah Iskandar Mokodompit Penjual Kacang di Jalan Samping Toko Gunung Langit
Usai Kerjakan PR Jadi Tukang Parkir, Kisah Pekerja Anak di Manado Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Kisah Hidup Hengky, Tunanetra asal Manado Sulawesi Utara yang Punya Bakat Bermusik |
![]() |
---|
Perjuangan Yohanes Disa untuk Jadi Guru Tunanetra, Ongkosi Kuliah dengan Jualan Tisu |
![]() |
---|
Kisah Penyandang Disabilitas di Minsel Sulawesi Utara yang Jadi Tukang Ojek Demi Biaya Hidup |
![]() |
---|
Kisah Guru Manado Sulawesi Utara Jadi Spiderman, Superhero Penolong Kaum Papah dan Anak Anak Malang |
![]() |
---|