Konflik Rusia dan Ukraina
Petinggi Militer Amerika Serikat dan Rusia Berdialog Soal Perang Rusia dan Ukraina
Kedua pejabat tinggi militer tersebut membahas berbagai masalah kepentingan bersama, termasuk konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina
TRIBUNMANADO.CO.ID - Petinggi militer Rusia dan Ukraina berdialog soal perang yang tengah berlangsung antara Rusia dan Ukraina
Kedua orang tersebut di antaranya Kepala Staf Umum Rusia Jenderal Valery Gerasimov dan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley
Valery Gerasimov dan Mark Milley mengadakan panggilan telepon yang jarang terjadi pada Kamis (19/5/2022) waktu Washington.
Kedua pejabat tinggi militer tersebut membahas berbagai masalah kepentingan bersama, termasuk konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Penjelasan disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia lewat kanal Telegramnya, Jumat (20/5/2022).
Pembicaraan diadakan atas permintaan pihak Amerika. Pentagon bungkam, tidak memberikan rincian tentang percakapan itu.
"Para pemimpin militer membahas beberapa masalah terkait keamanan dan setuju untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka," kata juru bicara Mark Milley.

“Sesuai praktik sebelumnya, detail spesifik dari percakapan mereka akan dirahasiakan,” lanjutnya.
Berbicara di Brussels, Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa, Tod Wolters, menyatakan harapannya pembicaraan Gerasimov dan Milley membawa solusi diplomatik.
Rusia menyerang negara tetangga itu menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.
Pembicaraan level tinggi Rusia-AS sebelumnya dilakukan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.
Keduanya melakukan panggilan telepon pertama sejak dimulainya operasi Moskow di Ukraina pada akhir Februari. Berita itu dikonfirmasi kedua belah pihak pada Jumat pekan lalu.
Austin telah menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina. Pernyataan disampaikan Sekretaris Pers Pentagon, Laksamana John Kirby.
Menurut Kirby, Austin juga menekankan pentingnya menjaga jalur komunikasi setelah hampir tiga bulan tanpa kontak dengan mitranya dari Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi panggilan telepon tersebut. Kedua petinggi membahas masalah keamanan internasional, tidak terbatas situasi di Ukraina.
AS Pasok Dana Besar ke Ukraina
Senat AS akhirnya meloloskan paket bantuan militer dan ekonomi senilai $ 40 miliar ke Ukraina.
RUU itu memberi Kiev hampir $20 miliar dalam bentuk senjata, amunisi dan pelatihan, dan secara dramatis meningkatkan anggaran Departemen Luar Negeri AS.
RUU itu disahkan dengan 86 suara berbanding 11. Presiden Joe Biden diharapkan segera menandatanganinya menjadi undang-undang.
Dari 11 senator yang menentang RUU tersebut, semuanya dari Partai Republik.
Berdasarkan RUU tersebut, Ukraina menerima bantuan militer senilai $19,75 miliar, termasuk gaji untuk pasukannya, senjata, dan dukungan intelijen dari militer AS.
Sebagian dari jumlah ini juga dialokasikan untuk membayar pasukan AS yang dikerahkan di Eropa dan mengisi kembali persediaan senjata AS yang sudah dikirim ke Ukraina.
Departemen Luar Negeri AS juga akan menerima rejeki nomplok sebesar $13,9 miliar, dengan $8,8 miliar di antaranya akan dikirim ke Ukraina dan $4 miliar untuk militer Ukraina dan tetangganya.
Dengan $40 miliar, tagihan itu lebih dari enam kali ukuran seluruh anggaran pertahanan tahunan Ukraina.

RUU itu dengan mudah disahkan DPR awal bulan ini, meskipun ada tentangan dari 57 perwakilan Partai Republik.
Anggota kongres ini, yang sebagian besar berasal dari sayap pro-Trump dari GOP, berpendapat mengirim Ukraina sejumlah besar uang tidak pantas karena Amerika tengah bergulat dengan inflasi.
AS menghadapi rekor harga bahan bakar, dan kekurangan makanan dan barang-barang konsumen. Beberapa mengutuk anggota partai mengutuk rekannya karena menandatangani proyek ini.
Senator Republik yang menentang RUU itu membuat argumen yang sama seperti rekan-rekan DPR mereka.
“Ini bukan keamanan nasional, ini pembangunan bangsa,” kata Senator Missouri Josh Hawley kepada Fox News.
“Saya karena mengutamakan keamanan nasional rakyat Amerika. Itulah nasionalisme,” katanya.
Senator Kentucky Rand Paul menunda pengesahan RUU itu minggu lalu, menuntut pengawasan tentang bagaimana uang itu akan dibelanjakan.
“Sumpah jabatan saya adalah untuk Konstitusi AS, bukan untuk negara asing mana pun. Kita tidak bisa menyelamatkan Ukraina dengan menghancurkan ekonomi AS,” kecamnya.
Selain mendukung RUU tersebut, pemerintahan Biden telah mengirim bantuan militer senilai hampir $4 miliar ke Ukraina.
Moskow menuduh AS membanjiri Ukraina dengan senjata untuk mengobarkan "perang dengan proxy" melawan Rusia.(Tribunnews.com/Sputniknews/RussiaToday/xna)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com