Dikira Sudah Tewas, Lansia Ini Sudah Dibungkus Dalam Kantong Jenazah, Ternyata Masih Hidup
Seorang lansia yang dikira telah meninggal sudah dibungkus kantong jenazah, ternyata lansia tersebut masih hidup.
TRIBUNMANADO.CO.ID- Seorang Lansia di China nyaris saja dibungkus dalam kantong jenazah.
Lantaran ia sudah ditetapkan meninggal dunia oleh dokter di rumah sakit setempat.
Namun petugas jenazah berhasil mendeteksi bahwa lansia tersebut masih hidup, saat hendak membungkus lansia tersebut dengan kantong jenazah.
Baca juga: Kecelakaan Ambulans, Mobil Tergelincir hingga Terputar-putar, Jenazah Terlempar Keluar
Pihak berwenang di Shanghai, China memecat sejumlah petugas menyusul adanya seorang lansia yang dikirim ke kamar mayat karena dikira meninggal dunia. (Handout via SCMP)
Kejadian mencengangkan terjadi di Shanghai, Cina.
Seorang lansia yang dikira telah meninggal sudah dibungkus kantong jenazah, ternyata lansia tersebut masih hidup.
Sang lansia berhasil diselamatkan setelah ada 2 pekerja kamar mayat menyadari bahwa sang lansia belum meninggal.
Mereka berdua terlihat membuka ritsleting kantong mayat di depan seorang staff dari pusat perawatan dan bersikeras bahwa pasien di dalamnya masih hidup.
Baca juga: Foto-foto Saat Jenazah Almarhum Hi Herson Mayulu Tiba di Bolsel
(Pekerja melepas alat pelindung mereka di sebelah pintu masuk lingkungan selama tahap kedua penguncian pandemi di distrik Jing'an di Shanghai pada 5 April 2022. (Hector RETAMAL / AFP)
"Hidup! Apakah kamu melihat itu? Hidup!" kata seseorang dalam video.
"Jangan menutupinya lagi!" kata yang lain.
Menyusul insiden ini, Komisi Pengawas Shanghai dan Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin mengatakan, lima staff termasuk direktur rumah perawatan dan seorang dokter, telah dipecat dan diselidiki.
Pejabat Partai lokal lainnya ditegur.
Baca juga: Jenazah Almarhum Herson Mayulu Tiba di Masjid Kuba Merah Bolsel
Pihak Rumah Sakit Kesejahteraan Shanghai Xinchangzheng telah meminta maaf.
Menurut laporan The Guardian, pihak rumah duka mengapresiasi karyawannya karena memperhatikan bahwa pasien masih hidup.
Para petugas itu dilaporkan diberi hadiah masing-masing 5.000 yuan.
Media pemerintah mengatakan pasien lanjut usia telah dipindahkan ke rumah sakit dan menerima perawatan.
Insiden ini memicu kemarahan dan kehebohan publik China, di tengah gelombang Omicron dan aturan ketat pemerintah.
Selain itu, muncul kekhawatiran dengan sistem medis di kota yang kewalahan karena kasus Covid-19.
"Panti jompo dan pusat perawatan akan menjadi tempat terakhir bagi banyak lansia, terutama beberapa lansia kesepian yang tidak punya pilihan," kata seorang warganet.
"Siapa yang berani mengirim orang tua mereka ke panti jompo sekarang? Dan siapa yang berani tinggal di panti jompo dengan ketenangan pikiran?" tambahnya.
Otoritas Shanghai berusaha menghindari kebijakan lockdown, namun hal ini akhirnya diberlakukan sejak awal April lalu.
Dalam praktiknya, penguncian Covid-19 di Shanghai mengakibatkan warga kekurangan makanan, masalah pengiriman, hingga protes dari publik.
Baru-baru ini juga beredar video tentang seorang pria yang mengaku sebagai pekerja di Shanghai yang menghentikan truk dan mengemis makanan.
"Orang Shanghai, tidak ada satu orang pun yang peduli dengan kita. Jaga kami! Mengungkapkan ini! Bantu saya mengekspos ini! saya seorang pekerja. Aku akan mati kelaparan!" kata pria dalam video itu, menurut terjemahan oleh blog Chuang.
Pada Sabtu lalu, otoritas mengurangi penguncian bagi 15 juta penduduk karena penyebaran virus terpusat di fasilitas karantina.
Namun pada Senin, 58 kasus baru Covid-19 terdeteksi.
Pada Minggu, penduduk di Ningbo, selatan Shanghai, harus dites negatif Covid-19 setiap 48 jam jika ingin menggunakan transportasi umum atau memasuki tempat-tempat umum.
Di Beijing, pihak berwenang juga menghindari penerapan penguncian massal dan fokus pada tes massal serta aturan ketat. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com