Berita Heboh
Elon Musk Beli Twitter Seharga Rp 634 Triliun, Warganet Malah Takutkan Akan Terjadi Hal ini
Elon Musk hanya membeli 9,2 persen saham Twitter dan menjadikannya sebagai pemegang saham individu terbesar.
CEO Tesla dan SpaceX itu, pada data pengajuan tersebut mengungkapkan kepercayaannya pada potensi Twitter untuk menjadi platform kebebasan berbicara dan melayani kebutuhan sosial mendesak.
Setelah berita itu merebak, banyak dari pakar dan netizen yang takut apabila akun Donald Trump kembali.
Diketahui, Twitter melarang Donald Trump mencuit lagi di platform berikon burung tersebut.
Hal ini karena ada dugaan Trump menghasut para pengikutnya setelah pemilihan presiden 2021 lalu untuk melakukan kekerasan.

Pada 8 Januari 2021, Presiden Donald J Trump menge-tweet:
“75.000.000 Patriot Amerika hebat yang memilih saya, AMERIKA PERTAMA, dan MEMBUAT AMERIKA HEBAT LAGI, akan memiliki SUARA RAKSASA jauh di masa depan. Mereka tidak akan diremehkan atau diperlakukan tidak adil dengan cara, bentuk, atau bentuk apa pun!!!”
Tak lama kemudian, Presiden men-tweet:
“Kepada semua yang sudah bertanya, saya tidak akan hadir di pelantikan pada 20 Januari.”
Karena ketegangan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat saat itu, dan meningkatnya percakapan global mengenai orang-orang yang menyerbu Capitol dengan kekerasan pada 6 Januari 2021, kedua Tweet dibaca dalam konteks peristiwa dan cara bagaimana pernyataan Presiden dapat dimobilisasi oleh khalayak yang berbeda.

Termasuk untuk menghasut kekerasan, serta dalam konteks pola perilaku dari akun ini dalam beberapa minggu terakhir.
Pakar industri khawatir bahwa keinginan Musk untuk kebebasan berbicara di Twitter dapat berarti membatalkan beberapa pekerjaan platform untuk mengekang ujaran kebencian, informasi yang salah, pelecehan, dan konten berbahaya lainnya.
Netizen juga mempertanyakan apakah Musk dapat memulihkan akun mantan Presiden Donald Trump.
Langkah seperti itu dapat memiliki konsekuensi yang signifikan untuk pemilihan presiden AS 2024 mendatang.
Meskipun Twitter lebih kecil dari beberapa saingan media sosial, ia memiliki pengaruh yang sangat besar di dunia online dan offline karena digunakan oleh banyak politisi, tokoh masyarakat, dan jurnalis, dan terkadang bertindak sebagai model untuk platform lain dalam cara menangani konten berbahaya.

"Jangan biarkan Twitter menjadi cawan petri untuk ujaran kebencian, atau kebohongan yang merusak demokrasi kita," kata Derrick Johnson, presiden NAACP, dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada Musk, Senin, setelah kesepakatan itu.