Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Manado Travel

Desa Pomoman Bolmong Simpan Keindahan Air Terjun yang Instragramable

Bolmong ternyata menyimpan potensi wisata Air Terjun tersembunyi di balik hutan dan tebing yang menjulang.

Penulis: Nielton Durado | Editor: Handhika Dawangi
Istimewa/Pemdes Pomoman.
Air terjun desa Pomoman. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Tak hanya menyimpan wisata pantai dan Sumber Daya Alam (SDM) berlimpah.

Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) ternyata menyimpan potensi wisata Air Terjun tersembunyi di balik hutan dan tebing yang menjulang.

Air Terjun Pomoman namanya, itulah sebutan dari warga desa setempat.

Air terjun Pomoman merupakan satu dari sekian banyak potensi yang belum tersentuh oleh Pemerintah Kabupaten Bolmong.

Pasalnya, lokasi air terjum Pomoman sangat sulit dicapai.

Selain harus melewati belasan sungai, jalan menuju desa Pomoman terbilang sangat ekstrim.

Air Terjun Pomoman ini memiliki beberapa tingkatan, dikiri merupakan air terjun paling panjang sekitar 30an meter. Sementara dibagian kanan memiliki tiga tingkatan.

Desa ini memang terpencil dan jauh dari keramaian kota.

Udaranya masih sangat asri dan memiliki air jernih yang sayang untuk dilewatkan.

Untuk bisa menikmati deburan air terjum Pomoman, membutuhkan perjuangan ekstra.

Pasalnya, jarak yang ditempuh mencapai 13 Kilometer terhitung dari titik nol Desa Mondatong, tepatnya di Jalan Amurang Kotamobagu-Doloduo (AKD).

Selain itu, untuk melewati jalur ini harus menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi khusus di jalan ekstrim.

Rambo namanya, itulah tranportasi andalan warga desa Pomoman.

Jalan yang berliku dan menanjak juga bebatuan dan jurang yang terjal harus dilewati untuk sampai kesini.

Tak hanya itu, sesampainya di Desa Pomoman wisatawan masih harus melewati jalur ektrim hingga mencapai kemiringan 80 derajat untuk bisa sampai ke air terjun ini.

Memang, air terjun ini hanya berada di belakang kampung, sekitar 100 meter saja sudah sampai.

Namun jalan menuju lokasinya mebutuhkan waktu sekitar 30 menit, jalan yang curam dan licin tentunya bisa membahanyakan nyawa pengunjung jika tidak berhati-hati.

Anda seakan terhipnotis ketika sampai di lokasi air terjun ini.

Air yang jatuh juga membentuk kolam alami dengan kedalaman empat meter.

Di kolam ini, anda bisa mandi, berenang atau hanya duduk dibebatuan dan mencelupkan kaki ke air.

Rasa dahaga dan lelah hilang seketika ketika sampai di air terjun Pomoman.

Hengki Salah satu warga desa Pomoman mengatakan jika air terjun masih ini butuh sentuhan pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah.

“Di sini ada banyak potensi wisata, selain air terjun ada juga air putih dan air panas. Yang utama itu harus jalan dulu," kata dia saat ditemui belum lama ini.

"Kalau akses jalan sudah bagus pasti banyak yang berkunjung, supaya desa kami kedepan ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah,” kata dia.

Sekadar diketahui, desa Pomoman dahulu kala hanyalah sebuah lokasi perkebunan masyarakat Bulud.

Semenjak ada kejadian bencana alam yang terjadi Longsor di Rerer dan Banjir di Tondano.

Departemen social membebaskan resettlement utuk dijadikan lokasi pemukiman BKBA atau Bantuan Keluarga Bencana Alam).

Kemudian pada saat KBA (Rerer) dating ke lokasi untuk memeriksa, mereka menolak pemukiman ini untuk ditinggali.

Pada tanggal 24 maret 1983 merupakan awal masuknya pemukiman di desa Pomoman yang sebelumnya disebut dengan nama “Pomomaan” artinya tempat persinggahan atau istirahat para petani untuk makan.

Kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan ejaan terbaru kemudian menjadi “Pomoman”.

Sebelum menjadi desa definitif jumlah pemukim sebanyak 195 kepala keluarga.

195 kepala keluarga ini berasal dari beberapa tempat yaitu Roong, Talour, Kiniar, Sisipan, Bulud dan Poigar.

Fret Tampi ditunjuk pemerintah sebagai Koordinator pertama, Koordinator kedua Wahid Mokoginta, Koordinator ketiga Joutje Kawet, Koordinator ke empat Joutje Kasakean.

Desa Pomoman diresmikan sebagai desa definitive dengan No. Kode 71-02.15.2008 pada tanggal 25 Maret 1994 berdasarkan SK Gubernur KDH. TKT.I Sulawesi Utara No.411 tahun 1993 tanggal 30 Desember 1993.

SK ini ditandatangani Gubernur Sulut C.J. Rantung.

Kepala Desa (Sangadi) pertama Desa Pomoman adalah Joutje Kasakean. (Nie)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved