Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Bolmut

UMKM 9Bintang, Solusi Kelangkaan Minyak Goreng di Bolmut

Fredi Musran dan Kifli Dotinggulo adalah pencetus UMKM 9 Bintang melalui produksi Minyak Kelapa Kampung.

Penulis: Rezki Lintang | Editor: Rizali Posumah
Istimewa.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 9 Bintang di Desa Keimanga Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 9 Bintang di Desa Keimanga Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menjawab tantangan kebutuhan minyak goreng yang langkah. 

Kelangkaan masih menjadi sorotan publik yang harus diatasi, apalagi dalam menghadapi bulan puasa Ramadan  oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan terlebih khusus di Kabupaten Bolmong Utara telah menjadi tradisi sekaligus bentuk rasa syukur menghadapinya dengan mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk menu sahur puasa.

Fredi Musran dan Kifli Dotinggulo adalah pencetus UMKM 9 Bintang melalui produksi Minyak Kelapa Kampung.

Fredi Musran menyampaikan bahwa usaha yang di cetusnya ini adalah ikhlas untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan minyak goreng.

"Walaupun masih secara sederhana, namun kami telah melalui proses yang signifikan, serta pengujian empiris 4 bulan disimpan dalam wadah yang tidak terlalu dingin yaitu lebih kurang 26°C," jelas Fey pada Trbunmanado.co.id, Senin (11/4/2022) 

Ia pun mengatakan, minyak goreng berlabel UMKM 9 BINTANG, selalu menjaga kwalitas rasa, aroma serta kemurnian minyak, agar terlihat indah dan menggoda ketika menghiasi suasana dapur dan masakan ibu-ibu sekalian.

"Jangan sampai dapur anda belum dihiasi minyak kelapa kampung produksi UMKM "9 BINTANG," tutur Fredi seperti dalam promosi melalui akun Facebooknya.

Dirinya juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow Utara melalui Disperdagink dan UKM atas bantuan Mesin Alat Peras dan Mesin Giling untuk proses pembuatan minyak kelapa kampung.

"Untuk pengolahan minyak kelapa kampung, bermodalkan alat mesin yang sederhana, dibantu 2 orang karyawan, kami berjuang membeli per biji kelapa serta mengangkutnya walaupun diseberang sungai kami lalui," ungkapnya.

Setelah itu, dengan mempekerjakan beberapa masyarakat setempat khusus untuk mengupas kelapa, selebihnya kami yang mengeluarkan kelapa dari batoknya, mensortir, memasak khusus minyak goreng serta membuat minyak permentasi sesuai permintaan pelanggan.

"Dengan penuh rasa syukur di awal kami mencetak lebih dari 200 botol selang 3 Minggu, dan kini pada posisi kelangkaan minyak goreng meningkat dalam 1 minggu 100 botol, disamping permintaan pelanggan minyak goreng yang cukup banyak," ujarnya.

Dirinya pun mengatakan hasil pengolahan minyak kelapa kampung memiliki banyak keuntungan, selain bisa untuk menjual minyak goreng juga hasil perasan yang disebut gami kelapa atau taipak, dan batoknya bisa dimanfaatkan untuk hal lain.

"Namun kami masih membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk kesiapan serta sarana pendukung" katanya.

Harga minyak goreng UMKM 9 Bintang pun terjangkau oleh masyarakat di tengah dilanda kelangkaan yaitu Rp18.000 /botol, hasil perasan (Taipak) dengan harga 5ribu per gelas atau dan 45ribu per kilo.

"Rencana kami ke depan untuk terus berkembang jelas membutuhkan motivasi seperti yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Sosialisasi Pengembangan Ekonomi Kreatif pada 24/3/2022, juga membutuhkan bantuan pengembangan hingga ke pengolahan breaket UMKM 9 Bintang," tukasnya. 

Sosok Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman, Bantu Operasi Bayi Kembar Dempet, Ini Profilnya

Daftar THR 2022 dan Gaji ke-13 PNS, Polri dan TNI, Segini Besarannya

Ingat Novel Baswedan? Mantan Penyidik KPK, 5 Tahun Lalu Disiram Air Keras, Kabarnya Kini

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved