Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rusia vs Ukraina

Kisah Muslim di Ukraina Saat Berpuasa di Tengah Perang, Membatasi Asupan agar Anaknya Bisa Makan

Namun banyak umat Islam di negeri itu yang berencana menggunakan musim amal untuk mengumpulkan uang guna mendukung mereka yang membutuhkan.

AFP/Supinsky
Muslim di Ukraina menghadapi Ramadhan yang sulit tahun ini karena invasi Rusia di negara itu terus berlangsung. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Muslim di Ukraina menghadapi Ramadhan yang sulit tahun ini karena invasi Rusia di negara itu terus berlangsung.

Namun banyak umat Islam di negeri itu yang berencana menggunakan musim amal untuk mengumpulkan uang guna mendukung mereka yang membutuhkan.

Persiapan Ramadan menjadi sulit dan emosional tahun ini karena banyak bom jatuh di negara itu dan jam malam diberlakukan, membatasi pergerakan di malam hari ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa.

Baca juga: Ingat Adab saat Berbuka Puasa, Kendalikan Nafsu Makan dan Minum, Baca Doa dan Jangan Lupa Sholat

Seorang penduduk pelabuhan di kota Kherson, Ukraina, bernama Hussain mengatakan bahwa bank dan supermarket di wilayahnya telah tutup karena invasi Rusia ke Ukraina sejak bulan lalu.

Sehingga saat ini ia dan keluarganya kehabisan makanan untuk menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan.

"Saya tidak tahu apakah perang ini akan membunuh orang namun kelaparan pasti akan terjadi," kata Hussain.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (5/4/2022), Hussain mengaku hanya memiliki persediaan yang tersisa sekitar 24 jam saja.

Oleh karena itu, ia dan istrinya akan membatasi asupan makanan mereka sendiri untuk diberikan kepada putri kecil mereka.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus ke Ukraina.

Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.

Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.

Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.

Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.

Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved