Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Activity

Dr Ir Shirly Susanne Lumeno ST MT Bicara Soal Sekolah Penggerak di Sulut, Podcast Tribun Bakudapa 

Progam prodcast Tribun Bakudapa kembali hadir bagi Tribunners di seluruh Indonesia. Kali ini menghadirkan Dr. Shirly Lumeno, akademisi Unima.

Penulis: Nielton Durado | Editor: Handhika Dawangi
Tribun Manado
Prodcast Tribun Bakudapa bersama Dr. Shirly Lumeno, akademisi Unima, yang juga pelatih ahli sekolah penggerak di Sulut. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Program podcast Tribun Bakudapa kembali hadir bagi Tribunners di seluruh Indonesia.

Kali ini menghadirkan Dr Ir Shirly Susanne Lumeno ST MT akademisi Unima, sekaligus pelatih ahli sekolah penggerak di Sulut.

Prodcast Tribun Bakudapa hari ini mengangkat tema tentang Fasilitator sekolah penggerak dalam mendorong peningkatan kualitas pendidikan.

Baca juga: Peringatan Dini Hari Ini Selasa 5 April 2022, BMKG: Daftar Kabupaten/Kota Waspada Cuaca Ekstrem

Baca juga: Nasdem Prioritaskan Felly dan Hillary Caleg DPR RI 2024, Mantan Kepala Daerah Berpeluang

Baca juga: BI Sulut Sedia Rp 1.3 Triliun untuk Ramadan - Idul Fitri 1443 Hijriah

Dr Ir Shirly Susanne Lumeno ST MT Bicara Soal Sekolah Penggerak di Sulut, Podcast Tribun Bakudapa

Dr Ir Shirly Susanne Lumeno ST MT Bicara Soal Sekolah Penggerak di Sulut, Podcast Tribun Bakudapa (Kolase Tribun Manado)

Wartawan senior Tribun Manado Aswin Lumintang memimpin langsung Podcast Tribun Bakudapa dengan ulasan unik dan menarik.

Menurut Shirly Lumeno, jika fasilitator sekolah penggerak awalnya harus mengikuti seleksi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pesertanya tak hanya dosen, tapi ada juga mantan kepala sekolah, dan guru.

"Karena intinya yang mau dicari adalah mereka yang punya pengalaman mengajar," ujarnya.

Ketika lolos dari seleksi, para fasilitator ini akan menjadi pendamping bagi kepala sekolah hingga guru-guru yang sekolahnya terpilih sebagai sekolah penggerak.

Saat ini di Sulut kurang lebih ada 200an sekolah yang menjadi sekolah penggerak.

Mulai dari PAUD, SD, SMP, SMK/SMA, dan SLB.

Keuntungan lain dari sekolah yang terpilih sebagai sekolah penggerak adalah mendapatkan bantuan mulai dari SDM, infrastruktur, hingga sarpras.

"Bahkan digerakkan juga Pemerintah di Kabupaten dan Kota lain untuk membantu program sekolah penggerak," aku dia.

Shirly menjelaskan jika fasilitator sekolah penggerak mempunyai tugas yang cukup besar.

Mulai dari menjadi katalis yakni mempercepat perubahan kepada kepala sekolah, guru-guru, hingga pendamping sekolah.

"Intinya bagaimana menerapkan pembelajaran sekolah yang berpusat kepada peserta didik," kata Shirly.

"Jadi kita merubah pola pembelajaran dari paradigma lama ke paradigma baru," tegas dia.

Shirly mengungkapkan jika pada pola pembelajaran yang baru, lebih banyak diberikan panggung kepada peserta didik.

Tapi dengan catatan SDMnya harus siap, mulai dari kepala sekolah hingga guru-gurunya.

Tujuan dari pola pembelajaran yang baru ini adalah untuk membuat para peserta didik tahu akan potensi dirinya.

Ia mengaku jika model pembelajaran ini memang sangat bervariasi.

Bahkan satu mata pelajaran saja, banyak variasinya.

"Sekarang orientasinya tidak hanya dinilai mereka, tapi karakter dari anak-anak yang mereka didik ini," ucap Shirly.

"Disini seorang guru tidak bersifat maha tahu, tapi lebih mengarahkan anak-anak didik mereka sesuai karakter masing-masing," tambah dia.

Selain para guru, kepala sekolah juga diwajibkan membangun suatu inovasi.

"Dengan semua keterbatasan sekolah, harusnya tidak membatasi anak-anak untuk mengembangkan potensi mereka," katanya.

Dengan adanya sekolah penggerak ini, diharapkan peserta didik di sekolah bisa mengeluarkan semu potensi dalam diri mereka.

"Kalau mereka bisa mengembangkan potensi, maka kualitas dari pendidikan di Indonesia akan semakin baik," tandasnya. (Nie)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved