Sejarah
Semangat Bushido Tentara Jepang Dalam Bait Puisi Pada Monumen di Kota Bitung
Bak tawon marah, pesawat-pesawat tersebut menggempur pertahanan tentara Jepang di pulau tersebut.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Sisi kanan monumen terdapat sebuah tiang bendera ala pelaut dengan bagian atas berbentuk salib.
Hinomaru pernah berkibar di sana, juga pernah terdengar Kimiyago, bendera dan lagu kebangsaan Jepang ; dua hal yang diperjuangkan mati - matian oleh para serdadu jepang yang sebagian besar terkubur di laut bersama kapal perang mereka yang pernah menggegerkan dunia.
Sebagai objek wisata, tempat itu sangat indah.
Dari atasnya nampak pemandangan selat lembeh dengan kapal serta perahu di atasnya serta gunung dua sudara yang hijau dan berselimut kabut di musim hujan.
Aneka bunga disekeliling tangga menuju monumen membawakan sensasi Jepang.
Seolah itu bunga sakura yang tumbuh liar di perjalanan menuju gunung suci, gunung Fuji di mana jiwa-jiwa yang baka bersemayam.
Pada jarak sekitar beberapa kilo dari sana, terdapat sebuah pantai.
Oleh masyarakat, pantai tersebut dinamakan pantai mayat.
Konon hal itu karena di sanalah mayat tentara Jepang korban pemboman sekutu ditemukan.
Seorang penjaga monumen menuturkan, monumen itu jadi primadona wisatawan asal Jepang.
"Setiap bulan selalu ada saja yang datang," ujar dia.
Sebut dia, haru muncul kala yang berkunjung adalah anak cucu dari tentara Jepang di perang dunia dua.
Meski letaknya memencil namun tak sulit menuju monumen itu.
Dari pasar Girian sekira sepuluh menit. Boleh menggunakan angkot, taksi, atau ojek.
Jalan masuk menuju ke sana dipasangi papan petunjuk.