Formula E
Mandalika Ada Pawang Hujan, PSI Ungkit Formula E yang Akan Digelar Juni Nanti: Perlu Pawang Anggaran
Seperti yang diketahui pawang hujan di Sirkuit Mandalika menjadi sorotan publik. Terkait hal tersebut dari PSI pun menyinggung soal Formula E.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seperti yang diketahui pawang hujan di Sirkuit Mandalika menjadi sorotan publik.
Terkait hal tersebut dari PSI pun menyinggung soal Formula E.
PSI mengungkit gelaran Formula E yang kabarnya digelar juni tahun ini butuh pawang hujan dan pawang anggaran.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak, Kini Pertamina Nombok, Bagaimana Nasib Harga Pertalite dan Pertamax?
Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Selasa 22 Maret 2022, Taurus Scorpio Hadapi Kendala, Capricorn Sangat Bahagia
Baca juga: Baru Terungkap Arti Nama Xarena Zenata Denallie, Anak Siti Badriah dan Krisjiana Baharuddin
Foto : Pawang Hujan di Sirkuit Mandalika Rara Istiati Wulandari. (KOMPAS.com/Benediktus Agya Pradipta)
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merasa Pemprov DKI Jakarta tak hanya sekedar butuh pawang hujan untuk menggelar Formula E pada Juni 2022 mendatang.
Hal ini dikatakan Juru Bicara DPP PSI Sigit Widodo menanggapi aksi Rara Isti Wulandari yang viral saat menghalau hujan yang mengganggu balapan MotoGP Mandalika pada Minggu (20/3/2022) kemarin.
Ia mengaku menemukan persamaan antara perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika dengan Formula E yang menurut rencana digelar di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
"Keduanya sama-sama perlu pawang. Kalau MotoGP perlu pawang hujan, Formula E perlu pawang anggaran," ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin (21/3/2022).
Menurutnya, Formula E sudah bermasalah sejak awal direncanakan pada 2019 lalu.
Pasalnya, Formula E mendadak masuk dalam APBD Perubahan 2019 meski tidak ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI periode 2017-2022.
Parahnya lagi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendadak memutuskan untuk meminjam uang ke bank sebesar Rp180 miliar dan membayar commitment fee Rp560 miliar sebelum APBD-P 2019 disahkan.
"Warga Jakarta perlu pawang anggaran untuk mengusir tuyul-tuyul yang mengganggu uang rakyat," ujarnya.
Tak cukup sampai di situ, Sigit menilai, keanehan anggaran terus berlanjut sepanjang perencanaan Formula E.
"Ketika DPRD DKI Jakarta menolak membiayai lagi Formula E, Pemprov DKI yang tadinya meminta Rp2,3 triliun untuk commitment fee 5 tahun tiba-tiba menurunkan jadi Rp560 miliar," ujarnya.
"Angka ini sama dengan jumlah yang diakui sudah ditransfer untuk commitment fee," sambungnya.
Saat Sirkuit Formula E akan dibangun di kawasan Ancol, keanehan kembali muncul.
Tiba-tiba PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku BUMD yang ditunjuk Anies menggelar Formula E sudah melaksanakan tender untuk pembangunan sirkuit.
"Seketika muncul nama PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama sebagai pemenang tender, padahal di web e-procurement Jakpro hanya disebutkan terjadinya gagal tender," kata Sigit.
Foto : Proses pengerasan lokasi sirkuit Formula E Jakarta di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Rabu (23/2/2022). (KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO)
Keanehan terakhir, masih menurut Sigit, terjadi saat pelaksanaan pembangunan sirkuit yang disebut-sebut memiliki bentuk seperti kuda lumping ini.
"Biaya yang sebelumnya hanya Rp50 miliar untuk pembuatan lintasan sirkuit, tiba-tiba dinaikkan jadi Rp60 miliar. Padahal kontraktor sudah menghemat biaya dengan mengganti bahan lapisan bawah lintasan dari besi menjadi bambu," tuturnya.
Dengan banyaknya keanehan ini, Sigit berharap warga Jakarta bisa punya pawang sehandal Rara yang dianggapnya berhasil menghalau hujan.
“Mbak Rara datang, hujan menyingkir. Warga Jakarta butuh pawang anggaran yang begitu datang, tuyul-tuyul anggaran langsung menyingkir," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com