KKB di Papua
KKB Papua Berultimatum ke Irjen Tornagogo setelah Anggotanya Dibekuk, Jubir OPM: 'Jangan Sembarang'
KKB Papua memberi peringatan kepada Polda Papua Barat agar tak sembarangan menetapkan daftar pencarian orang (DPO).
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pihak Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB ) Papua berultimatum ke jajaran Polda Papua Barat setelah simpatisannya diamankan aparat.
KKB Papua mendadak mencak-mencak setelah salah satu anggotanya ditangkap anak buah Irjen Tornagogo Sihombing.
KKB Papua melalui Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, memberi peringatan kepada Polda Papua Barat agar tak sembarangan menetapkan daftar pencarian orang (DPO).
Ultimatum tersebut berkaitan dengan sejumlah nama yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus penyerangan Posramil Kisor dan penembakan prajurit Yon Zipur di Kabupaten Maybrat, Papua Barat.
"Pimpinan TPNPB KODAP IV Sorong Raya, telah mengeluarkan peringatan kepada Polda agar jangan sembarang keluarkan nama DPO," ujar Sambom, Jumat (18/3/2022).
Seperti dilansir dari Tribun Papua dalam artikel 'TPNPB-OPM Sorong Raya Beri Peringatan ke Polda Papua soal Status DPO Penembakan TNI di Maybrat'.
Sebby menyebut TPNPB-OPM KODAP IV Sorong Raya mengklaim ada anak di bawah umur dalam sejumlah nama yang masuk DPO tersebut.
Selain itu, ia juga membantah klaim personel TPNPB-OPM KODAP IV Sorong Raya menjadi militan KNPB.
"Pasukan elite itu adalah TPNPB-OPM KODAP IV Sorong Raya, bukan militan KNPB Wilayah Sorong Raya atau Maybrat," ujarnya.
Diketahui, Kapolda Papua Barat Irjen Tornagogo Sihombing menegaskan, pihaknya tetap konsisten untuk mengejar pelaku penyerangan prajurit TNI di Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada beberapa waktu lalu.
"Kita memang terap konsisten untuk kejar DPO Maybrat yang telah ditetapkan di khalayak ramai," ujar Tornagogo, kepada TribunPapuaBarat.com, Jumat (18/3/2022).
Ia berujar, DPO yang telah dikeluarkan semuanya berkaitan dengan penegakan hukum.
"Tidak boleh ada yang sengaja mengaitkan para DPO ini dengan hal lainnya," tuturnya.
Pasalnya, nama DPO yang beredar telah sesuai dengan hasil investigasi dan bukti dari saksi-saksi lainnya.
"Saksi ini juga kemungkinan merupakan bagian dari pelaku (saksi pelaku), sehingga kami tetap konsisten mencari," ucap Tornagogo.
"Itu adalah kunci untuk menciptakan stabilitas keamanan kita di Papua Barat," pungkasnya.
Sebelumnya, Polisi berhasil meringkus salah satu pelaku penyerangan pos koramil di Kabupaten Maybrat.
Pelaku merupakan seorang simpatisan Komite Nasional Papua Barat ( KNPB) Militan wilayah Kabupaten Maybrat, Papua Barat.
Simpatisan KNPB tersebut bernama Abraham Mate alias Bram.
Dia diduga turut serta dalam aksi penyerangan di Posramil Kisor, Maybrat.
Hal ini dikonfirmasi Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol Adam Erwindi, bahwa Bram ditangkap pada 21 Februari 2022 lalu.
Simpatisan KNPB tersebut ditangkap setelah dilakukan pengembangan dari pelaku yang sebelumnya telah diamankan oleh petugas.
"Kita melakukan penangkapan terhadap salah satu DPO terkait kasus penyerangan di Posramil Kisor," ujar Adam, kepada sejumlah awak media, Rabu (16/3/2022).
Seperti dilansir dari Tribun Papua dalam artikel 'Polisi Berhasil Tangkap Simpatisan KNPB di Manokwari Papua Barat, DPO Penyerangan Posramil Kisor'.
Adam mengatakan, penangkapan tersebut dipimpin langsung oleh Kapolres Sorong Selatan.
"Pelaku tersebut bernama Abraham Mate alias Bram," tuturnya.
Nama Bram muncul setelah pengembangan dari pelaku lainnya yang telah tertangkap.
"Bram berhasil ditangkap di Manokwari, akibat informasi yang diperoleh dari masyarakat melalui kontak person 110," ucap Adam.
Sehingga, tim yang dipimpin oleh Kapolres Sorong Selatan, langsung melakukan penangkapan di Manokwari.
"Peran aksi ini adalah ikut dalam melakukan pembunuhan, dan juga merupakan simpatisan KNPB Militan Maybrat," pungkasnya.
Pengakuan Warga Korban Aksi Brutal KKB Papua di Maybrat
Salah satu warga Kabupaten Maybrat yang menjadi korban kebrutalan KKB Papua memberikan pengakuan.
Warga berinisial JA tersebut menceritakan kepanikannya saat KKB Papua menyerang dan mengakibatkan 4 prajurit TNI gugur.
Melansir dari VOA Indonesia, JA mengatakan tiba-tiba saja terdengar tembakan pada dini hari yang membuat seluruh warga kampung panik, dan langsung lari ke hutan.
“Kami semua dengar jam 3 tepat itu bunyi senjata, kami bangun dari tepat tidur dan kami kaget ini apa.
Begitu saya bangun, sudah lihat kondisi kampung sudah kosong, orang semua lari masuk hutan. Saya punya anak, istri, anak baru usia 5 bulan dan kami lari masuk hutan,” kata JA.
Kisah itu dia ceritakan secara daring, dalam acara yang difasilitasi Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pengungsi Maybrat, Sabtu (11/9).
Apa yang dipaparkan JA hanya sekelumit rangkaian peristiwa saat konflik di Maybrat mengalami eskalasi, setelah Pos Koramil Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, diserang anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Serangan pada 2 September 2021 ini dipimpin oleh Silas Ki, yang kini masuk dalam daftar 17 nama Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Papua Barat.
Empat anggota TNI tewas dan dua luka-luka dalam insiden tersebut.
Operasi perburuan terhadap pelaku menimbulkan ketakutan masyarakat dan pengungsian ribuan orang di Maybrat.
Sejak tembakan dini hari itu, lanjut JA, mereka bertahan di hutan dan sebagian mengamankan diri ke area yang dinilai aman.
Mayoritas tidak berani keluar dari hutan karena menganggap kawasan itu lebih aman.
Bagi warga, kata JA, hutan memberi rasa aman dan juga persediaan makan, karena keberadaan kebun dan sagu.
Karena juga dalam kondisi panik, mereka tidak berpikir untuk mencari perlindungan ke kota.
“Dari hari kejadian sampai sekarang, kampungnya kosong. Gereja yang ada empat jemaat juga kosong,” kata JA.
Pater Bernat Baru, OSA dari Sekretariat Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) meminta semua pihak menyelesaikan konflik ini secara bermartabat.
Solusi damai yang dikedepankan, dan bukan kekerasan. Pater Bernat berpesan, kekerasan akan melahirkan kekerasan juga.
“Kekerasan akan meninggalkan rasa benci, rasa dendam, dan akan terjadi balas membalas. Kita orang beriman, satu-satunya cara bermartabat adalah berdialog, duduk, berbicara.
Masalah diselesaikan dengan hati, dengan cinta, dengan kasih dan kemanusiaan,” kata Pater Bernat.
(*)
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id