Pembangunan IKN
Tampil Beda dengan Ciri Khas, Gubernur Sulut Olly Dondokambey Bawa Air ke IKN Pakai Bambu Hijau
Sebagaimana diketahui, membawa air dalam bambu merupakan cara yang dilakukan masyarakat Indonesia pada zaman dulu.
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Joko Widodo memimpin prosesi penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi di Indonesia di titik nol ibu kota negara (IKN) Nusantara, Senin (14/3/2022).
Ia mengatakan, prosesi ini menandakan persatuan Indonesia untuk membangun Nusantara.
"Ini merupakan bentuk dari kebinekaan kita dan persatuan yang kuat di antara kita dalam rangka membangun ibu kota Nusantara ini," kata Jokowi, Senin.
Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Selasa 15 Maret 2022, BMKG: 28 Daerah Alami Hujan dan Angin Kencang
Jokowi menyampaikan, prosesi penyatuan tanah dan air ini merupakan bagian dari cita-cita dan pekerjaan besar Indonesia yang akan segera dimulai, yakni pembangunan ibu kota Nusantara.
Prosesi penyerahan air dan tanah oleh 34 gubernur kepada Presiden Joko Widodo di titik nol ibu kota negara (IKN) Nusantara telah berlangsung pada Senin (14/3/2022).
Para gubernur atau pejabat yang mewakili menyerahkan secara langsung tanah dan air yang diambil dari daerah masing-masing untuk disatukan ke dalam kendi Nusantara oleh Presiden.
Saat menyerahkan tanah dan air, para gubernur membawanya di dalam wadah tradisional dari daerah masing-masing.
Wadah itu ada yang berupa gerabah, anyaman rotan, kendi, botol kaca, wadah dilapisi kain adat, bahkan ada wadah dengan warna mengilap seperti emas.
Namun, berbeda halnya dengan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey.
Olly menyerahkan tanah dari daerahnya yang ditaruh dalam gerabah sederhana berwarna coklat.
Kemudian, air yang diserahkan kepada Presiden Jokowi ditaruh dalam batang bambu hijau.
Melihat air yang dibawa dalam bambu itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadia dan Menteri BUMN Erick Tohir tak kuasa menahan senyum.
Mereka berdua tampak memperbincangkan penggunaan wadah bambu itu.
Sebagaimana diketahui, membawa air dalam bambu merupakan cara yang dilakukan masyarakat Indonesia pada zaman dulu.
Gubernur Sulut Bawa Air dari Gunung Klabat dan Tanah Watu Pinawetengan
Air yang diambil Gubernur Olly Dondokambey dari sumber mata air Malimbukan, Desa Kolongan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa.
Ia menjelaskan, sumber mata air ini berada di Kaki Gunung Klabat yang merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulut dengan tinggi 1.995 mdpl.
Sumber mata air ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, baik sebagai sumber air bersih, sumber air untuk mengaliri lahan pertanian masyarakat maupun untuk budidaya perikanan.
Pada saat Purnama sumber mata air terasa hangat dan diyakini memberi kehangatan bagi masyarakat yang menggunakannya pada malam hari.
Sementara Gubernur Olly Dondokambey mengambil tanah dari Cagar Budaya Watu Pinawetengan yang merupakan awal mula peradaban Suku Minahasa yaitu suku terbesar di Sulawesi Utara.
Watu Pinawetengan dahulu digunakan oleh para leluhur sebagai tempat pertemuan dan musyawarah untuk menentukan sesuatu. Musyawarah terpenting yang pertama kali dilakukan di Watu Pinawetengan sekitar 1.000 SM.
Para leluhur membicarakan mengenai pembagian wilayah yang akhirnya menghasilkan 9 sub etnis Minahasa, di mana setiap sub etnis memiliki bahasa dan wilayah masing-masing, dan pembagian wilayah tersebut digoreskan pada batu yang disebut Watu Pinawetengan.
Namun demikian, walaupun telah dibagi dari 9 sub etnis, tetapi dapat diikat dalam satu kearifan lokal yang disebut Minaesa, atau menjadi satu, di mana ini juga yang melatar belakangi penyebutan Kabupaten Minahasa yang merupakan kabupaten tertua di Provinsi Sulawesi Utara.
Sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono dalam keterangan persnya di Balikpapan, Minggu (13/3/2022), menjelaskan bahwa tanah dan air tersebut sebelumnya telah dibawa oleh gubernur dari setiap provinsi.
"Prosesinya adalah para gubernur membawa tanah dan air dari masing-masing wilayah di mana diambil dari titik-titik lokasi yang tentunya sesuai dengan kearifan lokal masing-masing dan budaya masing-masing," tutur Heru.
"Nanti di sana para gubernur akan menyerahkan kepada Bapak Presiden dan Bapak Presiden akan menuangkan di gentong yang sudah kami siapkan menjadi satu dari 34 provinsi," jelasnya.
Menurut Heru, prosesi itu juga dihadiri para gubernur dan tokoh masyarakat setempat.
Adapun tujuan dari prosesi yakni sebagai doa dan tentunya memohon kepada Allah SWT agar program pembangunan IKN bisa berjalan dengan baik.
"Dan tentunya semua elemen masyarakat bisa mendukung," lanjut Heru.