Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gunung Merapi

Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu, Tanaman Berlapis Abu Vulkanik

Potret dampak erupsi Gunung Merapi, pada  Rabu (9/3/2022) malam. Tanaman berlapis abu vulkani hingga warga mengungsi.

Editor: Frandi Piring
Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin
Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Tanaman berlapis abu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut sederet potret dampak erupsi Gunung Merapi, pada  Rabu (9/3/2022) malam.

Diberitakn Kompas.com, serangkaian awan panas guguran erupsi Gunung Merapi terjadi pada Rabu (9/3/2022) malam sebanyak lima kali.

Awan panas guguran terjadi pada pukul 23.18 WIB, 23.29 WIB, 23.38 WIB, 23.44 WIB dan pukul 23.53 WIB.

Lalu guguran kembali terjadi pada Kamis (10/3/2022) pukul 00.22 WIB.

Diseismogram awan panas guguran ini tercatat dengan amplitudo max 75 mm dan durasi max 570 detik.

Jarak luncur kurang lebih sejauh 5.000 M ke arah tenggara dengan arah angin ke barat laut.

(Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Tanaman berlapis abu./Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin)

Warga mengungsi dan hujan abu

Akibat erupsi ini 193 orang warga Kalitengah Lor, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengungsi.

Selain itu sebanyak 60 jiwa di Desa Balerante, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dievakuasi ke pengungsian Tempat Evakuasi Sementara (TES) Balai Desa Balerante, Kamis (10/3/2022) dini hari.

Erupsi juga mengakibatkan hujan abu di wilayah Babadan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah.

Petani sayuran dan buah membersihkan tanaman dari abu vulkanik.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan mengatakan kondisi Gunung Merapi saat ini sudah melandai.

Warga diminta hindari wilayah potensi bahaya

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menetapkan status Gunung Merapi pada tingkat siaga. 

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, hingga saat ini aktivitas erupsi Gunung Merapi terhitung masih tinggi, ditandai dengan guguran rata-rata sebanyak 140 kali per hari. 

Selain itu, lanjut Eko, aktivitas vulkanik internal juga masih tinggi ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi. 

Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Tanaman berlapis abu. Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin
Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Warga menungsi./Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin (Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin)

Berdasarkan catatan Badan Geologi, seismisitas internal (VTB dan MP) terjadi >5 kali per hari, sedangkan laju deformasi EDM RB1 sebesar 3,5 mm per hari.

"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, maka dapat kami simpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi ditetapkan masih tetap

pada tingkat siaga," tutur Eko dalam keterangan tertulis yang dirilis Kamis (10/3).

Lebih lanjut, Eko mengungkapkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya,

meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. 

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.

"Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," terang Eko.

Menimbang aktivitas yang ada saat ini, Badan Geologi merekomendasikan agar Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali

dan Kabupaten Klaten serta pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.

(Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Rumah berlapis abu./Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin)

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik

dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," imbuh Eko.

Eko memastikan, Badan Geologi akan terus berupaya memitigasi bahaya Gunung Merapi.

Hal ini dilakukan melalui pemantauan, penilaian bahaya, penyebaran informasi, dan sosialisasi aktivitas Gunung Merapi

Badan Geologi mengimbau masyarakat untuk selalu mengikuti informasi aktivitas Gunung Merapi dari sumber yang terpercaya

dan mengikuti rekomendasi dari Badan Geologi, pemerintah daerah, dan BPBD setempat. 

Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Tanaman berlapis abu.
Potret Dampak Erupsi Gunung Merapi, Warga Mengungsi hingga Hujan Abu. Warga di lereng Gunung Merapi./Kompas.com/Antara Foto/Anis Efisudin)

Sedikit informasi, masyarakat yang menginginkan informasi perkembangan Gunung Merapi secara resmi dapat mengakses aplikasi Magma Indonesia,

merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, Pos Pengamatan G.

Merapi terdekat, dan kantor BPPTKG, Jalan Cendana no. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514192

(*)

Artikel ini tayang di Kompas.com dan Kontan.co.id

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved