Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Populer Nasional

Sosok Pasien 01 Corona Indonesia, Sita Tyasutami Stres Dihujat, Kini Sembuh setelah 2 Tahun Berlalu

Pengakuan Sita Tyasutami, sosok pasien 01 Virus Corona di Indonesia. Sempat stres dihujat publik. Kini sembuh.

Editor: Frandi Piring
Dok. Handover
Sosok Sita Tyasutami, mantan Pasien 01 Covid Indonesia. Kini sembuh setelah 2 tahun berlalu. Sempat dihujat hingga alami stres. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Pasien 01 Virus Corona atau Covid-19 Indonesia, Sita Tyasutami.

Menceritakan kisah inspiratif kala melalui masa sulit di awal Pandemi Covid-19 yang kini sudah 2 tahun bergelut di Indonesia.

Hujatan hingga perasaan campur aduk dirasakan Sita Tyasutami untuk beberapa waktu setelah ia dinyatakan positif Covid-19 dan menjadi pasien 01 di tanah air.

Pada satu kesempatan kepada tribunmanado.co.id, Wanita Cantik yang berprofesi sebagai Pelatih Menari ini mengungkap kondisinya.

Sita Tyasutami juga Tepis Tudingan Miring bahwa dirinya menghilang setelah sembuh dari Covid-19.

Sebelumnya, Sita Tyasutami merupakan pasien 01 Covid-19 di Indonesia.

Dikutip dari Kompas.com, pada Senin (02/03/2020) silam, Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien 01 dan 01 di Istana Kepresidenan.


(Sita Tyasutami, mantan Pasien 01 Covid Indonesia foto bersama keluarga. Kini sembuh setelah 2 tahun berlalu. Sempat dihujat hingga alami stres. (Dok Handout/Instagram)

Pada saat itu Sita Tyasutami mengalami semua gejala virus corona.

Demam tinggi, batuk kering non stop, mual, muntah, diare, nafas pendek, vertigo, menggigil.

"Lengkap diagnosanya bronchopneumonia," kata dia.

Sudah ke klinik dapat antibiotik beberapa hari setelah sakit.

Antibiotik habis namun masih sakit.

Lalu tes darah di rumah sakit dapat obat lagi untuk viral infection.

"Tapi masih demam terus dan akhirnya masuk RS dirawat baru 27 Februari 2020," kata dia.

Akan tetapi saat dibawa ke rumah sakit di Jakarta, ia tidak langsung didiagnosis positif Covid-19.

Begitu pun dengan ibunya, Maria Darmaningsih, yang menjadi pasien 02.

Saat keduanya menanti di kamar rumah sakit yang terpisah dan menanti hasil tes virus corona, Presiden Joko Widodo membuat pengumuman mengejutkan.

Jokowi juga mengungkapkan keduanya sedang dirawat di rumah sakit Jakarta.

Pengumuman itu sekaligus menjadi penanda bahwa virus corona telah masuk Indonesia.

Tyasutami dan ibunya tidak percaya saat presiden mengumumkan hal itu.

Mulai dari profil mereka, umur, gejala, dan riwayat kontak.

Akan tetapi Jokowi tidak menyebut nama pasien, dan menggantinya dengan angka yakni pasien 01 dan 02.

Tyasutami lalu bertanya ke perawat, apakah rumah sakit merawat pasien virus corona lainnya.

Perawat menjawab, "Tidak."

"Saya bingung, saya marah, saya sedih," kata Tyasutami kepada BBC.

"Saya tidak tahu harus berbuat apa karena itu semua di media."

Sebelum diagnosis, Tyasutami menjalani hari-harinya sebagai penari profesional, manajer seni pertunjukan, saudara perempuan, anak perempuan, dan seorang teman.

Namun setelah diagnosis, identitasnya direduksi menjadi hanya dua kata: pasien 01.

Catatan medisnya bocor, rincian kasusnya salah dilaporkan, dan gosip marak beredar secara online.

Gejalanya bermula dengan tenggorokan gatal.

Tyasutami awalnya menghiraukan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, menurutnya.

Kemudian 17 Februari 2020 pagi, dia terbangun dengan gejala yang lebih dari sekadar penyakit ringan.

Ibunya, Darmaningsih, seorang ahli tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), jatuh sakit akhir minggu itu.

Kondisinya memburuk setelah pertunjukan tari pada 23 Februari 2020.

Mereka lalu memeriksakan diri di rumah sakit Depok.

Dokter awalnya mendiagnosis Darmaningsih dengan tifus, dan Tyasutami dengan bronkopneumonia.

"Kami meminta dites Covid-19, tetapi ditolak karena saat itu rumah sakit tidak memiliki fasilitas yang tepat," kata Tyasutami.

Lalu pada 27 Februari 2020 mereka dirawat di rumah sakit, dan masih belum mengetahui adanya patogen yang menyerang sel mereka.

Sekitar 24 jam kemudian seorang teman Tyasutami memberitahunya, bahwa dia menghadiri pentas dansa yang sama dengan seorang wanita Jepang yang positif Covid-19.

"Gue host kegiatan dansa-dansa," kata dia kepada tribunmanado.co.id.

Tyasutami tidak mengenal wanita Jepang itu, tetapi memahami betapa berat diagnosisnya.

 "Itu sebabnya saya bersikeras sekali lagi ke dokter untuk dites," kata Tyasutami.

Dokter kali ini memenuhi permintaannya.

Mereka dipindahkan ke RS Sulianti Saroso di Jakarta untuk menjalani tes swab Covid-19.

Tyasutami dan Darmaningsih mengira dokter yang akan memberitahu hasilnya, tapi ternyata diagnosis mereka dibacakan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

Achmad Yurianto juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19 mengatakan kepada BBC, tidak ada yang salah dengan pengungkapan presiden kepada publik.

UU tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan bahwa kebebasan pasien tidak berlaku untuk hal-hal yang menjadi kepentingan umum.

Benar atau salah, pengumuman pasien 01 dan 02 ini menjadi pusat perhatian nasional.

Dalam beberapa jam, pesan yang menunjukkan inisial, alamat lengkap, dan catatan medis dari pasien 01 (Tyasutami) dan pasien 02 (Darmaningsih) bocor dan dibagikan secara luas di WhatsApp.

"Mereka menyerang Sita, menyalahkannya karena membawa virus ke Indonesia," kata kakak perempuan Tyasutami, Ratri Anindyajati kepada BBC.

"Mereka menyalahkannya karena kehilangan pekerjaan, atau dipisahkan dari keluarga mereka. Mereka mempertanyakan bagaimana dia bisa terlihat begitu baik dan cantik setelah sakit. Mereka mengatakan itu diatur."

Tyasutami diadili oleh publik, meskipun sangat mungkin Indonesia memiliki kasus virus korona sebelum 2 Maret.

Pemerintah membantahnya, tetapi pada awal Februari, sebuah studi oleh Universitas Harvard menunjukkan mungkin ada "kasus yang tidak terdeteksi" di Indonesia, yang memiliki hubungan dekat dengan China, tempat virus berasal.

Asal-usul Covid-19 di Indonesia mungkin tidak pernah diketahui.

Pasien 01 dan 02, bagaimanapun, telah menjadi catatan.

"Sebelum diagnosis, saya memiliki kurang dari 2.000 followers di Instagram," kata Tyasutami.

"Awalnya saya tidak memiliki seorang pun yang mengirimi saya ujaran kebencian. Dalam beberapa hari (setelah diagnosis), followers saya meningkat menjadi 10.000.

Orang-orang mengomentari semuanya, terutama foto-foto saya dengan pakaian tari yang seksi dan terbuka."

Wawancara Eksklusif TribunManado.co.id

Kepada tribunmanado.co.id, Selasa (23/02/2021), Sita Tyasutami mengaku situasi sekarang di lingkungannya atau di dunia offline, aman-aman saja.

"Hanya saja hingga saat ini masih dihujat-hujat netizen (warganet)," kata dia dengan nada rendah.

Setelah dirinya viral, ujaran kebencian pun bertubi-tubi dan bahkan ada gelombang-gelombangnya tergantung momentum Covid.


(Tangkapan layar wawancara online bersama Sita Tyasutami, mantan Pasien 01 Covid Indonesia, Selasa (23/02/2021). (TRIBUNMANADO.CO.ID/ALEXANDER PATTYRANIE)

Saat ini ia mengaku kondisinya sedang menurun.

Ia merasakannya sejak Januari 2021.

"Saya merasa mudah capek, kondisi ini memang biasa dialami mantan pasien Covid-19, karena darah menggumpal," kata dia.

Bahkan, lanjutnya, bercerita dalam wawancara saja itu ia merasa ngos-ngosan.

Sementara, aktivitas sebagai pelatih menari ia lakukan lewat online.

Ia juga menepis banyak tudingan orang bahwa ia menghilang.

Menurutnya, ia sangat mudah ditemukan, karena dirinya sangat aktif di media sosial.

Seperti yang dilakukan tribunmanado.co.id, ia cepat menanggapi Direct Message Instagram.

Bahkan, wanita cantik ini juga bersedia diwawancara melalui panggilan video.

(Tribunmanado.co.id/Alfa Pattyranie/Kompas.com/Aditya Jaya Iswara)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved