Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Rusia vs Ukraina

Apa Sebenarnya Tujuan Akhir Vladimir Putin? Terkait Invasi Rusia ke Ukraina

Diketahui saat ini Rusia tengah berperang dengan Ukraina. Konflik kedua negara tersebut pun tengah menjadi sorotan dunia.

Editor: Glendi Manengal
AFP/Alexey NIKOLSKY / Sputnik via Serambinews
Vladimir Putin. 

“Lihat, misalnya, tantangan yang dihadapi Rusia dalam menekan perlawanan di sekitar kota timur Kharkiv dan tentara-warga Ukraina yang secara sukarela melecehkan dan menyerang pasukan Rusia," katanya.

"Meskipun demikian, perpecahan – mungkin di sepanjang Sungai Dniepr – tetap menjadi kemungkinan,” tambah Deni.

Dikutip news24, secara umum, pilihan Putin tampaknya menurun dari hari ke hari.

“Saya pikir pilihan Putin cukup terbatas. Rusia kini terjebak dalam meraih semacam kemenangan di Ukraina," tambah Nitoiu.

"Negara-negara seperti China, India atau Iran mengawasi dengan cermat, dan tidak dapat menyatakan kemenangan pasti akan merusak citranya sebagai kekuatan militer yang kuat,” kata Nitoiu.

Hal paling penting, perang telah memiliki implikasi parah bagi status masa depan Rusia.

“Adil untuk mengatakan bahwa di Eropa, negara-negara seperti Jerman atau Finlandia yang menganut strategi militer yang terkendali, memandang Rusia sebagai musuh dan telah meningkatkan anggaran militer mereka dalam kasus Jerman, atau menyatakan tujuan mereka untuk mengalihkan dari netralitas hingga keanggotaan NATO dalam kasus Finlandia,” kata Nitoiu.

Dengan itu, sebagian besar negara Eropa telah mengumumkan kesediaan mereka untuk tetap berbicara dengan Rusia. Namun, dialog terbuka tidak sama dengan rekonsiliasi.

“Gambaran arus pengungsi dari Ukraina serta kebakaran di kota-kota Ukraina akan sulit dihapus di benak orang Eropa dan Amerika," jelasnya.

"Jika Putin berhasil memasang pemerintahan boneka, ini akan menjadi pukulan besar bagi komitmen Barat terhadap demokrasi liberal dan akan menjadi preseden berbahaya bagi hubungan antarnegara di benua Eropa,” kata Nitoiu.

“Saya menduga bahwa segala jenis rekonsiliasi harus dari perspektif, dalam jangka menengah dan panjang, melihat Ukraina sebagai negara merdeka yang keputusannya untuk membuat pilihan tentang masa depannya dihormati oleh Moskow,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved