Digital Activity
Ikmawan Prakarsa Ulas Potensi Tanaman Porang Menghasilkan Cuan bagi Petani
Luas areal perkebunan terdata sudah mencapai 800 haktare, bahkan dalam waktu dekat akan dibangun Pabrik Tepung Porang di Minahasa.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Rizali Posumah
Kita punya endemik lokal dari Bolaang Mongondow, kita sedang usulkan jadi Sulut , varietas Sulut.
Kalau koperasi menjual benih berstandar, bersertifikat.
Ini lucu, karena ini pangan, negara-negara yang mengimpor Porang dari Indonesia, mensyaratkan bisa dilacak, ini keamanan pangan.
November lalu Kementan dengan Menteri Bea Cukai Cina menandatangani sertifikat keamanan pangan. Karena banyak sekali bahan pangan yang kita kirimkan ke Cina.
Dari protokolnya, kalau saya menanam di kebun saya 2 haktare, ini harus teregistrasi.
Sekarang pemerintah mulai meregistrasi. Terutama tidak bisa menggunakan pestisida.
Tidak boleh menggunakan pestisida seperti di padi, jagung memang harus organik.
Kemudian, pabrik mengolah harus punya sertifikat keamanan pangan, akibatnya positifnya petani akan menanam dengan istilah GAP (Good Agriculture Practice), ini pendidikan yang baik.
Di Sulut ini bagus baru mau mulai, kalau di Jawa agak sulit mereka sudah mulai duluan 10-15 tahun.
Mulai edukasi ke teman, goalnya kualitas terbaik itu di Sulut.
Bagaimana hitung-hitungan ekonomis menanam porang?
Memang porang ini belum ada industri yang menyediakan benih. Masih diambil dari petani, akibatnya kalau kebutuhan meningkat harganya jadi mahal, tapi bisa dihitungm
Modal awal menanam porang 1 hektare itu kira-kira Rp 150 juta, panen di 10 bulan.
Katakanlah di 1 hektare itu ada 40.000 tanaman, menghasilkan umbi 3 kilogram, berarti hasilnya 80 ton. Jual dengan harga Rp 5.000 per kg saja, sudah menghasilkan Rp 400 juta. Berarti ada profit.
Kedua, selama petani menanam, mendapatkan benih, tahun kedua dia ngak keluar benih lagi.