Profil Tokoh
Sosok Jenderal Cholid Ghozali, Mertua KSAD Jenderal Dudung, Perwira TNI yang Jadi Anak Buah Megawati
Mengenal sosok Purn Mayor Jenderal TNI Cholid Ghozali. Ayah mertua KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Mantan politisi PDIP.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Mayor Jenderal ( Mayjen ) TNI AD Cholid Ghozali, ayah dari Rahma Setyaningsih.
Jenderal Cholid Ghozali juga merupakan ayah mertua dari Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Diketahui, Rahma Setyaningsih adalah istri dari KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Melansir TribunTimur.com, Mayjen Cholid Ghozali lahir tanggal 17 Agustus 1943. Wafat pada 14 Maret 2020 lalu.
Mendiang mertua Jenderal Dudung itu merupakan seorang Perwira Tinggi TNI angkatan darat dari Indonesia.
(Sosok Mayjen TNI Cholid Ghozali, Mertua KSAD Jenderal Dudung. Perwira TNI yang Jadi Kader PDIP./Wikipedia)
Jabatan terakhir Jenderal Cholid Ghozali adalah Koordinator Staf Ahli KSAD.
Ia juga pernah aktif sebagai Anggota DPR RI pada tahun 1996-1998 serta aktif di Partai Bintang Reformasi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, di bawah tunggangan Megawati Soekarnoputri.
Mayjen TNI Cholid Ghozali pernah duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (31 Juli 1996– 1998.
Saat itu, dia duduk Anggota Komisi VII.
Selain sebagai Politisi PDIP, ia adalah Ketua Dewan Penasehat Baitul Muslimin Indonesia (2011-2020), sayap PDIP.
Jenderal Cholid Ghozali wafat pada pukul 07.00 tanggal 14 Maret 2020 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Perjalanan Jenderal Dudung Abdurachman di TNI hingga bertemu sang istri Rahma Setyaningsih
Jenderal Dudung pernah menceritakan pernah bekerja sebagai loper koran.
Kisah sedihnya pun bermula ketika sang ayah meninggal dunia kala dirinya masih remaja.
Anak keenam dari delapan bersaudara itu harus membantu ibu ekonomi keluarga dengan menjadi loper koran.
Dari saban hari, ia pun mengayuh sepeda.
(KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan sang istri, Rahma Setyaningsih./Youtube TNI AD)
Tujuanya adalah mengantar koran ke rumah para pelanggan sejak pukul 4 pagi.
"Sepeninggal bapak saya, ibu saya ini kan ya secara ekonomi ya namanya janda pensiunan PNS.
Akhirnya untuk menopang kehidupan itu saya jualan koran, saya nganter koran, loper koran," ucap Dudung, dikutip Rabu (26/5/2021).
Sehabis itu, pekerjaan mantan Pangkostrad ini tak berhenti.
Dudung pun harus menjajakan kue klepon buatan ibunya ke lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat.
Sehingga, Dudung harus mengundur sekolah di siang hari supaya ia bisa membantu ibunya.
Namun, suatu hari, ketika hendak mengantarkan kue, penjaga yang bertugas merupakan tentara baru yang belum mengenal Dudung.
Mendapati Dudung yang menyelonong masuk tanpa melapor, penjaga itu geram.
Tentara itu pun menendang kue-kue Dudung hingga berhamburan.
Saat itulah, muncul keinginan Dudung untuk menjadi perwira tinggi.
"Ditendanglah kue itu, ada 50 biji, menggelundung. Di situ saya bilang, awas nanti saya jadi perwira. Di situ saya bangkit pengin jadi tentara. Awalnya di situ, padahal dulu cita-cita saya pengin kuliah," kata Dudung sambil tertawa.
"Di situ saya berpikir, ini orang jangan semena-mena sama rakyat kecil. Itu enggak boleh," tuturnya.
Beberapa tahun setelah itu, ia berhasil masuk Akademi Militer di Bandung.
Tiga tahun kemudian ia lulus dengan pangkat Letnan Dua.
Dudung pertama kali bertugas di Dili, Timor Timur pada 1988.
Kemudian, pada 1993 ia ditugaskan ke Bali. Dari Bali, Dudung pindah ke Bandung. Dudung beberapa kali berpindah kota.
Bahkan, ia pernah dikirim menjadi tim penjaga perdamaian di Filipina Selatan.
Setelah jadi perwira, Dudung pun mempersunting anak perwira TNI bernama Rahma Setyaningsih.
Baca juga: Ini Pesan KSAD Jenderal Dudung ke Mayjen TNI Maruli Simanjuntak yang Jabat Pangkostrad
(*)