Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Bitung

Pembangunan Patung Soekarno di Trikora Lembeh Bitung, Puan Maharani Kutip Pidato Presiden Pertama RI

Kali ini Dr (HC) Puan Maharani, kembali diperhadapkan dengan keberadaan patung Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia.

tribunmanado.co.id/Christian Wayongkere.
Puan Maharani Ketua DPR RI meletakkan batu pertama pembangunan patung Ir Soekarno di Monumen Trikora Pulau Lembeh Kota Bitung 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Setelah meresmikan Monumen Soekarno di Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara pada Selasa (8/2/2022).

Kali ini Dr (HC) Puan Maharani, kembali diperhadapkan dengan keberadaan patung Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia.

Mbak Puan begitu sapaanya, melakukan peletakan batu pertama pembangunan patung Ir Soekarno di monuem Trikora pulau Lembeh Kota Bitung, Rabu (9/2/2022).

Patung Ir Soekarno bakal di bangun di bagian tengah monumen Trikora, yang terletak di Kelurahan Batulubang Kecamatan Lembeh Selatan (Lesat) Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

“Pembangunan patung Ir Soekarno oleh pemerintah daerah. Bukan program DPR apalagi partai,” kata Puan Maharani.

Rudy Thenok Kepala Dinas PUPR Kota Bitung menambahkan, untuk pengerjaan pembangunan patung Ir Soekarno di Monumen Trikora Pulau Lembeh.

Pemerintah menyhodorkan proposal kepada Puan Maharani ketua DPR RI, lalu proposal itu diberikan kepada Olly Dondokambey Gubernur Sulut dan dilanjutkan penyerahan ke I Gede Komang Kepala Balai Permukiman Wilayah Sulawesi Utara (Sulut).

“Patung Ir Soekarno, akan dikerjakan oleh Kementrian PUPR langsung,” kata Rudy Thenok Kepala Dinas PUPR Kota Bitung, Kamis (10/2/2022) malam.

Adapun rencana anggaran yang diusulkan untuk pembangunan patung Ir Soekarno, sebesar Rp 37 M.

Namun, apakah akan diberikan sejumlah itu atau tidak masih akan melalui mekanisme yang berlaku, survey dan perencanaan dari Kementrian PUPR.

Maurits Mantiri Wali kota Bitung menambahkan, untuk usulan pembuatan patung Ir Soekarno bukan hanya untuk pembangunan patung semata melainkan ada juga kawasan pariwisata.

“Ya, kami juga bermohon bantuan kepada Puan Maharani Ketua DPR RI untuk pembangunan kawasan daerah tujuan wisata di Monumen Trikora sebesar Rp 37 miliar lebih,” tambah Maurits Mantiri.

Peletakan batu pertama itu, disaksikan langsung Olly Dondokambey Gubernur Sulut dan Maurits Mantiri Wali kota Bitung, Fransiscus Andi Silangen Ketua DPRD Sulut.

Beserta sejumlah Walikota, wakil walikota, Bupati dan wakil Bupati se Sulut dari dari PDI Perjuangan, dan juga Rio Dondokambey Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) Sulut, Rocky Wowor ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sulut, jajaran fraksi PDI Perjuangan DPRD Bitung dan Agustina Wilujen anggota DPR RI.

Serta dihadiri Ny Rita Dondokambey Tamuntuan Ketua TP PKK Provinsi Sulut, Rita Mantiri Tangkudung Ketua TP PKK Bitung, Asiano Gemmy Kawatu Sekprov Sulut serta jajaran Forkopimda Sulut dan Bitung.

Mbak Puan sapaannya menyampaikan, keberadaannya yang berkali-kali datang ke Sulut baru kali ini injakkan kaki di monumen Trikora.

Mantan Menko PMK ini melihat, keberadaan monumen yang terletak di Kelurahan Batu Lubang Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung, sudah waktunya untuk di revitalisasi dan revitalisasi tersebut termasuk dengan adanya patung Ir Soekarno.

Pada kesempatan itu, mbak Puan mengenang sejarah Komando Trikora yang dibuat oleh sang kakek ketika menjadi Presiden pertama RI.

“Jika kita melihat garis merah monumen Trikora yang di putar dalam tayangan video, garis merahnya semangat kebangsaan yang ditegaskan Presiden Soekarno datang ke Morotai tahun 1957 untuk meresmikan sekolah SMP negeri.

Beberapa tahun setelah itu tahun 1961, beliau mencanangkan operasi tri komandao rakyat (Trikora).

Operasi Trikora ini, hadir untuk misi mempertahankan Irian Barat. Itu artinya, tidak bisa kita lupakan operasi Trikora.

Tanpa atau meniadakan bung Karno, yang mencanangkan operasi tersebut. Karenanya Indonesia sebagai satu kesatuan, harus dijaga kedaulatannya disetiap pulau di Indonesia,” tutur Puan Maharani.

Di Morotai tahun 1957, Ir Soekarno Presiden pertama Indonesia datang ke wilayah ujung Indonesia Timur terbayang seperti apa keberadaannya.

Kemudian pada Selasa (8/2/2022), dirinya kembali mendatangi Morotai dan melakukan peresmian Monumen Ir Soekarno. 

Lagi Puan mengenang sang Kakek Ir Soekarno, kira-kira punya keinginan apa sehingga datang jauh-jauh kesana? 

Selain sebagai Presiden, beliau datang dan hadir disetiap pulau di Indonesia, di setiap wilayah-wilayah, setiap jengkal tanah Indonesia menunjukkan kecintaannya kepada Indonesia dan pulau-pulau serta bagaimana negara kesatuan republik Indonesia harus di pertahankan.

Kata Puan, Tahun 1961 di Yogyakarta, Presiden Soekarno di depan rapat raksasa yang dikunjungi oleh ratusan ribu rakyat dari Yogyakarta dan luar daerah Yogyakarta, membuat alun-alun utara di Yogjakarta menjadi lautan manusia.

“Dari Pidato yang kami lihat di tayangan video tentang operasi Trikora, saya berpikir hebat sekali ya yang namanya bung Karno itu.

Pada tahun segitu pidatonya sudah bisa mengguncang hati dan sanubari seluruh rakyat Indonesia, bahwa tidak ada sejengkal tanah di Indonesia boleh dikuasai orang lain karena memang milik rakyat Indonesia,” kata dia.

Selain itu mbak Puan yang adalah cucu dari Soekarno, kembali mengulang pidato bung Karno ‘Jangan pernah biarkan bendera orang asing ada berkibar di sejengkal tanah Indonesia, hanya bendera Merah Putih yang harus kita kibarkan di Irian Barat’

“Jadi kebayang, kalau dengar pidato bung Karno pada saat itu. Memang beliau adalah orator ulung, dan sampai hari ini belum satu orang pun menurut saya sebagai cucunya bisa pidato sebagai Bung Karno.

Belum pernah ada saya dengar pidato seseorang yang bisa membuat hati kita berdeguk kencang mendengarkan pidato bung Karno, kita terbawa seperti dengan apa yang menjadi visi, misi dan cita-cita bung Karno waktu itu.

Disaat Presiden Soekarno menggelorakan Trikora yang intinya menegaskan Irian Barat, adalah bagian dari Indonesia dan kedaulatan bangsa Indonesia harus terjaga,” bebernya.

Atas dasar inilah, Mbak Puan bilang jangan sekali-sekali lupa akan sejarah atau Jasmerah, meninggal sejarah. 

Sebagai generasi penerus, harus selalu ingat bagaimana Presiden pertama Indonesia, Soekarno sejak awal gigih mempertahankan persatuan dan keutuhan kedaulatan wilayah Indonesia, bukan hanya Wilayah Indonesia Barat tapi Indonesia bagian Timur.

Ini menjadi semangat kebangsaan untuk kita gelorakan, bahwa Indonesia satu, berdaulat tidak bisa didikte negara lain melainkan berdiri sejajar dengan negara lain. Itulah Indonesia yang berdaulat.

Tentang kota Bitung sebagai Gate a Way, atau pintunya dari batas wilayah Indonesia Timur menuju ke wilaya lain.

Sehingga kota Bitung menjadi satu wilayah yang sangat potensial, bukan karena pelabuhan, perikanan tapi satu tempat yang berpotensi jadi incaran negara lain.

Bagaimana bisa kawal Indonesia secara satu, atau berdaulat secara utuh dan kemudian jaga batas wilayah negara harus hadir.

Monumen Trikora meninggalkan sejarah mendalam, dan dalam pembenahan bisa jalan lancar yang pembuatannya direncanakan sembilan bulan dari penyampaian Olly Dondokambey Gubernur Sulut.

“Nantinya maksimal awal tahun depan sudah selesai dong, iya kata pak Gubernur.

Dan pihak PUPR tolong bisa melaksanakannya sebaiknya, apa yang di bangun ini bukan hanya suatu monumen atau tuguh yang sifatnya hanya seremonial, kembali lagi Jasmerah jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Orang keluar masuk Bitung, harus ingat bahwa ini batas wilayah yang harus kita jaga kedaulatannya, pernah terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan Indonesia itu tetap satu dan berkibarnya bendera merah putih, dan ada kehilangan warga bangsa yang harus pertahankan Indonesia.

Bukan hanya monumen tapi adalah sejarah yang harus diingat dan ditinggalkan,” katanya.

Insyaallah, saat kami kembali ke Sulut tidak perlu tunggu sembilan bulan monumen tuguh Soekarno ini sudah jadi dan selesai, lebih indah untuk di nikmati, jadi tempat pariwisata dan orang yang datang kesini tau bahwa bukan sekedar monumen tapi ada sejarah yang harus selalu diingat oleh anak bangsa.

Kenapa dicanangkan komando Trikora, karena waktu itu jargonnya atau slogannya itu adalah bersama Trikora wilayah Nusantara utuh dan sentosa. Dari situ saja kita sudah berpikir NKRI adalah harga mati. (crz)

48 Kasus DBD Di Sangihe Didominasi Anak-Anak

Baca juga: Anggota Sat Narkoba Polresta Manado Dipasangi Kamera Tubuh 

Esok, Seminar Nasional Perempuan Hebat Sulut Dalam Rangka W20

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved