Desa Miliarder
Nasib Warga Desa Miliarder di Kuningan, Uang Menipis dan Mulai Ketar-ketir untuk Bertahan Hidup
Ingat desa yang dikenal 'desa miliarder' dulu mendapat keuntungan dari ganti untung pembangunan Waduk Kuningan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ingat desa yang dikenal 'desa miliarder' dulu mendapat keuntungan dari ganti untung pembangunan Waduk Kuningan.
Kini kabarnya memprihatinkan.
Uang ganti untung dari pemerintah disebut sebagai uang panas.
Baca juga: Akhirnya Terjawab Sosok Calon Ayah Mertua Jessica Tanoesoedibjo, Kekayaan Tembus Puluhan Triliun
Baca juga: Akhirnya Terjawab Besarnya Peran Fuji di Hidup Gala Sky Gantikan Posisi Vanessa Angel
Baca juga: Hujan Lebat dan Angin Kencang Potensi Terjadi Kamis 3 Februari 2022, BMKG: 29 Wilayah Patut Waspada
Desa Kawungsari di Kabupaten Kuningan dikenal sebagai desa miliarder karena warganya mendapat ganti untung pembangunan Waduk Kuningan.
Waduk Kuningan sendiri sudah diresmikan Presiden Jokowi pada 2021.
Warga yang lahannya terdampak pembangunan proyek tersebut, mendapat ganti untung dari ratusan juta hingga miliaran.
Lantas, bagaimana kondisi warga di desa miliarder terkini setelah mendapat ganti untung dari pemerintah?
Jaja (56) salah seorang warga desa miliarder, menyebut, uang ganti untung dari pemerintah sebagai uang panas.
Tak sedikit warga yang saat menerima ganti untung, berbelanja berbagai kebutuhan.
Seperti sepeda motor, mobil, dan peralatan rumah tangga lainnya.
"Kami baru tinggal beberapa waktu saja disini sudah ketar-ketir untuk bertahan hidup. Bener kang, lagi punya (uang) kita suka lupa berpikir untuk masa depan," kata Jaja, saat berbincang tadi sore, Rabu (2/2/2022).
Jaja dan warga lainnya kini menempati tempat tinggal baru setelah mendapat ganti untung.
Dalam menjalankan aktivitas di lingkungan perumahan baru, kata dia, merasa tidak karuan.
Karena suasana baru dan tidak punya lahan sebagai lokasi garapan untuk bertani.
"Iya, disini dirasakan hanya menghabiskan uang saja. Karena, mau kerja gimana? Lahan sawah atau kebun gak punya. Kehidupan ini benar dari nol. Mulai gaul dengan masyarakat tetangga atau dengan lingkungan sekitar," katanya.
Jaja mengaku dapat ganti untung Rp 500 juta dari pembangunan Wadwuk Kuningan.
Dengan uang itu, dia membeli kendaraan dan perlengkapan rumah tangga lainnya serta untuk biaya bertahan hidup.
"Iya, meski masih ada uang sisa. Karena saat dapat uang dari pemerintah itu gede. Kami langsung belanja motor, perlengkapan rumah tangga dan banyak lagi lah. Tapi sekarang ngos ngosan nih, ada kekhawatiran juga," katanya.
Ditanya soal keluhan di tempat tinggal baru, dia menjawab, untuk keluhan yang tidak bisa ditutup tutupi itu dari susahnya mendapat pasokan air bersih.
"Keluhan kami itu hanya susah air bersih saja. Alasannya, mesin pompa yang disediakan pemerintah tidak jalan. Terus, meski sekarang tiap blok rumah dapat jatah wadah air gede, tapi airnya selalu habis dan hanya kebagian sedikit," katanya.
Selain itu, kata dia mengaku merasa minder saat warga lain di lokasi setempat itu menambah bangunan lagi, sedang dirinya hanya bisa melihat akibat tak punya modal.
"Iya, sekarang bisa lihat langsung. Semua bangunan rumah di sini, hampir dibangun untuk tambahan ruangan. Tapi saya, cuma bisa lihat saja dan sesekali bantu dia orang yang sedang bangun," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id.