Masih Ingat Zulkarnaen? Otak Bom Bali yang Divonis 15 Tahun Penjara, Kabarnya Kini
Zulkarnaen adalah pemimpin teroris yang memberikan lampu hijau untuk melaksanakan aksi teroris mengerikan itu.
Namun sebelumnya ia bertemu dengan Amrozi Nurhasyim, Huda bin Abdul Haq dan Imam Samudra, bidak catur yang ia gunakan menjadi aktor ledakan bom Bali 2002.
Ketiganya dieksekusi mati pada 2008 lalu, dalam penilaian pasca ledakan.
Zulkarnaen tampaknya membagi tanggung jawab untuk menyetujui serangan dengan kepala operasi JI saat itu, Riduan Isamuddin, atau Hambali.
Hambali adalah salah satu dari 39 tahanan teroris yang masih ditahan di Penjara Guantanamo.
Zulkarnaen juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan pendiri kelompok tersebut, Abu Bakar Ba'asyir.
"Ba'asyir didekati dan diberitahu bahwa sesuatu sedang direncanakan," ujar pakar terorisme Sidney Jones, yang telah menelusuri JI dari awal mula.
"Ia mengatakan 'lakukan apa yang harus kamu lakukan,' yang diartikan sebagai tanda persetujuan Ba'asyir."
Ba'asyir yang kini berusia 82 tahun dulunya dipenjara 5 tahun sejak 2005 karena perannya dalam pengeboman tersebut, yang membunuh 88 turis Australia.
Namun pemerintah Australia dan keluarga korban kecewa karena vonis tersebut dibatalkan di tingkat banding.
Tahun 2011, Ba'asyir dijatuhi hukuman penjara 15 tahun karena pendanaan pusat pelatihan teroris di provinsi Aceh.
Ia kemudian dilepaskan pada Januari 2020 setelah menerima remisi atas perilaku baik.
Zulkarnaen, yang nama aslinya Aris Sumarsono, juga dicurigai memerankan peran dalam pengeboman bunuh diri Hotel Marriott di tahun 2003 dan 2009 di Jakarta yang membunuh 21 orang, serta pengeboman Bali kedua pada 2005 di Kuta dan Jimbaran yang membunuh 23 orang.
Sumber intelijen saat itu mengatakan mereka memiliki beberapa keraguan jika Zulkarnaen berada di balik serangkaian serangan di Jakarta dan Bali serta membuat aksi keamanan dilakukan di semua hotel dan bangunan-bangunan publik yang masih berlaku sampai saat ini.
Pelaku serangan-serangan tersebut, pembuat bom Malaysia Azahari bin Husin (47) dan Noordin Mohammad Top (41) dengan cepat menjadi target perburuan Densus 88 di sepanjang Pulau Jawa.
Azahari dibunuh di persembunyiannya di gunung dekat Malang, Jawa Timur, November 2005.