Imlek di Manado
Klenteng Ban Hin Kiong, Sembahyang Pada 1930 Pernah Redakan Wabah Kolera di Manado
Keberadaan Klenteng Ban Hin Kiong di Manado selama beberapa abad diwarnai sejumlah peristiwa yang diklaim sebagai mujizat.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Klenteng Ban Hin Kiong adalah Klenteng tertua di kota Manado. Didirikan pada tahun 1819.
Keberadaannya di Manado selama beberapa abad diwarnai sejumlah peristiwa yang diklaim sebagai mujizat.
Pada 1930 misalnya.Kota Manado dilanda wabah penyakit kolera. Korban jiwa berjatuhan.
Pihak Klenteng berinisiatif menggelar sembahyang khusus.
Setelah itu, kio/tandu dari klenteng digotong keliling kota. Ajaibnya wabah pun hilang.
Pada tahun 1819, saat bangunan klenteng masih semi permanen, pernah terjadi kebakaran besar di seputaran klenteng.
Kajaiban terjadi saat api mendekati Klenteng, api tiba-tiba tegak lurus lantas padam.
Saat perang permesta versus pemerintah pusat, salah satu meriam ditembakkan ke klenteng. Pelurunya nyasar di bawah altar Yang Suci Kong Tek Cun Ong. Peluru meriam itu tidak meledak.
Pada masa perang dunia 2, Manado luluh lantak dihantam bom sekutu. Salah satu yang utuh adalah klenteng ban hing kiong.
Pada peristiwa 14 maret 1970, Klenteng habis terbakar, kecuali satu arca yang terbuat dari kayu, arca tersebut adalah salah satu arca dari Hok Lok Siu (Dewa Panjang Umur).
Klenteng tersebut juga menjadi saksi dari kerukunan antar umat beragama di Manado.
Berada di kampung cina yang diapit kampung arab serta pemukiman suku Gorontalo dan Minahasa, klenteng itu juga berada tak jauh dari gereja serta mesjid.
Pimpinan Klenteng Jufri Sondakh mengatakan, klenteng tersebut, selain sebagai tempat ibadah penganut Tridharma, juga warisan budaya bagi Manado.
"Klenteng ini telah mewarnai sejarah kota ini," kata dia.
Menurut cerita, Ferry membeber, Kelenteng tersebut didirikan seorang dari Tiongkok.
Terombang ambing di laut, dia berjanji bakal mendirikan sebuah kelenteng di tempatnya terdampar jika selamat.
Dia pun selamat dan memenuhi janjinya.
Setibanya di daratan Manado, ia mendirikan Kelenteng Ban Hing Kiong yang artinya Istana Sejuta Berkah.
Kelenteng tersebut kala itu hanya berdindingkan Nibung dan beratapkan Rumbia.
Kala itu, pemerintah kolonial belanda tidak mengizinkan bangunan Klenteng dibuat semi permanen.
Barulah, pada 1819, klenteng tersebut dibuat semi permanen. Dindingnya terbuat dari kayu, atapnya dari seng.
Klenteng tersebut sempat menjalani pemugaran, yakni pada periode 1854 - 1859 dan 1895 -1902.
Kisah pahit sempat dialami klenteng itu. Pada peristiwa 14 Maret 1970, klenteng dibakar dan semua catatan sejarah klenteng serta barang berharga lainnya musnah.
Tak heran, kisah berdirinya klenteng itu yang disebut pada 1607, hanyalah berdasarkan tradisi lisan.
Klenteng dibangun kembali pada tahun 1971 hingga 1975.
Wajah klenteng saat ini adalah hasil pemugaran pada kurun waktu itu.
Lalu pada 10 September 1994, dilakukan upacara sembahyang besar peresmian yang dilakukan lewat upacara Poa Pwe.
Sisa peninggalan belanda masih terlihat dalam tiga buah meriam yang tersimpan di Klenteng itu. Tiga meriam itu konon pemberian VOC.
Nah, saat menggelar prosesi Cap Go Meh, Klenteng ini punya sebuah keunikan yang tidak dimiliki klenteng lain.
Jadi tidaknya prosesi digelar di luar Klenteng ditentukan lewat ritual Poa Pwe.
Ritual menggunakan dua bilah kayu yang dilempar petugas sembahyang.
Jika dua bilah kayu terbuka, maka diadakan pelemparan kembali hingga tiga kali.
Jika dua bilah kayu tertutup, maka prosesi tidak jadi dilaksanakan di luar Klenteng.
Prosesi dinyatakan direstui Thian (Tuhan), jika dua bilah kayu terbuka dan tertutup.
Ritual Poa Pwe konon adalah pengaruh budaya Minahasa.
Sejumlah klenteng tidak mengenal ritual itu.
Dalam menggelar prosesi cap go meh, semua Klenteng harus mengacu ke Klenteng Ban Hing Kiong.
Jika klenteng Ban Hin Kiong melaksanakan prosesi di luar klenteng, klenteng lain mengikuti.
Jika tidak, maka tidak ada prosesi cap go meh di luar klenteng.
Namun hal itu agaknya sudah tak berlaku lagi. Prosesi cap go meh di luar klenteng tetap dilaksanakan sejumlah klenteng kendati klenteng ban hin kiong tak jadi menggelar di luar klenteng.
Tangsin (orang yang sudah dimasuki roh suci saat cap go meh) di klenteng Ban Hin Kiong juga unik, karena sudah dijalankan turun temurun oleh sebuah keluarga. (Art)
• Serda Rizal, Pratu Baraza dan Pratu Rahman Gugur Ditembak KKB Papua, Kontak Senjata di Puncak Jaya
• Wagub Steven Kandouw Ungkap Harapan di Momen HUT ke-19 Kabupaten Minsel
• Kabar Richard Kyle, Kini Mengaku Sudah Punya Kekasih: Siapa Bilang Aku Single?