Human Interest Story
Nestapa Warga Tanpa Negara di Bitung, 'Hidup Kami Jauh Lebih Baik di Sini’
Bitung adalah surga perikanan di Indonesia. Tak heran, kota ini bak magnet bagi sejumlah warga Filipina yang akhirnya bermukim dan menjadi stateless
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
Tak hanya stateless, pemerintah kini tengah serius menangani isu perdagangan manusia atau human trafficking. "Misalnya ada sepuluh orang Filipina dipekerjakan di Bitung. Operasional menangkap ikan ikan dibiayai, tapi mereka tak terima gaji," ujarnya.
Ia menegaskan, masalah kemanusiaan tetap menjadi hal utama. Maurits berharap para stateless di Bitung yang adalah nelayan ulung bisa meningkatkan perekonomian keluarga mereka. "Kami sadar ada banyak juga orang Indonesia yang ada di Filipina sebagai pekerja
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly pada 2018 lalu saat Penyerahan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI tentang Penegasan Status Kewarganegaraan RI kepada 277 Pemukim Tanpa Dokumen di Kota Bitung, dikutip dari laman kemenkumham.go.id, menyatakan permasalahan kewarganegaraan menang berada di wilayah perbatasan sensitif. Seperti di Sulawesi Utara, khususnya orang-orang Sangir Filipina yang bermukim di Kota Bitung, Kepulauan Sangihe, dan sekitarnya.
Mereka datang ke wilayah Indonesia dengan tujuan memperbaiki kehidupannya dengan bekerja sebagai nelayan di Kota Bitung dan Kabupaten Sangihe yang merupakan salah satu kota pelabuhan terbesar di Indonesia Timur dan menjadi pilihan utama warga pelintas batas Indonesia dan Filipina.
Ia menyebut, konstitusi menganut prinsip pemberian perlindungan maksimal bagi segenap bangsa antara lain melalui Pasal 28D ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Yasonna juga menambahkan Konstitusi Negara Indonesia telah sejalan dengan Universal Declaration of Human Rights, yang menyatakan hak atas status kewarganegaraan sebagai hak asasi manusia bagi semua orang, dan harus dipenuhi, dihormati, dan dilindungi.
Baik Richard Calumba dan warga stateless lainnya, berharap bisa segera menjadi WNI agar kehidupan mereka lebih baik. Dengan adanya identitas, mereka bisa meningkatkan perekonomian keluarga mereka. “Kalau ada KTP bisa ikut kapal-kapal tuna yang besar, pendapatannya lebih banyak. Anak-anak saya juga sudah bisa hidup seperti anak-anak Indonesia pada umumnya,” kata Richard. (tribunmanado.co.id/finneke wolajan)