Fasilitas Olahraga di Sulut
Sulut Dikenal Daerah Penghasil Juara Bulutangkis, Ini Kondisi GOR Arie Lasut dan PB Pisok Manado
Tapi sarana pelatihan bulutangkisnya dalam kondisi memprihatinkan. Lihat saja GOR Arie Lasut di Mapanget Manado.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Ironis. Sulawesi Utara dikenal sebagai penghasil atlet bulutangkis juara Olimpiade.
Tapi sarana pelatihan bulutangkisnya dalam kondisi memprihatinkan.
Lihat saja GOR Arie Lasut di Mapanget Manado.
Bangunannya rusak dan tak terurus.
Tribunmanado.co.id mengunjungi GOR tersebut pada Kamis (20/1/2022).
GOR dalam keadaan terkunci. Bagian depannya tampak berantakan. Loteng sudah bocor. Lantai berwarna hitam akibat lumut.
Cat dinding terkelupas.
Penelusuran tribunmanado.co.id, GOR itu sudah jarang digunakan.
Bagian dalamnya alami kerusakan.
PB Pisok
Tempat latihan badminton PB Pisok di kompleks Stadion Klabat Kelurahan Karombasan Utara, Kecamatan Wenang, Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) begitu sederhana. Kecil. Mirip gudang.
Tapi dua dari enam peraih medali emas Olimpiade Indonesia lahir dari tempat ini.
Ya Greysia Polii, peraih medali emas ganda putri Badmonton Olimpiade Tokyo 2020 belajar bulu tangkis di sini.
Pun Lilyana Natsir, peraih medali emas Badminton ganda campuran Olimpiade Rio De Janeiro lima tahun lalu.
Tribun Manado mengunjungi lokasi tersebut beberapa waktu lalu.
Tempat itu sehalaman dengan kantor Dispora Sulut. Ada dua pintu masuk. Satu dari depan. Satu samping. Tribun masuk dari samping.
Daun pintu lapuk. Ada empat lapangan bulutangkis di sana.
Dindingnya kusam. Dinding tersebut hanya setinggi lima meter.
Setelah itu dilapisi oleh terpal. Kemudian seng. Kondisi seng sangat buruk.
Tipis dan banyak bolongnya. Di antara lapangan badminton, ada beberapa buah ember.
Fungsinya untuk mencegah genangan air.
"Jika hujan maka air tembus ke lapangan. Kami pakai ember untuk menampung air agar lapangan jangan licin," kata Tomi Runtu salah satu pelatih.
Dikatakan Tomi, fasilitas di sana sangat kurang.
Beberapa diantaranya dapat diperbaiki karena kemurahan hati orang tua siswa.
"Orang tua siswa sering bantu benahi fasilitas di sini," katanya.
Ia berharap topangan pemerintah untuk dapat membantu fasilitas olahraga tersebut.
Sebut dia, di sama pandemi, terdapat 21 anak yang berlatih di PB Pisok. Mereka berlatih lima kali dalam sepekan.
"Latihan dari jam setengah tiga sore hingga pukul delapan malam," kata dia. Ada tiga pelatih yang dipimpin pelatih kepala Melky Nikson.
Setiap anak didik membayar iuran 300 ribu per bulan. Kendala saat ini, ujarnya, adalah tiadanya kompetisi.
"Jadi sulit mengukur kemampuan anak anak," kata dia.
Meski dalam keterbatasan, pihaknya optimistis akan terus melahirkan atlet bulutangkis top Indonesia.
Dikatakannya, metode pelatihan di PB Pisok sangat dinamis.
"Di sini juga punya tradisi kuat dan yang terpenting semangat juang para anak didik yang sangat luar biasa. Ini memungkinkan kami bertahan di segala kekurangan," katanya. (art)
• Update Ranking FIFA, Peringkat Timnas Indonesia Mulai Menanjak di Dunia dan Asia
• Kabar Velove Vexia, Kini Bagikan Momen Bulan Madu di Luar Negeri, Intip Potretnya!
• Geser Pemprov Sulut, Pemkab Mitra Raih Peringkat 4 Nasional MCP KPK