Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

BUKU

Mengenal Sekilas Tradisi Bahari Orang Sangihe dan Talaud

Disarikan dari buku Jejak Kembara: Dalam Catatan-Catatan Lepas yang ditulis Alex John Ulaen PhD, pensiunan dosen Universitas Sam Ratulangi Manado.

Ivent Mamentiwalo
Nelayan di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Orang Talaud dan Sangihe memiliki tradisi bahari yang kuat. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Tradisi bahari orang Sangihe dan Talaud sangat kuat. Dua kelompok etnis yang dominan mendiami Nusa Utara ini tidak dapat dipisahkan dari laut dan pantai.

Sebab sebagian besar pemukiman mereka berada di sepanjang pesisir pantai. Kecuali sejumlah kecil pemukiman di Pulau Sangihe Besar (Tanalabo) yang berada jauh dari pantai

Nusa Utara merupakan gugusan pulau yang terdiri atas tiga kabupaten kepulauan yakni Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kepulauan Sitaro, dan Kepulauan Talaud.

Terletak di utara Pulau Sulawesi. Masuk wilayah administrasi Sulawesi Utara. Berbatasan dengan Mindanao, Filipina.

Nah berikut sekilas tentang tradisi dan budaya bahari orang Sangihe dan Talaud yang disarikan dari buku Jejak Kembara: Dalam Catatan-Catatan Lepas (Cetakan pertama Juli 2019).

Buku tersebut ditulis Alex John Ulaen DEA, pensiunan dosen Universitas Sam Ratulangi Manado.

Alex John Ulaen, penulis buku Jejak Kembara: Dalam Catatan-Catatan Lepas
Alex John Ulaen DEA, penulis buku Jejak Kembara: Dalam Catatan-Catatan Lepas (Jumadi Mappanganro)

Dalam buku ini, Alex John Ulaen menulis orang Sangihe dan Talaud adalah penduduk awal yang mendiami gugusan Nusa Utara.

Pemilahan ini tidak saja didasarkan pada alasan orang Sangihe mendiami gugusan pulau-pulau Sangihe dan Orang Talaud mendiami gugusan pulau-pulau Talaud, tetapi juga perbedaan bahasa ibu.

Walaupun kedua bahasa tersebut masuk dalam kelompok bahasa-bahasa Filipina atau pada kelompok yang lebih besar lagi ialah kelompok bahasa-bahasa Austronesia.

Kedua bahasa ibu ini mereka lafalkan dalam beragam dialek. Kurang lebih ada sepuluh dialek dalam bahasa Sangihe dan enam dialek dalam bahasa Talaud.

Sehubungan dengan tradisi bahari, kedua bahasa ibu mengenal pula 'bahasa pantang' atau sasahara.

Orang Sangihe dan orang Talaud ketika berlayar pantang menyebut obyek sesuai dengan sebutannya, kecuali menggunakan kata ganti yang mencirikan obyek itu.

Misalnya untuk mengatakan “ada api”, mereka mengatakannya dengan ada sesuatu yang bersinar atau berasap.

Pemukiman Orang Talaud dan Sangihe 

Pemukiman orang Sangihe dan orang Talaud biasanya di sepanjang pesisir berada di lekuk pantai dan teluk. Ini untuk memudahkan mereka melabuhkan perahu dan sampan.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved