Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gempa di Banten

Gempa 7.9 SR di Banten, Guncangan Dahsyat dan Merusak, Berpusat di Selat Sunda

Gempa bumi dengan kekuatan 7,9 SR mengguncang Banten. Berpusat di kawasan perairan Selat Sunda pada 23 Februari 1903 silam.

Editor: Frandi Piring
AFP
Gempa 7.9 SR di Banten 1903. Guncangan Dahsyat dan Merusak dan Berpusat di Selat Sunda. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebelum gempa 6.7 SR pada Jumat (14/01/22) kemarin, guncangan gempa dahsyat sudah pernah terjadi di Banten.

Gempa hingga tsunami tercatat, sering terjadi di wilayah Banten. Selat Sunda di perairan Banten memang sering menjadi titik gempa hingga potensi tsunami yang besar.

Menolak lupa, pada tahun 1903 gempa dahsyat menghancurkan sebagian wilayah Banten.

Gempa dengan kekuatan 7,9 SR pada 23 Februari 1903 silam.

(Potret grafik gempa di Selat Sunda, Banten./Map/Internet)

Selain itu, tsunami dahsyat juga terjadi di wilayah Banten dan menjadikannya sebagai tragedi dunia.

Gelombang dahsyat yang menerjang sehari lamanya. Dampak dirasakan hingga ke seantero bumi.

Sebanyak puluhan ribu orang meregang nyawa karena tragedi kelam tersebut.

Lantas bagaimana sejarah gempa dan tsunami di Banten?

Berikut sejarah gempa bumi merusak di Selat Sunda, yang disampaikan BMKG dalam rilis Jumat (14/1/2022).

4 Mei 1851: Di Teluk Betung dan Selat Sunda pasca gempa kuat teramati tsunami setinggi 1,5 m.

9 Januari 1852. terjadi gempa kuat selanjutnya terjadi tsunami kecil.

27 Agustus 1883 – Terjadi tsunami dahsyat di atas 30 meter akibat erupsi Krakatau

23 Februari 1903 terjadi gempa M7,9 berpusat di selatan Selat Sunda yang merusak di Banten

26 Maret 1928 terjadi tsunami kecil yang teramati Selat Sunda pasca gempa kuat.

22 April 1958. terjadi gempa kuat di Selat Sunda diiringi dengan kenaikan permukaan air laut/tsunami.

22 Desember 2018. Selat Sunda dilanda tsunami akibat longsoran Gunung Anak Krakatau

2 Agustus 2019 terjadi gempa M7,4 yang merusak di Banten dan berpotensi tsunami.

Tsunami dahsyat di Banten

Tepatnya 26 Agustus 1883, Gunung Krakatau meletus.

Letusan ini merupakan letusan gunung terkuat sepanjang sejarah dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).

Begitu dahsatnya, letusan Gunung Krakatau bahkan terdengar hingga Australia Tengah yang berjarak 3.300 kilometer dari titik ledakan dan Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia yang berjarak 4.500 kilometer.

Dalam buku Krakatoa, the Day the World Exploded August 27, 1883 (2003), disebutkan, pada 250 tahun terakhir tercatat tak kurang dari 90 kali tsunami akibat letusan gunung.

Namun, tsunami yang disebabkan oleh Krakatau menjadi tsunami vulkanik terbesar yang pernah tercatat oleh sejarah.

Letusan Krakatau juga memicu terjadinya tsunami besar setinggi 120 kaki.

Gelombang raksasa yang diakibatkan oleh letusan itu bahkan menelan korban jiwa sekitar 35.500 orang.

Sebelum meletus

Gunung Krakatau tercatat berada di sebuah pulau vulkanik kecil tak berpenghuni yang ada di sebelah barat Pulau Sumatera.

Dikutip dari History, Krakatau telah menunjukkan peningkatan aktivitas pertamanya setelah lebih dari 200 tahun pada 20 Mei 1883.

Sebuah kapal perang Jerman yang melintasi wilayah Krakatau melaporkan adanya awan dan debu setinggi 7 mil di atas Krakatau.

Dua bulan setelah laporan itu, letusan serupa juga disaksikan oleh kapal komersial serta penduduk Jawa dan Sumatera yang berada tak jauh dari Krakatau.

Namun, aktivitas vulkanik itu justru disambut dengan gembira oleh penduduk setempat.

Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat waktu itu terkait kebencanaan.

Detik-detik letusan

Kegembiraan yang semula dirayakan oleh penduduk seketika berubah menjada bencana besar pada 26 Agustus dan 27 Agustus 1883.

Ledakan dahsyat pada sore hari, 26 Agustus 1883, menghancurkan dua pertiga bagian utara pulau itu dan menyebabkan tsunami besar yang melanda garis pantai di dekatnya.

Empat letusan susulan yang terjadi pada pagi hari, 27 Agustus 1883, juga berskala besar.

Krakatau memuntahkan abu vulkanik setinggi 50 mil dan menyebabkan langit menjadi gelap yang berlangsung dari pagi hingga malam.

Tak hanya itu, letusan Krakatau bahkan menutupi atmosfer dan berakibat pada turunnya suhu di seluruh dunia.

Letusan itu memicu serangkaian bencana alam yang dirasakan hingga ke seluruh dunia.

Dari 35.500 korban meninggal dunia, 31.000 di antaranya karena tsunami yang terjadi setelah materi letusan gunung mengalir deras ke laut.

Sebanyak 4.500 orang hangus akibat aliran piroklastik yang menerjang permukiman setelah berguling di atas permukaan laut.

Kompleks Krakatau terdiri dari empat pulau, yaitu Rakata, Setung, Panjang, dan Anak Krakatau.

Tiga yang pertama membentuk formasi caldera, sedangkan Anak Krakatau mulai aktif kembali sejak 20 Januari 1930 hingga sekarang.

Aktivitas Anak Krakatau terakhir terjadi pada 22 Desember 2018. Saat itu, erupsi Anak Krakatau mengakibatkan tsunami di Selat Sunda yang menghantam Banten dan Lampung.

Info analisis Gempa 6.7 di Banten Jumat (14/01/22)

Sederet guncangan gempa bumi mengguncang wilayah bagian barat Pulau Jawa, Jumat (14/1/2022).

Gempa bumi terjadi di Banten namun dirasakan hingga di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bandung, hingga Lampung.

Berawal dari getaran gempa bumi berkekuatan 6,7 SR.

Dampak kerusakan akibat <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/gempa' title='gempa'>gempa</a> bumi di wilayah <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/banten' title='Banten'>Banten</a>, Jumat 14 Januari 2022.

(Potret dampak kerusakan akibat gempa bumi di wilayah Banten, Jumat 14 Januari 2022. (Tribun Jabar)

Namun, berdasarkan hasil data pemutakhiran, gempa yang terjadi pada pukul 16.05 WIB itu berkekuatan 6,6 SR.

Pusat gempa berada di selatan Banten.

Gempa Banten pertama berpusat pada koordinat 7,21 derajat LS dan 105,05 derajat BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, denganmemperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas subduksi.

"Hasil analisis mekanisme sumber (gempa Banten) menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust fault)," ujar Bambang kepada wartawan, Jumat (14/1/2022).

(Kompas.com)

Tautan:

https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/14/093000365/14-januari-2016-aksi-teror-bom-hingga-baku-tembak-di-thamrin-8-orang-tewas?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved