Nasional
Kisah Jenderal Benny Moerdani Lempar Baret Merah di Depan Petinggi TNI, Bela Prajurit Kaki Satu
Cerita sejarah Jenderal Benny Moerdani yang pernah melempar baret Merah Kopassus karena emosi.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah purnawirawan TNI, Jenderal Benny Moerdani yang pernah melempar baret Merah Kopassus karena emosi.
Kala itu, kemarahannya memang memuncak, dilakukannya di depan perwira TNI.
Apa penyebabnya? Simak selengkapnya di sini!
Persahabatan dua orang dalam pasukan elite TNI AD ini sangat kuat.
Mereka berdua anggota pasukan elite Kopassus dan merupakan sahabat lama.
Agus Hernoto dan Benny Moerdani merupakan anggota pasukan elite TNI sejak masa Orde Lama hingga Orde Baru.
Dua orang legenda Kopassus ini memiliki daya juang tinggi.
Dua orang ini berada di pasukan elite TNI AD sejak masih bernama RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Kisah Agus Hernoto itu dituliskan di buku Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus, Penerbit Buku Kompas.
Daya juang Agus Hernoto sangat tinggi, hingga dia kehilangan kakinya saat memimpin Operasi Benteng I pembebasan Irian Barat.
Agus merupakan anggota pasukan Kopassus yang berkaki satu dan punya semangat juang tinggi.
Dia dikenal begitu menjiwai motto berani-benar-berhasil, bahkan setelah dia tidak bergabung lagi dengan Kopassus.
Agus didepak dari Kopassus lantaran kondisi fisiknya.
Agus Hernoto kehilangan satu kakinya saat memimpin Operasi Benteng I.
Saat itu kakinya tertembak tentara Belanda.
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya.
Namun, di situasi kala itu, Agus Hernoto memilih jalannya sendiri.
Anggota Kopassus ini tetap berada di medan pertempuran, hingga akhirnya tertangkap dan ditawan tentara Belanda.
Pasukan Belanda memperlakukan Agus Hernoto sesuai konvesi Jeneva. Dia dirawat hingga sembuh.
Tapi kakinya terpaksa diamputasi, mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus Hernoto masih hidup hingga Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.
Kabar buruk dari petinggi
Kabar buruk kemudian menghampiri.
Pada akhir 1964, diadakan sebuah pertemuan perwira RPKAD membahas penghapusan tentara cacat dari RPKAD.
Agus Hernoto termasuk di dalamnya.
Keputusan penghapusan itu sempat diprotes atasan Agus, Benny Moerdani.
Alih-alih mendapat persetujuan, Benny justru dimutasi ke Kostrad karena dianggap membangkang.
Sementara Benny Moerdani dipindahkan, Agus Hernoto tetap dikeluarkan dari RPKAD.
Sekeluarnya dari Kopassus, sang Kopassus legendaris sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa atau Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno.
Dijelaskan dalam buku 'Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami' karya Bob Heryanto Hernoto, Agus kemudian ditarik Benny Moerdani untuk bergabung di unit intelijen Kostrad.
Sejak itulah, Agus melanjutkan karier militernya di dunia intelijen.
Mengutip dari Kompas.com, Agus dan Benny lalu bergabung dengan Operasi khusus (Opsus) yang dipimpin oleh Ali Moertopo.
Keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto.
Di dalam Opsus, Agus menjadi orang kepercayaan Ali dan Benny.
Bahkan, siapa pun yang ingin bertemu dengan Ali dan Benny harus melalui Agus, sehingga muncul ungkapan "Agus itu Opsus. Opsus itu Agus".
Di dalam Opsus Agus bertugas menjadi semacam Komandan Detasemen Markas atau Dandenma) yang mengatur segala hal terkait operasi-operasi opsus.
Dia juga terlibat dalam berbagai operasi Opsus di Irian Barat dan Timor Timur.
Agus juga sempat mendapat penghargaan Bintang Sakti dari pemerintah setelah ada kesaksian akan keberaniannya saat berhadapan dengan tentara Belanda saat ditawan.
Tak banyak prajurit meraih penghargaan tertinggi di militer ini. Hanya mereka yang menunjukkan sikap luar biasa dalam tugas negara yang pantas menyandangnya. Agus satu diantaranya.
Malahan, Presiden Soeharto disebut-sebut selalu mengingat Agus.
Setiap mereka bertemu, Soeharto pasti selalu menanyakan kondisi kaki Agus.
Baret merah yang dilempar
Kemarahan Benny Moerdani sampai lama.
Dia masih tidak terima dan marah, terkait dirinya yang pernah didepak sebagai anggota RPKAD setelah membela Agus Hernoto.
Kemarahan itu diluapkannya saat menghadiri undangan Kopassus pada 1985.
Kemarahan Benny itu dituliskan dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Hendro Subroto.
Benny yang saat itu menjabat sebagai Panglima TNI, diminta untuk memberikan baret merah kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Sultan Iskandar.
Sebelum acara dimulai, Benny Moerdani beristirahat di ruang Danjen Kopassus, Brigjen Sintong Panjaitan.
Di sana, ada KSAD Jenderal Try Sutrisno, Wakil KSAD Letjen TNI Edi Sudrajat, dan Wakil Danjen Kopassus, Kolonel Kuntara.
Ada kejadian mengejutkan di ruangan sedang ditempati para perwira tinggi TNI itu.
Saat Brigjen Sintong memberikan baret merah kehormatan Kopassus, Benny Moerdani membanting baret itu ke meja dan hingga jatuh di lantai.
Sontak orang-orang di ruangan itu terkejut saat melihat Benny begitu emosi dan berwajah seram.
Namun, pada akhirnya Benny bersedia mengenakan baret itu dan mengikuti acara.
Semua jadi lega dan upacara pun berjalan lancar.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Cerita Kemarahan Benny Moerdani sampai Lempar Baret Merah, Bermula dari Bela Prajurit Kaki Satu, https://jatim.tribunnews.com/2022/01/05/cerita-kemarahan-benny-moerdani-sampai-lempar-baret-merah-bermula-dari-bela-prajurit-kaki-satu?page=all.