Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Fenomena Langit

Apa Itu Fenomena Solstis 21 Desember? Ramai Dibahas Katanya Akan Bikin Malam dan Siang Jadi Begini

Sejumlah unggahan mengaitkan akan adanya fenomena Solstis di tanggal 21 Desember.

Editor: Indry Panigoro
Instagram @agendasolo
ilustrasi langit 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Titik balik Matahari terjadi ketika posisi Matahari di langit tampak di paling utara atau selatan relatif terhadap garis khatulistiwa.

Titik balik di bulan Juni terjadi bila Hemisfer Utara Bumi miring ke arah matahari dan Hemisfer Selatan Bumi miring menjauhi Matahari.

Titik Balik Desember terjadi saat Hemisfer Selatan Bumi condong ke arah Matahari dan Hemisfer Utara condong menjauhi Matahari.

Di Hemisfer Utara disebut Titik Balik Musim Dingin. Titik Balik Desember biasa terjadi pada 21 Desember.

Nah mungkin banyak yang belum tahu pada Selasa (21/12/2021) akan terjadi fenomena alam nan langka.

Fenomena ini ramai dibicarakan netizen di media sosial TikTok.

Sejumlah unggahan mengaitkan akan adanya fenomena Solstis di tanggal 21 Desember.

Salah satunya akun ini.

“Fenomena Solstis Desember,” tulis akun tersebut seperti dikutip dari kompas.com.

Berikut narasi dalam video yang diunggah:

“21 Desember
FENOMENA SOLSTIS DESEMBER
Solstis Desember merupakan titik balik selatan matahari maksudnya adalah polisi ketika matahari berada paling selatan terhadap ekuator langit jika diamati oleh pengamat di permukaan bumi.
Jadi, ada apa dengan 21 Desember 2021 yaitu pada hari tersebut akan menjadi hari terpanjang di tahun 2021 untuk belahan bumi selatan karena merupakan hari pertengahan musim panas”.

Hingga kini unggahan tersebut telah disukai lebih dari 21.200 pengguna.

Unggahan semacam ini banyak muncul di TikTok, dan memicu kekhawatiran bahwa Solstis 21 Desember adalah hal yang membahayakan.

 “Berdoa aja semoga GK ada apa2 dan Indonesia baik2 aja lindungi kami semua ya Allah,” tulis salah satu akun menanggapi unggahan yang viral itu.

Penjelasan Lapan

Adanya fenomena Solstis pada 21 Desember 2021 dibenarkan oleh peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang.

Dia menegaskan, fenomena solstis bukanlah fenomena berbahaya dan tidak menyebabkan bencana.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, panik dan tidak perlu percaya dengan hoax yang beredar. Solstis hanyalah fenomena astronomis biasa,” ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/12/2021).

Andi menjelaskan, solstis hanyalah kondisi ketika belahan selatan Bumi condong ke Matahari, sehingga Matahari akan terbit dan terbenam agak ke arah selatan (dari timur-tenggara hingga barat-barat daya), dibandingkan hari-hari lainnya.

Saat solstis, panjang siang di belahan bumi selatan akan lebih lama dibanding panjang malam.

Sebaliknya, panjang malam di belahan bumi utara akan lebih pendek dibanding panjang siang.

Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa Solstis tidak berbahaya dan merupakan fenomena astronomis biasa.

“Solstis tidak memengaruhi aktivitas seismik, vulkanologis, maupun oseanografik,” tegas dia.

Solstis Desember

Berikut 5 fakta menarik dari fenomena Solstis Desember.

Ilustrasi langit malam
Ilustrasi langit malam (VideoBlocks)

1. Malam lebih panjang

Seperti diketahui, Solstis Desember merupakan posisi semu Matahari sepanjang tahun, termasuk kondisi terbit dan terbenamnya matahari.

Nah, pada Belahan Bumi bagian Utara (BBU), Solstis menyebabkan malam tampak lebih panjang daripada biasanya.

Bagi pengamat yang berada di belahan Bumi bagian Utara, akan merasakan malam yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya.

Bahkan, Matahari tidak pernah terbit di Kutub Utara ketika Solstis Desember

2. Siang lebih panjang

Tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan malam yang dirasakan lebih panjang oleh masyarakat di Belahan Bumi Utara.

Bagi pengamat yang berada di Belahan Bumi bagian Selatan (BBS), akan merasakan siang yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya.

Bahkan, Matahari tidak pernah terbenam di Kutub Selatan ketika Solstis Desember terjadi.

3. Di Indonesia, Matahari seakan berpindah gradual

"Jika diamati dari Indonesia, maka sebelum winter solstice terjadi, Matahari seakan-akan berpindah gradual ke selatan dari hari ke hari," jelas Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2020).

Namun, berikutnya mulai dari momen winter solstice terjadi, maka Matahari seakan-akan berbalik arah menjadi berpindah gradual ke utara dari hari ke hari. 

Fenomena ini menjadi penanda puncak musim dingin astronomis di belahan Bumi utara dan sebaliknya puncak musim panas astronomis di belahan Bumi selatan

4. Berpengaruh pada Musim Hujan

Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sungging menambahkan, biasanya Solstis Desember akan berpengaruh pada perubahan musim untuk di Indonesia.

"Makanya musim penghujan jatuhnya di bulan-bulan ini," ucap dia.

Matahari terbenam terlihat dari Perumahan GPI Mapanget. (ilustrasi)
Matahari terbenam terlihat dari Perumahan GPI Mapanget. (ilustrasi) (Tribun Manado/Handhika Dawangi)

5. Puncak Solstis dan terbenamnya Matahari

Untuk diketahui, puncak Solstis Desember akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2020, tepatnya pukul 17.02 WIB.

Baik pengamat di belahan Bumi bagian Utara maupun Selatan, akan mendapati Matahari terbit dari arah Timur-Tenggara dan terbenam dari arah Barat-Barat Daya.

Akan tetapi, bagi daerah berlintang tinggi di belahan Selatan, akan mendapat Matahari terbit dari arah Selatan-Tenggara dan terbenam dari arah Selatan-Barat Daya.

berita fenomena langit

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Sedang Ramai Dibicarakan Fenomena Solstis 21 Desember, Berbahayakah? Ini Penjelasan Pihak Lapan, https://bangka.tribunnews.com/2021/12/20/sedang-ramai-dibicarakan-fenomena-solstis-21-desember-berbahayakah-ini-penjelasan-pihak-lapan?page=all

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved