Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gunung Semeru Erupsi

Ibu dan Anak Ditemukan Meninggal Berpelukan, Pilu Korban Tragedi Gunung Semeru, Tak Mampu Berjalan

Nasib pilu ibu dan anak, ditemukan meninggal dunia sambil berpelukan di dapur rumah. Tertimbun abu erupsi Gunung Semeru.

Editor: Frandi Piring
TriibunJatim.com/Tony Hermawan/Dok. Relawan Garda Pemuda Baret Nasdem Jember
Ibu dan Anak Ditemukan Meninggal Berpelukan di dapur rumah pemukiman Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro. Korban erupsi Tragedi Gunung Semeru. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Nasib pilu ibu dan anak yang meregang nyawa dalam tragedi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.

Kedua korban ditemukan dengan posisi saling berpelukan di bagian dapur rumah mereka.

Pasrah, sudah tak kuat untuk menyelamatkan diri, kedua korban meninggal tertimpa bangunan dengan lumpur abu Gunung Semeru.

Satu persatu korban jiwa bencana alam erupsi Gunung Semeru mulai ditemukan. Salamah (70), seorang ibu tewas dengan anaknya, Rumin (28) dalam kondisi pelukan.

Warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro ditemukan tewas di dapur rumah.

Ibu dan Anak Ditemukan Meninggal Berpelukan di dapur rumah pemukiman <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/desa-curah-kobokan' title='Desa Curah Kobokan'>Desa Curah Kobokan</a>, Kecamatan Candipuro. Korban <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/erupsi' title='erupsi'>erupsi</a> Tragedi <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/gunung-semeru' title='Gunung Semeru'>Gunung Semeru</a>.

(Potret: mayat Ibu dan Anak Ditemukan Meninggal Berpelukan di dapur rumah pemukiman Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro. Korban erupsi Tragedi Gunung Semeru. (Dok. Relawan Garda Pemuda Baret Nasdem Jember)

Mereka menjadi korban reruntuhan bangunan yang roboh.

Legiman, adik ipar Salamah cerita, ketika Gunung Semeru erupsi semua orang lari berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri.

Diduga, Salamah tidak sanggup berjalan karena faktor usia. Sedangkan anaknya, Rumini tak tega meninggalkan ibunya seorang diri.

Sehingga keduanya ditemukan meninggal dunia dalam keadaan berpelukan.

"Tadi pagi kan saya cari adik ipar sama ponakanku.

Pas bongkar rontokan tembok dapur terus tangannya kelihatan

dan langsung kami bersihkan dan di bawa ke rumah untuk dimakamkan," kata Legiman.

Dua anggota keluarga Salamah, kata dia, juga bernasib malang.

Suami dan anak Salamah mengalami luka cidera akibat reruntuhan bangunan rumah.

"Suami Rumini dan anaknya selamat, mereka sekarang dirawat di puskesmas," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lumajang Bayu Wibowo mengatakan,

total jumlah korban yang meninggal dunia terus bertambah.

"Untuk siapa-siapanya kami masih melakukan pendataan dan konfirmasi namanya beserta keluarganya," pungkasnya.

Pengakuan Warga saat erupsi Gunung Semeru

Dikutip dari Surya, Sinten (60), salah satu korban selamat dari erupsi Gunung Semeru mengatakan, ia berhasil selamat bersama cucunya Dewi Novitasari.

Mereka selamat setelah berlari hingga 13 kilometer.

Keduanya berlari ke tempat yang lebih aman sebelum awan panas guguran menyapu rumah mereka hingga luluh lantak.

Sinten bercerita, sebelum gunung meletus, Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang sempat diguyur hujan abu bercampur batu.

Batu-batu tersebut meluncur menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.

Sinten yang saat itu tengah bersantai di rumah langsung membawa cucunya berlari untuk menyelamatkan diri.

"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," katanya, saat ditemui di RSUD dr Haryoto Lumajang, Sabtu (4/12/2021).

Saat berada di luar rumah, Sinten dan cucunya sempat menengok ke arah Gunung Semeru.

Mereka melihat gunung tersebut memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara hingga menyebabkan langit berubah menjadi gelap.

Suhu udara terasa panas dan kilatan petir juga menyambar-nyambar.

"Saya tak sempat menyemalatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," ungkapnya.

Sinten bersama cucunya berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekira satu kilometer untuk berlindung.

Setelah langit kembali terang, mereka lalu berlari ke masjid sekira lima kilometer.

Setelah itu, mereka berlari ke dusun sebelah yakni Dusun Gunung Sawur hingga akhirnya mereka dijemput dengan menggunakan mobil pikap.

"Lalu kami berjalan lagi hingga ke dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekira 7 kilometer. Napas sudah ngos-ngosan."

"Selama dua jam kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur, setelah itu kami dievakuasi menggunakan mobil pikap ke Desa Sumbermujur," paparnya.

Meski ia dan cucunya selamat dari peristiwa itu, namun salah satu keluarga mereka yakni Samsul Arifin menjadi korban luka.

Samsul sendiri sudah dilarikan ke RSUD dr Haryoto Lumajang.

Saat peristiwa itu terjadi, Samsul tengah bertugas menjaga portal tambang dekat Gunung Semeru.

"Kami langsung bergegas mendatangi RSUD dr Haryoto. Saat ini Mas Samsul sedang dirawat," terangnya.

Seorang janda meninggal terkena lava pijar

Meletusnya Gunung Semeru juga memakan korban jiwa.

Seorang janda bernama Mbok UM (50) meninggal dunia setelah terkena lava pijar.

Mbok UM merupakan warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo.

Tim penyelamat menemukan korban tergeletak di jalanan desa.

Dia ditemukan sekira 50 meter dari rumahnya.

Saat ditemukan, kulit disekujur tubuhnya dalam kondisi melepuh.

Amin, saudara Mbok Um mengatakan, kemungkinan saat kejadian korban tak kuat berlari untuk menyelamatkan diri.

"Mungkin mau lari tapi gak kuat," kata Amin, Sabtu, seperti dilansir Surya.

Amin menceritakan, sebelum gunung meletus, langit terlihat cerah lalu dua kali petir menyambar.

"Jeda tiga menitan itu angin kencang, batu-batu turun dari gunung kena atap rumah."

"Terus gelap lalu tiba-tiba lava pijar sudah sampai ke pemukiman," terangnya.

Kondisi tersebut membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Sampai sekarang, cukup banyak laporan warga hilang, termasuk anak semata wayang Mbok Um.

"Anaknya kalau siang ikut kerja nambang pasir, sekarang tidak tahu di mana. Dia gak bisa dihubungi," ujarnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pilu, Tak Sanggup Berjalan Saat Gunung Semeru Erupsi, Lansia Meninggal Memeluk Anaknya, https://jatim.tribunnews.com/2021/12/05/pilu-tak-sanggup-berjalan-saat-gunung-semeru-erupsi-lansia-meninggal-memeluk-anaknya?_ga=2.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved