Penanganan Covid
Benarkah Varian Omicorn Lebih Ganas, Berikut Penjelasan Jubir Kemenkes RI
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Banyak hal yang sudah atau belum diketahui tentang varian baru
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Chintya Rantung
“Kita semua bisa berkontribusi dalam penanganan Covid-19. Apapun posisi kita, kita harus mampu untuk mengedukasi, mengubah perilaku, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19,” tandasnya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro menjelaskan, 24 November 2021, para ilmuwan di Afrika Selatan melaporkan varian virus corona baru dengan jumlah mutasi yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada varian lain.
Dua hari kemudian, 26 November 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan varian baru yang dijuluki Omicron ini, masuk kategori varian yang wajib jadi perhatian atau variant of concern (VoC).
Pemerintah Indonesia, ujar Reisa,mengambil tindakan cepat, pada tanggal 28 November 2021 sudah melakukan berbagai upaya antisipasi, termasuk pemberlakukan pembatasan perjalanan dari negara-negara yang terdeteksi varian Omicron ini.
“Jadi hal awal yang kita ketahui adalah, untuk pertama kalinya dalam sejarah pandemi,semua respon dan antisipasi dilakukan dalam waktu yang singkat, dengan kesigapan tingkat tinggi di segala bidang,” ujar Reisa.
Ia mengapresiasi informasi yang secara cepat diberikan oleh para ilmuwan Afrika
Selatan.
Menurutnya, ini menunjukkan, respon pandemi memang harus berbasis ilmu, berbasis sains,
dan temuan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Reisa juga menjelaskan hal lain yang diketahui dengan pasti, adalah bahwa semua virus bermutasi.
Begitu pula SARS-CoV-2 sebagai anggota keluarga corona virus, yang terus bermutasi sejak pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019.
Namun demikian, Reisa tidak memungkiri masih banyak hal yang belum diketahui tentang varian
virus ini. Menurut WHO, kata Reisa belum jelas apakah Omicron lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan varian lainnya.
Ahli epidemiologi Afrika Selatan juga
mengatakan, tidak cukup data yang dikumpulkan untuk menentukan implikasi klinis Omicron
dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Dikatakan Reisa, para ahli menyatakan lebih banyak informasi akan tersedia dalam beberapa hari atau beberapa minggu mendatang.
Bersamaan dengan itu, mereka juga meningkatkan kerja sama dalam mempelajari bagaimana mutasi Omicron
“Namun satu hal lagi yang sudah pasti. WHO menyarankan warga di seluruh dunia, termasuk di Indonesia melindungi diri, keluarga dan orang tercinta mereka dengan memutus penyebaran Covid - 19,” tegas Reisa.
Caranya, dengan memakai masker, cuci tangan, jaga jarak, tidak berkerumun, dan selektif bepergian.