Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penanganan Covid

Varian Omicron yang Telah Ditetapkan WHO Sebagai VOC, Ini Penyebab Kemunculan hingga Dampaknya

Varian B.1.1.529 Omicron ini bukan sekedar baru, tapi juga ini berpotensi menjadi masalah besar bukan hanya Indonesia dan Afrika, tetapi dunia. 

Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow
Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. Omicron ditetapkan sebagai variant of concern (VOC), Jumat (25/11/2021) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena mutasinya yang mengkhawatirkan (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow) 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Varian baru B.1.1.529 Omicron berpotensi menjadi masalah besar untuk dunia.

Karena itu, momen libur natal dan tahun baru (nataru) harus benar-benar dibatasi.

Hal ini disampaikan oleh Epidemiolog dari Griffifth University Australia, Dicky Budiman kepada Kompas.com, Minggu (28/11/2021).

Dicky mengingatkan bahwa varian B.1.1.529 Omicron ini bukan sekedar baru, tapi juga ini berpotensi menjadi masalah besar bukan hanya Indonesia dan Afrika, tetapi dunia. 

Sebab, meskipun gejala yang diakibat oleh infeksi varian baru ini disebut cukup ringan, kecepatan penularan mencapai lebih dari 500 persen atau 5 kali lipat dibandingkan dengan virus corona SARS-CoV-2 aslinya yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China 2019 lalu.

Prakiraan Cuaca Besok Rabu 1 Desember 2021, BMKG: 25 Kota Akan Diguyur Hujan

Dengan potensi penularan yang mencapai 500 persen tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikan varian Omicron ini ke dalam kategori variant of concern (VoC), tanpa melalui kategori variant of interest (VoI).

Untuk diketahui, variant of interest adalah varian SARS-CoV-2 yang ditandai dengan mutasi asam amino yang menyebabkan perubahan fenotipe virus, yang diketahui atau diprediksi dapat mengubah kondisi epidemiologi, antigeneistas, dan virulensi virus.

Varian mutasi Covid-19 asal Afrika Selatan yaitu Omicron telah jadi perbincangan utama. 

Sejak WHO menetapkan varian ini menjadi Varian of Concern (VOC), beberapa negara mulai memberlakukan protokol yang ketat. 

Sebagian epidemiologi menyebutkan jika varian ini perlu diwaspadai. Pertama, penyebaran yang cepat dan sudah ditemukan di berbagai dunia. 

Kedua adanya kemungkinan infeksi ulang. Dan ketiga, serangan pada sistem imun.

Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, memang ada beberapa faktor yang memicu munculnya varian super ini. 

Pertama adanya ketimpangan vaksin pada suatu negara. Namun menurut Dicky tidak hanya itu, ada faktor lainnya.

"Iya karena jelas karena ketimpangan vaksin, menjdi penyebab. Tapi bicara penyebab dari satu varian super ini timbul multifaktor. Bukan hanya vaksin tidak merata di dunia," ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (30/11/2021).

Kedua, karena kurang baiknya suatu negara dalam mendeteksi virus. Baik itu testing, treacing dan treatment (3T) dan juga survelen genomic.

"Melalui 3T terutama survelen genomic tidak merata dan kuat di banyak negara, seperti Afrika, akhirnya menghasilkan varian ini," ungkapnya. 

Namun bukan hanya Afrika saja. Belahan dunia manapun ketika kemampuan 3T survelen genomic lemah, ditambah vaksinasi yang lambat, rawan melahirkan mutasi Covid-19 yang berbahaya. 

"Ditambah jumlah penderita HIV-AIDS termasuk kategori banyak. Pada konteks ini, ketika terinfeksi itu umumnya lama untuk mengalami pemulihan. Dan semakin lama virus dalam tubuh manusia, semakin banyak peluang bermutasi,"pungkasnya.

Menag Sebut Varian Omicron Tak Perlu Dikhawatirkan Berlebihan

Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas merespons kekhawatiran Komisi VIII DPR terhadap varian baru Covid-19 Omicron, lantaran ibadah Umrah bakal dilaksanakan pada Desember 2021. 

Yaqut meyakini para anggota Komisi VIII DPR bahwa varian Omicron tak perlu dikhawatirkan berlebihan. 

Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR, Selasa (30/11/2021). 

"Memang Omicron, Bapak Ibu sekalian, ini cucu dari virus Covid-19, yang menurut data yang saya punya memang, gimana ya, perlu dikhawatirkan tapi tidak perlu berlebihan," kata Yaqut di Ruang Rapat Komisi VIII DPR, Senayan, Jakarta. 

Berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Kesehatan, Yaqut menjelaskan Omicron mengkhawatirkan lantaran memiliki kombinasi key mutation dari varian lain. 

Yaqut menyatakan seluruh varian berbahaya Covid-19 menyatu dalam Omicron. 

Selain itu, dia mengatakan Omicron mengkhawatirkan lantaran memiliki kemungkinan penularan yang tinggi, namun bisa menghindari antibodi yang selama ini dibentuk tubuh. 

Cerita Nelayan di Manado Tak Melaut Karena Cuaca Ekstrem, Terpakasa Hutang Demi Penuhi Kebutuhan

Kendati demikian, Yaqut menekankan belum ada bukti bahwa Omicron ini memiliki keparahan yang tinggi. 

"Omicron memiliki potensi atau kemungkinan penularan tinggi dan penurunan efektivitas respons imun antibodi yang sebelumnya terbentuk dari infeksi maupun vaksinasi. Jadi antibodi yang sudah dibentuk karena pernah kena atau karena vaksin itu bisa dihindari oleh jenis virus Omicron ini, tapi tidak ada bukti keparahan yang tinggi dibanding varian of concern lainnya," ujarnya. 

Di sisi lain, Yaqut menilai alasan tingkat penularan tinggi varian Omicron di Afrika tinggi lantaran vaksinasi yang masih rendah di sana. 

"Kenapa tadi dikatakan Bu Sely kenaikan 500 persen, bukan 500 kali ya, 500 persen di Afrika? Karena memang Afrika itu, secara umum benua Afrika, baru 3,5 persen yang divaksin, jadi sangat jauh dibanding kita yang sudah 70-an persen, jadi saya kira kita perlu waspada tapi tak perlu khawatir terlalu berlebihan. Indonesia terus antisipasi ini," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ketahui Penyebab Munculnya Varian Omicron yang Telah Ditetapkan WHO Sebagai VOC

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved