Berita Manado
Sopir Mikrolet Kota Manado Berharap Ada Penyesuaian Tarif Angkutan Umum
Sekira dua hari lalu masyarakat Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) dibuat heboh dengan adanya surat yang beredar terkait kenaikan tarif angkutan umum
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Sekira dua hari lalu masyarakat Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) dibuat heboh dengan adanya surat yang beredar terkait kenaikan tarif angkutan umum mikrolet (angkot).
Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa ada kesepakatan antara Dinas Perhubungan (Dishub) Manado, Organisasi Daerah (Organda), dan Basis Angkutan Umum Kota Manado menaikkan tarif mikrolet karena alasan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pandemi virus corona (Covid-19).
Namun pihak Dishub Manado membantah adanya kenaikan tarif angkutan umum mikrolet.
Seorang sopir angkutan umum mikrolet bernama Gustaf membenarkan hal tersebut ketika ditemui Tribunmanado.co.id.
"Surat edarannya tidak sah, tidak resmi dari Pemkot Manado itu," tutur Gustaf, Jumat (22/10/2021).
Gustaf sendiri mengaku tidak mendapatkan surat edaran tersebut.
Ia banyak melihat surat edaran kenaikan tarif ada pada mikrolet trayek Mapanget dan Malalayang.
Sedangkan para sopir mikrolet dengan trayek Winangun seperti Gustaf tidak mendapatkan surat edaran tersebut.
Gustaf mengatakan tarif mikrolet saat ini masih normal, yaitu Rp 4 ribu kategori umum dan Rp 2 ribu kategori siswa sekolah.
Di sisi lain, Gustaf merasa tidak adanya kenaikan tarif mikrolet sebenarnya juga memberatkan para sopir angkot.
Hal tersebut karena kenaikan harga BBM sudah naik dua kali selama pandemi Covid-19.
"Sebenarnya kami akan sangat tertolong sekali kalau tarif mikrolet naik Rp 1000 saja, karena setiap hari kan kami harus mengisi BBM sedangkan penumpang yang naik jumlahnya tidak menentu," tambah Gustaf.
Pada Jumat (22/10/2021) sejak pagi saja Gustaf baru mendapatkan dua penumpang dari daerah Winangun.
Padahal Gustaf juga harus mengisi bahan bakar sebanyak 10 liter per hari.
"Kalau seperti saya yang punya mobilnya sendiri masih mending, yang kasihan para sopir mikro yang mobilnya bukan milik sendiri. Kan mereka harus setor ke pemilik mobil juga," sambung Gustaf.