Kuliner
Jadi Mi Instan Terenak Indomie Goreng Disoroti Media Hong Kong, Sebut Makanan Semua Umat
SCMP menyebut Indomie sebagai merek yang digemari penduduk di berbagai negara, baik dari kalangan mahasiswa hingga narapidana.
lihat foto
Mereka menyebutkan mi instan favoritnya masing-masing dan mengklasifikasikannya dalam 10 peringkat dengan tiga kategori, yakni mi instan dengan kuah, tanpa kuah dan pedas.
Mi Indomie Goreng menempati posisi puncak, sementara Indomie Goreng Ayam BBQ menempati posisi kedua sebagai mi goreng terbaik di dunia.
SCMP mengutip perkataan kritikus restoran San Francisco Chronicle, Soleil Ho, tentang alasannya merekomendasikan Indomie Mi Goreng sebagai mi instan goreng terbaik.
“Rasa asli Indomie, Mi Goreng, dan variasi ayam BBQ-nya, menduduki peringkat teratas daftar mi instan karena rasa gurih yang kuat yang berasal dari minyak bawang dan bawang goreng,” katanya kepada New York Magazine.
Ho bahkan mengatakan bahwa dia telah mengkonsumsi Indomie sejak masih sekolah dasar bersama sepupunya.
Dia juga menyebut sering menambahkan telur mata sapi sebagai pelengkap.
Komentar dari seorang mahasiswa PhD di Jerman, Pia Dannhauer, juga dikutip dalam artikel SCMP.
Dannhauer mengatakan suka mengkonsumsi Indomie saat makan siang di antara jam kuliah selama studinya di Belanda.
“Teman-teman flat saya dan saya benar-benar bisa saling memandang dan berkata, ‘Indomie?’ secara bersamaan kapan pun kami benar-benar berencana memasak bersama,” katanya.
Dannhauer seorang vegetarian sehingga varian favoritnya adalah Indomie Mi Goreng Vegan.
“Saya sebenarnya pernah membuat salad mie dari itu, dengan beberapa tambahan kubis Napa dan saus yang terbuat dari paket bumbu (Indomie), ditambah kecap dan rempah-rempah,” katanya.
“Rasanya antara umami dan terlalu asin, menurutku.”
SCMP menyebut komentar Ho dan Dannhauer terkait Indomie menjelaskan mengapa merek mi instan Indonesia itu bisa begitu terkenal di seluruh dunia.
Dengan harga sekitar Rp 7 ribu saja, mereka bisa mendapatkan rasa yang enak serta praktis.
Indomie diluncurkan pada 1983 dan ketika salah satu penciptanya, Nunuk Nuraini, meninggal pada Januari lalu, kabar itu menjadi berita utama global.
